Mohon tunggu...
Nurrochman Ramadhon
Nurrochman Ramadhon Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial

Berusaha untuk selalu metodologis dan obyektif dalam melihat realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manfaat Debat di Sosmed dan Cara Mendapatkannya

15 November 2022   19:30 Diperbarui: 15 November 2022   19:32 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)”.

Dari perkataan nabi dapat disimpulkan bahwa yang namanya niat akan mengarahkan perilaku seseorang . Contohnya orang yang bekerja semata demi mendapat pujian dari atasan maka perilakunya hanya akan baik ketika dilihat oleh atasannya saja. Dalam perdebatan di sosmed, sepanjang yang penulis amati ada berbagai macam niat seseorang dalam berdebat, pertama mereka yang berniat memang mencari kebenaran, kedua mereka yang berniat untuk unjuk gigi, ketiga mereka yang memiliki niat untuk membuat kerusuhan semata dan keempat adalah orang-orang yang berdebat dengan tujuan komersil. Dari beberapa macam niat untuk mencari kebenaran-lah yang dapat mendapatkan manfaat dari debat sosmed. Maka jadikan pribadi kita sebagai orang yang senantiasa haus akan kebenaran bukan orang yang haus validasi.

Langkah kedua adalah memilih topik yang layak untuk didebatkan. Ada sangat banyak sekali perdebatan di sosmed, mulai dari hal yang penting hingga remeh, mulai dari pilihan calon presiden hingga cara makan bubur. Bagi masing-masing individu memilih topik yang menurutnya worth it untuk diperdebatkan akan berbeda-beda tergantung pada preferensi masing-masing. Namun bagi penulis ada beberapa topik yang sebaiknya dihindari karena tidak memberikan faedah bagi diri kita. Topik yang perlu dihindari adalah pertama perdebatan yang sudah memasuki ranah saling serang kepribadian, kedua perdebatan yang membahas mengenai selera dan ketiga adalah topik mengenai hal supranatural yang pembuktiannya tidak bisa dilakukan dengan pengetahuan ilmiah. 

Pada topik pertama dimana perdebatan sudah sampai tahap saling serang kepribadian maka saat itu juga perdebatan tersebut tidak akan membawa manfaat apapun sebab fokus perdebatan bukan lagi mencari kebenaran melainkan menang atau kalah dengan berbagai cara sehingga hanya luapan emosi yang tersisa dan berbagai hinaan yang keluar. 

Kemudia perdebatan mengenai selera seharusnya tidak perlu kita ikut atau di-serius-i sebab selera itu hal yang subjekti sekali, sah-sah saja bagi seseorang apabila memiliki selera yang berbeda aslkan tidak melanggar hukum yang berlaku. Dan topik terakhir yang perlu dihidari adalah pembahasan spiritual, tidak bisa kita berdebat dengan maksud mencari jalan keluar dalam topik ini sebab cara berpikirnya sudah berbeda-beda dan tidak bisa dibantah sebab spiritual tidak bisa didekati dengan ilmu pengetahuan, contohnya adalah topik mengenai perbedaan cara memanggil jin atau perbedaan dalam cara menggagalkan santet, sangat susah untuk dicari kebenarannya sebab masing-masing punya klaim yang susah untuk diuji kebenarannya. Mungkin ada sediit manfaat yang bisa didapatkan ketika meladeni debat dalam tiga topik ini, yaitu melatih kesabaran.

Langkah ketiga adalah memilih lawan debat. Komunikasi berjalan positif ketika lawan bicara dapat mengikuti pembahasan, maka dari itu penting untuk memilih lawan debat guna tercapai komunikasi yang positif dan mendapatkan manfaat dari debat sosmed. Beberapa tipe orang yang perlu dipilih sebagai lawan debat adalah pertama pilihlah orang-orang yang dalam debat tidak menyerang kepribadian kita untuk mendukung pendapatnya, kedua pilihlah orang yang dapat diajak fokus berdialog pada satu masalah untuk diselesaikan terlebih dahulu, dan ketiga pilihlah orang yang menurut anda nyambung untuk diajak berdialog. 

Penjelasannya adalah pertama jangan pilih mereka yang suka menyerang kepribadian untuk mendukung pendapatnya adalah orang yang tergolong bebal tidak bisa diajak adu argumen secara sehat, sehingga jelas kita tidak akan mampu mendapat manfaat dari berdebat dengan golongan pertama ini sebab seluruh pembahasan akan dikembalikan pada doxing kepribadian kita atau menggunakan isu SARA. Contohnya :

“dulu kamu pernah posting sedang merokok, tapi sekarang malah menghujat rokok, aneh kamu itu”,

Menyerang kepribadian untuk menggagalkan argumen kita seolah-olah kita adalah orang munafik, menampikkan kemungkinan bahwa seseorang dapat berubah dan itu hanyalah opini masa lalu membuat perdebatan menjadi stuck atau berhenti di tempat. Golongan kedua adalah pilihlah orang yang dapat fokus dalam berdebat akan sangat enak diajak berdebat, permasalahan yang dibahas tidak melebar sehingga kesimpulan dapat ditemukan, perdebatan yang selalu melebar akan menyebabkan kita bingung melihat permasalahan dan ini menjadi penyebab terjadinya debat kusir. Contoh : 

                “Ah tapi kemarin pada kejadian di daerah x si fulan ini berkata bahwa…”

Perbedaan masalah yang diangkat dapat menutupi inti permasalahan yang sedang dibahas, ini membuat rumusan masalah menjadi banyak tidak lagi tunggal karena masuknya masalah baru yang tidak berhubungan dengan pembahasan. Kapasitas kita sebagai manusia tidak sanggup untuk memecahkan masalah yang berbeda dalam satu waktu, oleh karena itu dalam perdebatan tidak boleh ada dua masalah berbeda yang menjadi topik pembahasan sebab akan menjadikan perdebatan itu tidak selesai atau dengan kata lain menjadi debat kusir. Golongan ketiga adalah pilihlah mereka yang menurut anda nyambung dalam diajak berkomunikasi. 

Saya rasa semua orang pernah merasakan pengalaman berkomunikasi dengan lawan bicara yang susah untuk diajak nyambung. Mereka memang tidak memiliki niat membelokkan pembahasan, mereka hanya tidak se-frekuensi dengan kita. Sama dengan debat sosmed, terkadang kita menemui lawan debat yang berkali-kali tidak dapat kita pahami maksudnya. Bisa mereka menggunakan istilah-istilah sulit atau menggunakan bahasa yang bercampur-campur. Apabila kita kesulitan dalam memahami gaya komunikasi mereka maka tinggalkan saja tidak apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun