Mohon tunggu...
Humaniora

Potret Humanisme dalam Kehidupan Manusia

27 Mei 2017   11:09 Diperbarui: 27 Mei 2017   11:49 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Kita sebagai sesama manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus saling menyayangi antar satu dengan lainnya. Hal itu sesuai dengan konsep humanisme, dimana setiap manusia hidup bersama dan memiliki adab. Namun dari jaman dahulu hingga sekarang kehidupan makhluk sosial yang diharapkan sesuai dengan konsep humanisme masih belum bisa terwujud. Sebagai contoh masih saja ada peperangan antar sesama manusia.

            Peperangan yang terjadi tidak hanya terjadi saat ini. Peperangan yang terjadi sudah terjadi dari jaman dahulu kala, sebagai contoh Perang Dunia 1 dan Perang yang terjadi antara Palestina dan Israel. Selain itu, peperangan juga tidak hanya terjadi di satu tempat. Peperangan terjadi di berbagai belahan dunia. Peperangan yang terjadi pun menyebabkan dampak-dampak negatif. Dampak itu tidak hanya dirasakan oleh kedua belah pihak, tetapi juga berdampak kepada semua yang ada disekitarnya. Dampak itu seperti rusaknya daerah disekitarnya bahkan menyebabkan korban jiwa yang tidak memiliki sangkut pautnya dengan peperangan tersebut. Tentu saja hal-hal itu sangat bertentangan dengan makhluk sosial dimana setiap manusia saling membantu dan menolong.

            Namun, jika kita hanya berpikir bahwa contoh kurangnya rasa kasih sayang atau humanisme hanya perang saja, itu merupakan pemikiran yang salah. Mengapa? Itu semua karena contoh/bukti kurangnya jiwa sosial masih banyak lagi. Bukti-buktinya seperti tindak ‘bully’, tindak kekerasan, dan masih banyak lagi. Bahkan hal-hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi juga ada beberapa yang dilakukan oleh anak dibawah umur. Tindakan anak-anak tersebut juga berdampak negatif pada sesama temanya, seperti merusak moral dan bahkan menyebabkan trauma yang berkelanjutan. Sekali lagi hal-hal tersebut membuktikan kurangnya jiwa sosial pada manusia dan membuktikan juga bahwa kurangnya pemahaman humanisme dikalangan masyarakat umum.

            Jika jiwa sosial pada masyarakat masih kurang, tentu hal ini sangat mengkhawatirkan. Masyarakat khawatir jika tindakan-tindakan orang lain yang tidak diharapkan bisa saja terjadi padanya dan membahayakannya. Namun masyarakat tidak perlu terlalu khawatir terhadap masalah itu. Masyarakat tidak perlu khawatir karena di seluruh negara di belahan bumi ini sudah mempunyai program-program untuk menangani masalah-masalah seperti tindak kekerasan. Program-program tersebut selalu ditekankan oleh seluruh negara di dunia untuk menerapkan rasa kasih sayang antar manusia. Dan ternyata program-program seperti itu tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga ada dari lembaga-lembaga yang ada di masyarakat. Tetapi, agar terwujudnya masyarakat yang saling menyayangi kita sebagai makhluk sosial juga harus sadar untuk saling menyayangi sesama manusia. Dengan begitu harapan masyarakat tidak hanya sebatas mimpi saja, tetapi kita sebagai manusia mampu mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun