Gadis itu bukan pesolek. Tapi ia tahu bagaimana caranya merawat diri sendiri dengan pantas. Tidak harus mahal, ia hanya memastikan penampilannya enak dilihat dari luar. Tak disangka, cinta datang menghampirinya di tengah-tengah itu. Kebiasaannya merawat diri hilang satu.
Tunggu. Ada yang salah di sini.
Seharusnya saat kau sedang jatuh cinta, kau akan memaksa dirimu untuk terlihat lebih cantik. Lebih menarik. Lebih mempesona, sehingga laki-laki yang berjalan di sebelahmu akan bangga melihat tatapan iri dari orang-orang yang melihat kalian. Tapi kau? Kau terlalu nyaman menjadi dirimu sendiri. Kau yang jarang mengenakan hiasan berlebihan, gaya pakaianmu dan agak kumal, juga raut wajahmu yang seperti orang judes.Â
Tapi kau tahu bahwa hanya penampilan luarmu yang bisa dibilang mengkhawatirkan. Dari dalam, kau adalah orang yang baik. Laki-laki itu, ya, laki-laki itu, Alir, menerimamu apa adanya. Seperti namanya yang mengalir, begitu pula hubungan kalian. Terutama karena kalian berdua adalah orang-orang yang menemukan kecocokan di tengah jalan, di bagian seni lukis. Dan kau telanjur nyaman dengan semua itu sampai melupakan kondisi wajahmu sendiri.
"Baiklah, saatnya introspeksi," suara teman sekamarmu mengagetkanmu. "Kalau habis keluar malam, jangan lupa cuci muka, neng. Biar nggak jerawatan. Kayak aku. Hehehehehe."
Lalu kau mengangguk. Tersenyum. Mendengar kata malam, kau teringat malam-malam kalian yang panjang. Acara makan malam yang selalu menyenangkan di mana saja, lalu dilanjut obrolan yang tak kunjung habis, sembari menyantap setangkup roti bakar kacang cokelat atau dua cangkir kopi susu panas. Ketika sedang tidak ingin berbincang, kalian akan melukis di kanvas dalam keheningan. Bagaimanapun caranya, kalian sedapat mungkin ingin selalu bersama.
 Lalu perjalanan kalian di malam hari, detik-detik saat kau melingkarkan tanganmu di pinggangnya di atas motor, atau ketika kelopak-kelopak bunga mendadak berjatuhan saat lelaki itu menggenggam jemarimu saat kalian menyeberangi jalan. Kau begitu menyukai telapak tangannya yang besar dan sedikit kasar. Langkah-langkah kakinya yang panjang, bahunya yang tegap, dan senyumnya yang lebar saat menatap matamu.
Kau menyukai semuanya.
Kau mencintai lelaki itu.
Dan lelaki itu mencintaimu.
Kalian sempurna. Kalian serasi. Demikian bisik-bisik tetangga yang mengetahui hubungan kalian. Tak ada yang lebih membahagiakan ketimbang saat mengetahui bahwa orang yang kau cintai juga mencintaimu.