Jika kita kebetulan berkonflik dengan atasan di tempat kerja hingga tak lagi menemukan titik kompromi, umpamanya, mungkin tak perlu waktu lama untuk memutuskan ganti bos, atau memilih berhenti (resign) dan pindah kerja. Â
Tapi kalau polemik yang terjadi menyangkut hubungan kita dengan anak, maka sampai kapan pun kita mesti menghadapi dan menuntaskannya, karena tak ada orang waras yang berkeinginan mengganti anak lantaran kelelahan bertikai dengan darah dagingnya sendiri. Â Â
Kuatnya keterkaitan emosi di dalamnya merupakan alasan utama, mengapa seseorang pada umumnya lebih mudah menjadi 'lumpuh' ketika dilanda prahara rumah tangga ketimbang saat tersandung masalah pekerjaan atau urusan profesional lainnya. Â
Jadi, tidaklah berlebihan apabila kita berupaya 'merayakan' seruan stay at home belakangan ini dengan memperkokoh pilar-pilar keluarga kita; meningkatkan keharmonisan hubungan dengan pasangan maupun anak-anak, sehingga kebosanan yang mendera malah bisa berubah menjadi rasa bahagia.