Mohon tunggu...
Nur Rahmawati
Nur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Long Learning

Penikmat Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan Nikmat Ramadhan

26 Februari 2024   21:32 Diperbarui: 26 Februari 2024   21:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu Nadia usai bermain bersama teman-temannya di lapangan dekat balai desa. Mereka bermain lompat tali dan menonton pertandingan bola voli sebentar. Besok adalah hari pertama bulan Ramadhan, umat muslim di seluruh dunia akan menunaikan ibadah puasa, sehingga pada malam harinya juga dilaksanakan ibadah tarawih, sesuai sunnah Rasulullah SAW.

"Ibu nanti malam aku mau ikut sholat tarawih di masjid ya." Pinta Nadia pada ibunya. Gadis kecil itu kini duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD).

"Ok sayang, tapi nggak boleh berisik ya di Masjid." Ujar ibunya yang lagi sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya. "Tapi kenapa memangnya kalau berisik bu, kan teman-teman Nadia di Masjid banyak."

"Tidak boleh gitu dong, kalau lagi beribadah harus khusuk, tidak boleh main-main." Jelas ibunya dengan santai. "Nanti kalau ibadahnya khusuk, dapat pahala dari Allah SWT." Ibunya menambahkan.

Tiba-tiba terdengar suara adzan Magrib berkumandang. Setelah sholat Magrib bersama di rumah, Nadia, Ayah dan Ibunya makan malam bersama sejenak lalu bersiap-siap untuk sholat Isya sekaligus tarawih di Masjid.

***

Di Masjid, Nadia bertemu teman-temannya, mereka menggelar sajadah bersama dan berdiri di samping ibu mereka masing-masing. Nadia ingat betul pesan ibunya tadi sore bahwa ia tidak boleh berisik ketika di Masjid meskipun ia sangat ingin bercengkrama dengan teman-temannya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" terdengar suara imam mengucapkan salam pada rakaat terkahir sholat Isya. Nadia senang bukan main, karena sebentar lagi ia akan melaksanakan sholat tarawih. Hal yang sudah ia tunggu-tunggu sejak tadi sore.

Ini tahun pertama baginya mengikuti Ibunya sholat taraweh di Masjid, karena sebelum-sebelumnya ia hanya menemani neneknya yang sudah tua sholat di rumah. Sekarang neneknya sudah meninggal sejak lima bulan lalu.

"Ibu, kenapa belum mulai-mulai sholat tarawihnya?" Nadia berbisik pada Ibunya. "Sebentar lagi sayang, ada Pak Ustadz mau ceramah dulu." Di saf paling depan sana terlihat Pak ustadz menuju mimbar ceramah, lalu mulai menyapa jama'ah dengan salam, kemudian menyampaikan ceramah tentang sejarah diwajibkannya puasa Ramadhan.

"Kewajiban umat muslim untuk berpuasa tidak terlepas dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Dulu sebelum ayat yang mewajibkan berpuasa turun, Nabi Muhammad SAW selalu menjalankan ibadah puasa selama 3 hari setiap bulannya, serta menjalankan puasa pada setiap tanggal 10 Muharram." 

Pak ustadz masih melanjutkan ceramahnya hingga beberapa menit lagi. Nadia dan jama'ah lainnya asyik menyimak. Ini juga pengalaman pertama baginya mendengarkan langsung ceramah Pak ustadz di Masjid.

 "Kemudian sebagai bentuk penyempurnaan syariat islam, diturunkanlah Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 183-184 yang berbunyi; Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu bertakwa, (yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasanya itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

"Ibu, kenapa ceramahnya lama sekali? Kapan sholat tarawihnya?" Nadia mulai berbisik lagi pada ibunya. "Sebentar lagi sayang." Sahut ibunya, dan benar saja tidak lama setelah itu Pak ustadz mengakhiri ceramahnya. Kemudian memimpin sholat tarawih karena malam itu beliau juga bertindak sebagai imam.

            Setelah melaksanakan sholat tarawih dan mendengar ceramah Pak ustadz malam itu, Nadia menyadari betapa asyiknya sholat berjamaah di Masjid. Nadia suka keramaian, apalagi banyak teman-teman sebayanya yang juga ikut sholat berjamaah di Masjid.

"Gimana sayang besok mau puasa penuh seharian atau setengah hari saja?" ibunya menghampiri Nadia yang sedang asyik membuka buku iqra. "Seharian penuh ibu." Sahut Nadia.

Untuk bulan puasa kali ini ia sudah menyusun banyak rencana, ia mau tadarus Al-Qur'an, puasa 30 hari penuh, rajin bangun sahur, dan yang tidak kalah penting adalah ia tidak mau ketinggalan sholat tarawih. Mengingat ia sudah duduk di bangku kelas 1 SD, guru akan menilai kegiatan ibadah siswa-siswa selama bulan Ramadhan, jadi Nadia akan melaksanakannya sepenuh hati.

"Ibu, kata Pak ustadz tadi, kalau puasanya bolong, maka wajib mengganti, jadi aku mau puasa penuh satu bulan bu, biar tidak ganti-ganti." Ibunya tersenyum mendengar ucapan gadis kecilnya itu. Namun dengan lembut ibunya menjelaskan kembali tentang kewajiban berpuasa.

"Kalau masih seusia kamu, puasa setengah hari saja tidak apa-apa sayang. Nanti kalau sudah usia 10 tahun baru wajib puasa penuh." Nadia lalu menggangguk dan tidak bertanya lagi, ia sudah menguap karena mengantuk ketika ibunya beranjak dari kamarnya. "Selamat tidur ibu, nanti jangan lupa bangunin Nadia untuk sahur ya." Ucapnya kepada sang ibu.

***

Nadia terkantuk-kantuk menuju meja makan. Ia hampir saja tidak bisa menikmati sahur karena keasyikan tidur. Ibunya sudah berkali-kali membangunkannya namun gagal, ia selalu saja bilang "sebentar lagi bu" tanpa membuka sedikitpun matanya. Akhirnya ibunya nyerah, dan membiarkan gadis kecilnya itu tetap tidur.

"Waktu imsak tinggal lima belas menit lagi, bagi warga yang belum sahur masih ada waktu untuk sahur. Sahurrr......sahurrrr...sahurrrrr." Teriakan marbot masjid terdengar samar-samar di kuping Nadia. Akhirnya Nadia beranjak juga dari tempat tidurnya, terburu-terburu ia menuju meja makan. Ia tidak mendapati ayah dan ibunya di meja makan. Nampaknya ia menyadari bahwa ia terlambat dan orang tuanya sudah selesai sahur.

Nadia menikmati makan sahurnya sendirian, ia sudah berniat untuk puasa sehari penuh besok. Meskipun terlambat sahur, Nadia menghabiskan makan sahurnya dengan lahap walaupun terburu-buru "biar besok kuat menjalani puasa dan tidak berbuka di siang hari." Nadia menyemangati dirinya sendiri. Ia berhasil melaksanakan puasa di hari pertama dengan lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun