Menurut Tafsir Fi Dzhilalil Quran, kelahiran manusia merupakan peristiwa ghaib yang bermakna mendalam, sesungguhnya itu semua adalah rahasia kehidupan yang tersembunyi. Ilmu pengetahuan yang diakui manusia adalah ilmu yang dangkal baru saja diperoleh karena Allah-lah yang melahirkan semua pakar dan para ilmuwan. Mereka semua dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun.
Selain kehendak Allah dalam menciptakan manusia, Allah pun memberi manusia pendengaran, penglihatan, dan hati, dalam bahasa Al-Quran, hati terkadang diartikan sebagai Qalbu atau fu’aad yang berguna untuk menjelaskan setiap alat (organ) pemahaman pada diri manusia, dalam hal ini hati biasanya dikaitkan dengan akal dan juga potensi inspiratif (ilham) pada diri manusia. Manusia diberi begitu banyak anugerah agar senantiasa bersyukur, memahami nilai yang terkandung dalam nikmat yang diberikan-Nya, dan selalu beriman kepada Allah sebagai sesembahan Yang Maha Esa (Sayyid Qutb, 2000: 201-202).
Tafsir kementrian agama juga menerangkan dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan peristiwa kegaiban dan keajaiban yang terjadi pada manusia. Manusia mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses janin tersebut berkembang di dalam rahim seorang ibu sehingga mencapai kesempurnaan. Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa pun, tetapi Allah memberi anugerah pada manusia sebelum ia lahir, dengan diberikan anugerah potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir (akal), berbahagia, mengindra (penglihatan dan pendengaran) dan lain sebagainya.Â
Beriringan dengan dewasanya seorang manusia, segala potensi tersebut berkembang, yang mana akalnya dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Penglihatan dan pendengaran yang didapatkan, manusia dapat mengenali dunia sekitar, juga dapat mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan antar sesama manusia. Semua potensi itu adalah rahmat dan anugerah tuhan yang diberikan tidak terhingga, dari semua potensi tersebut manusia diwajibkan bersyukur, dengan beriman, beribadah, dan patuh kepada-Nya (kemenang, 2010: 359-360).
Manusia sudah diberikan potensi sejak mereka lahir, meskipun belum mengetahui sesuatu pun. Allah tetap memberikan anugerah berupa penglihatan, pendengaran, dan juga akal. dengan memiliki akal yang sempurna dan bersih manusia dapat mengetahui berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu. Akal adalah inti dari semua potensi dan anugerah yang diberikan pada manusia. Akal diciptkan agar manusia dapat membedakan mana yang membawa kebaikan dan mana yang membawa mudhorot, dalam semua hal ini anugerah tersebut diberikan agar mereka dapat meneruskan hidup dan senantiasa bersyukur dengan apa yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Agama, K. (2010). Al Quran dan tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi.
Hamka. (2003). Tafsir Al Azhar. PTE LTD Singapura.
Katsir, I. I. (2003). Terjemah Tafsir Ibnu katsir Jilid 5. Bogor: Mu-assasah Daar al-Hilaal Kairo.
Qutb, S. (2000). Terjemahan Tafsir Fi Dzilalil Quran, dibawah naungan AL-Quran. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, M. Q. (2016). Terjemahan Tafsir Al Misbah . Tangerang: Lentera Hati.