Mohon tunggu...
Nur RahmiKirbillah
Nur RahmiKirbillah Mohon Tunggu... Guru - IAIN JEMBER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nur Rahmi Kirbillah 8 maret 2001 IAIN JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Eksistensialisme dan Pemikiran Tokoh-Tokohnya

29 April 2020   23:40 Diperbarui: 29 April 2020   23:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

A. Pengertian

     Eksistensialisme menurut etimologi berasal dari kata "eks" yang berarti di luar, "sistensi" yang berdiri atau menempatkan dan "isme" yang berarti paham atau ajaran. Eksistensialisme didefinisikan sebagai usaha untuk memfilsafatkan sesuatu dari sudut pandang pelakunya, dibandingkan cara tradisional, yaitu dari sudut penelitinya. Pada hakikatnya adalah aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Pendidikan dan eksistensialisme bersinggungan satu sama lain dalam masalah-masalah yang sama, yakni manusia. Dalam hubunganya dengan pendidikan, filsafat eksistensialisme dapat ditinjau dari berbagai implikasinya, yaitu terhadap 1) tujuan pendidikan, 2) pendidikan dan sekolah,3) peranan pendidik/guru, 4) tugas anak didik, 5) kurikulum, dan 6) materi pembelajaran

B. Pemikiran tokoh

1. Soren Aabye Kierkegaard

     Inti pemikiran Kierkegaard adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapu senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi, ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.

2. Friedrich Nietzsche

     Menurutnya manusia yang bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (ubermensch) yang mempunyaiental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri

3. Martin Heidegger

     Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain ,segala sesuatu yang berasa di luar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada di luar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena benda-benda yang berada di luar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.

4. Jean Paul Sarte

     Sarte berkeyakinan bahwa inti setiap relasi antarmanusia adalah konflik, saling menegaskan terus menerus, karena seorang manusia menjasi subjek sekaligus objek bagi yang lain. Oleh karena itu, satu dengan yang lainnya berusaha untuk memasukkan orang lain ke dalam pusat "dunia". Mengikuti Nietzsche, Sarte mengutuk setiap bentuk objektivikasi dan impersonalisasi. Tak ada standar baik dan buruk kecuali kebebasan itu sendiri. Sarte menekankan pada kenebasan untuk menentukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yg bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri.

Sekian semoga bermanfaat, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun