Mohon tunggu...
Nur Reza Pertiwi
Nur Reza Pertiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

DAKWAH

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengeroyokan Makin Marak, Generasi Semakin Nir-Akhlak

20 April 2023   16:13 Diperbarui: 20 April 2023   16:19 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengeroyokan Makin Marak, Generasi Semakin Nir-Akhlak

Oleh : Nur Reza Pertiwi (Mahasiswi)

Pada bulan Februari lalu tepatnya pada tanggal 8 Februari 2023 telah terjadi penganiyaan di perumahan Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kasus terbaru penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy Satrio terhadap Cristalino David Ozora terus didalami pihak kepolisian. Belakangan ini sudah seringkali kita mendengar kasus penganiayaan maupun pembullyan yang pelakunya masih berusia remaja. Salah satunya adalah kasus penganiyaan Mario terhadap David. Berdasarkan video yang viral, publik setuju bahwa yang dilakukan Mario terhadap David adalah jahat, terlebih korban sampai mengalami koma.

Pada kehidupan saat ini tak sedikit kita dapatkan remaja yang sering melakukan kriminal terhadap teman-temannya sendiri. Tidak hanya itu, bahkan orang tua pun menjadi korban. Bisa dikatakan kasus pengeroyokan yang marak terjadi saat ini disebabkan krisis moral pada remaja. Ada apa pada remaja kita saat ini? Mengapa mereka mudah terbawa emosi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang salah?

Kehidupan remaja saat ini tidak terlepas dari dunia maya atau media sosial. Mereka terjebak dengan konten-konten yang viral sehingga membuat mereka mudah untuk meniru di dunia nyata. Belum lagi konten-konten percintaan yang membuat remaja mudah terikut salah satunya Pacaran. Banyak sekali kita temukan fakta remaja yang menjadi korban pergaulan bebas akibat dari pacaran. Hal itulah yang menunjukkan nasib generasi pada saat ini berada di ujung tanduk.

Seharusnya peran orang tua sangat penting dalam melindungi anak-anak mereka, bukan malah mendukung perbuatan yang salah, terlebih lagi dari sisi masyarakat saat ini yang memaklumi aktivitas pacaran karena di anggap "Cinta Monyet". Dari sinilah muncul dampak negatif, anak menjadi nakal, tidak mau mendengar perkataan yang lebih dewasa dari mereka, gaya hidup bebas, dan masih banyak lagi.

Dari kasus Mario publik setuju bahwa Mario adalah wujud anak dari pola asuh yang salah dan kemungkinan besar Mario memiliki trauma masa kecil, sehingga ketika dewasa emosinya tidak terkontrol. Seharusnya peran orang tua memberikan pengasuhan yang layak sehingga hak-hak anak dapat terpenuhi. Kasus ini menegaskan bahwa ada krisis moral yang melanda banyak generasi saat ini sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang nirakhlak. Kalau sudah begini Negara patut khawatir akan nasibnya yang diambang kehancuran. Bukannya malah abai dan sibuk mengurusi perkara-perkara tidak penting seperti pemindahan IKN, kampanye untuk pemilu dan sebagainya.

Perlunya pola asuh yang benar dari orang tua sehingga pengasuhan tidak hanya seputar kesiapan mental seorang calon suami dan istri saat sebelum menikah. Tetapi juga meliputi bagaimana mengurus anak, membimbing agamanya dan mengajari etika dalam berperilaku. Aktivitas pacaran sebelum menikah juga tidak semestinya dilakukan karena pacaran membuat pengasuhan maupun rasa kasih sayang menjadi kosong ketika calon suami istri telah menjadi Ayah dan Ibu.

Sudah seharusnya orang tua berperan penting dalam mendidik maupun memberikan pengasuhan terhadap anak sesuai dengan ajaran Islam. Ketika anak memasuki tahap pertumbuhan, anak sudah harus ditanamkan perilaku-perilaku yang positif sehingga terbiasa saat ia menjadi dewasa. Remaja juga harus memikirkan mengenai kehidupan seperti pemahaman dari mana ia berasal, yaitu dari Allah dan apa tujuan ia hidup di dunia ini, yaitu untuk beribadah dan akan kemana ia setelah melalui kehidupan dunia yaitu adanya akhirat dan hari penghisaban amal.

Inilah yang dapat mengontrol segala perilaku remaja saat ini, bukan hanya berpatokan pada kesenangan semata. Jika pemikiran seperti itu sudah ditanamkan, niscaya tidak akan ada manusia yang berbuat dengan mengandalkan perasaan atau lebih mengedepankan emosi saat bertindak. Sayangnya, sistem saat ini yang diterapkan yaitu sekuler yang membuat remaja merasa bebas untuk melakukan hal apa saja tanpa terikat dengan aturan agama. Sudah seharusnya remaja menyadari bahwa dirinya bukan anak kecil lagi melainkan sudah balig, yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.

Solusi Islam dalam mengatasi pembullyan yang sering terjadi pada saat ini adalah menanamkan aqidah dan moral-moral yang baik sesuai dengan syariat Islam terhadap anak-anak remaja, dimulai dari orang tua yang berperan penting dalam mendidik anak, yaitu tanamkan sifat lemah lembut, berkata sopan, jujur, dan hal-hal positif lainnya. Serta dukungan dari Negara memberikan pendidikan yang layak, berperan untuk mendidik generasi agar siap menjadi orang tua dan bisa mendidik anaknya agar memiliki kepribadian Islam. Wallahu 'alam bis shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun