Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peristiwa dalam Sejarah yang Terjadi di Jakarta

22 Juni 2023   22:09 Diperbarui: 23 Juni 2023   08:24 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Bundaran HI waktu malam. (Sumber foto: okezone.com)

Pada 22 Juni 2023, warga Jakarta sedang merayakan hari jadi provinsi DKI Jakarta yang ke-496. Itu artinya, kota Jakarta telah berdiri sejak 496 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1527 dengan nama Jayakarta. Konon, nama ini menjadi inspirasi bagi grup lawak legendaris, yang bernama Jayakarta Group yang beranggotakan Jojon (alm.), Esther (alm.), Cahyono (alm.), dan Uuk (alm.). Selama lebih dari empat abad lamanya, kota Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan negara Republik Indonesia menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Indonesia. Apa saja peristiwa-peristiwa itu? Berikut rangkumannya.

1. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah 3,5 tahun lamanya dijajah oleh pemerintahan Jepang. Peristiwa ini terjadi di kediaman Soekarno yang berlokasi di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Menteng, Jakarta Pusat pada pukul 10.00 WIB. Pelaksanaan proklamasi ini juga menjadi acuan untuk pelaksanaan upacara detik-detik proklamasi yang diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Sehari seusai memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Soekarno diangkat menjadi presiden Republik Indonesia dan Mohammad Hatta diangkat sebagai wakil presidennya.

2. Perpindahan Ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta

Belum genap setahun merasakan hidup dalam kemerdekaan, Indonesia kembali dijajah oleh Sekutu. Sekutu yang diboncengi oleh NICA melakukan razia dan penangkapan terhadap para pejuang kemerdekaan, tak terkecuali Soekarno yang saat itu telah menjadi presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Melihat kondisi Jakarta yang sedang tidak aman, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Pakualam VIII mengirimkan sebuah surat pada 2 Januari 1946. Dalam surat tersebut, pemimpin Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ini bersedia jika pemerintahan Republik Indonesia memindahkan pusat pemerintahannya ke Yogyakarta hingga kondisi Jakarta benar-benar aman.

Setelah didiskusikan bersama kawan-kawannya, Soekarno langsung menyetujui tawaran kedua pemimpin kerajaan di Jogja tersebut. Lalu, pada 3 Januari 1946, Presiden Soekarno melakukan upaya evakuasi dengan menaiki gerbong kereta api C. 2809 buatan Jerman. Karena saat itu Jakarta sedang diawasi oleh NICA, maka lampu di dalam kereta api benar-benar dimatikan sehingga NICA mengira bahwa kereta itu hanyalah kereta kosong yang hanya melewati Stasiun Manggarai.

Soekarno dan rombongannya tersebut sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta pada 4 Januari 1946 dan dijemput oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Pakualam VIII, Panglima TKR Jenderal Soedirman, dan pejabat tinggi negara lainnya. Sejak saat itu, ibukota pemerintahan Republik Indonesia resmi berada di Yogyakarta hingga 27 Desember 1949.

3. Peristiwa Gerakan 30 September (G-30-S) atau Gerakan 1 Oktober (Gestok)

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal terhadap PKI melakukan upaya kudeta terhadap jenderal-jenderal Angkatan Darat. Peristiwa tersebut menewaskan enam jenderal dan seorang perwira Angkatan Darat. 

Tiga orang jenderal yaitu, Letjen Ahmad Yani, Mayjen M.T. Haryono, dan Brigjen D.I. Panjaitan dibunuh di kediamannya masing-masing sedangkan empat orang lainnya yaitu Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo, Mayjen Siswondo Parman, dan Lettu Pierre Tendean (perwira Angkatan Darat yang diculik dari rumah Jenderal Abdul Haris Nasution) disiksa dan dianiaya di sebuah rumah penyiksaan sebelum akhirnya dibunuh dan dimasukkan ke dalam lubang kecil yang berada di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

Hingga saat ini, peristiwa ini sangatlah dikenang sebagai peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia hingga dibuatlah film pada tahun 1982 yang berjudul Penumpasan Pengkhianatan Gerakan 30 September dengan mengambil cerita dari peristiwa ini.

4. Peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari)

Pada 15 Januari 1974 terjadi peristiwa demonstrasi mahasiswa di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Peristiwa tersebut terjadi saat Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei sedang berkunjung di Jakarta pada 14 Januari hingga 17 Januari 1974. Mahasiswa merencanakan akan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Bandara Halim Perdanakusuma. Namun sayangnya, rombongan mahasiswa tidak dapat masuk karena bandara tersebut dijaga ketat oleh aparat. Peristiwa ini setidaknya telah memakan korban sejumlah 11 orang, 137 luka-luka, dan 750 ditangkap. 

Jenderal Ali Moertopo menuduh eks Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan eks Masyumi atau ekstrem kanan adalah dalang peristiwa tersebut. Namun, setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Sjahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa ada sedikit pun fakta dan tak ada seorang pun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ.

5. Kerusuhan Mei 1998

Dua puluh empat tahun setelah peristiwa Malari, kota Jakarta mulai bergolak lagi. Namun kali ini, mahasiswa berdemonstrasi untuk mendesak Soeharto agar turun dari jabatan kepresidenan setelah 30 tahun lamanya berada di tampuk kepemimpinan. Kerusuhan ini juga terjadi karena krisis finansial Asia yang juga dikenal sebagai krisis moneter. Krisis finansial ini menyebabkan harga-harga bahan makanan melambung tinggi yang tak terkendali. Pada 12 Mei 1998, terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Trisakti. 

Dalam peristiwa ini, empat mahasiswa menjadi korban akibat tembakan aparat. Sembilan hari pasca tragedi berdarah itu, Soeharto resmi mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 pukul 10.00 WIB. Pengunduran diri tersebut disambut dengan sorak sorai dari mahasiswa yang menyaksikannya lewat televisi di gedung DPR/MPR. Peristiwa ini menjadi penanda bahwa era pemerintahan Orde Baru telah berakhir.

Itulah beberapa peristiwa penting dalam sejarah yang terjadi di Jakarta. Dirgahayu provinsi DKI Jakarta yang ke-496. Banyak sekali peristiwa yang tak terlupakan di kota Jakarta ini. Semoga kota Jakarta tetap jaya meskipun sebentar lagi sudah tidak menjadi pusat pemerintahan negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun