Tangan pemuda itu bergetar. Belati itu jatuh bersama keberaniannya. Air mata membasahi kedua netranya yang sudah tak punya cahaya. Ia kemudian tertawa, lalu menangis. Kemudian tertawa lagi.
Tidak. Tidak mungkin. Pemuda itu terkekeh. Sejak awal memang mustahil.
Tubuhnya berguncang sebab tergelak sekaligus sesenggukan. Ia mulai kehilangan kewarasan. Pikirannya rusak. Ekspresi wajahnya tak terkendali. Kemudian, dalam satu tarikan napas ia berteriak sangat kencang, mengoyak irama hening dalam kamar tidurnya. Cairan merah darah keluar dari telinganya. Ia tak lagi bisa mendengar.
Ya. Seorang iblis takkan pernah bertemu malaikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H