Napasmu berhembus keras. Terburu-buru, seolah ingin menghirup oksigen sebanyak mungkin. Alir mendekatkan tubuhnya.
"Aku tahu apa yang kau inginkan. Kemarilah..."
Jemarimu meraih jemari lelaki itu pelan. Awan hitam masih berderak di langit, kemudian petir menyambar. Kau terlonjak, memeluk lelaki itu erat.
Apa yang salah dariku? Teriakan itu bergema dalam pendengaranmu secara tiba-tiba. Kau seenaknya saja pergi dengan wanita lain! Pikirkan perasaanku!
Maafkan aku...
Yang kaucari adalah wanita rendahan ini? Apa yang kaucari? Tubuhnya, bukan? Dasar brengsek!
Memori itu berulang kembali. Suara perempuan itu kembali menyayat telingamu. Suara yang kau hapal setelah belasan tahun kalian bersahabat. Lelaki itu mengacaukan segalanya. Ia lari padamu setelah merenggut mahkota sahabatmu sendiri. Sahabatmu itu tega saja mengumpatmu dengan sebutan yang tak layak disandang seorang sahabat.
 Lambat laun, ucapan itu benar-benar mengoyak hatimu, merusak alam bawah sadarmu. Bukankah itu yang menyebabkan kau begitu takut pada lelaki? Lalu, apa bedanya? Bukankah Alir juga lelaki?
Yang kaucari hanya tubuhnya, bukan?
Kau tersentak. Melepaskan pelukanmu. Alir terkejut, berbisik lirih,"Ada apa?"
Kau menggeleng keras. "Maafkan aku. Mulai saat ini, jangan temui aku lagi. Sampai jumpa."