Mohon tunggu...
Nurrahman Anwar
Nurrahman Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Seorang guru sejarah di smp swasta. Suka menulis dan memancing kalo lagi ga ngajar

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengenal Upacara Adat Erau: Awal Sejarah, Perhelatan Acara dari Tahun ke Tahun, dan Urgensinya bagi Generasi Milenial

29 September 2022   08:30 Diperbarui: 29 September 2022   08:29 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung lagi rame berita tentang pemindahan IKN ke kaltim, saya juga mau ikut nimbrung sambil mengenalkan sebuah upacara adat di Tenggarong yang bernama Erau.

 

 Siapa yang masih ingat dengan Kerajaan Kutai? Yaapp, materi tentang Kerajaan Kutai biasanya terdapat pada mata pelajaran IPS kelas 7 smp. Kerajaan Kutai terletak di hulu Sungai Mahakam tepatnya di kota Tenggarong Kabupaten Kukar Provinsi Kalimantan Timur.

Kerajaan Kutai menurut para ahli sejarah merupakan kerajaan hindu tertua di nusantara. Raja pertamanya bernama aji batara agung dewa sakti atau yang dikenal dengan sebutan kudungga. Raja yang paling terkenal sih namanya mulawarman yang punya sikap bijaksana terus juga hobi makan besar bersama rakyatnya, ga heran sih saking terkenalnya sampai namanya diabadikan sebagai nama sebuah kampus negeri terbesar di Kalimantan Timur yang terletak di kota Samarinda yaitu Universitas Mulawarman.

Awal Mula Erau
Kerajaan kutai dari awal berdirinya hingga sekarang memiliki upacara adat rutin yang dilaksanakan setiap tahun bernama erau. Istilah "erau" sendiri berasal dari kata "eroh" yang dalam bahasa Kutai bermakna keramaian pesta atau dimaknai sebagai pesta rakyat. Zaman awal kerajaan sih erau itu dilaksanakan selama 30 hari atau sebulan full oleh raja beserta keluarga dan segenap rakyat tanpa membedakan status sosial.

Tokoh masyarakat, seniman, dan rakyat biasa membawa bekal masing-masing dari daerah asal mereka. Biasanya sih mereka membawa makanan atau minuman khas atau hasil bumi dari daerah mereka untuk dipersembahkan kepada raja. Ketika upacara erau dimulai, para tamu dari daerah tadi dijamu dan dilayani sebaik mungkin oleh raja dan para 'abdi dalemnya' sebagai wujud menghargai dan berterima kasih atas kesetian dan pengabdian mereka selama ini kepada kerajaan.

Pada tahun 1575 di bawah pemerintahan Sultan Aji Raja Mahkota Mulia Alam, Kerajaan Kutai berubah menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara. Berlanjut pada tahun 1635 Kesultanan Kutai berhasil menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Maharaja Dharma Setia. Sejak saat itu raja mengganti nama kerajaannya menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Kesultanan Kutai Kartanegara yang kekuasaannya berakhir pada tahun 1960 memutuskan bergabung menjadi daerah otonomi dibawah kendali Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Perhelatan Erau dari tahun ke tahun

Upacara adat erau pun mengalami perkembangan yang signifikan. Dari tahun ke tahun baik dari tema hingga isi acara banyak mengalami inovasi yang menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman. Pemerintah daerah  mulai dari tahun 1970 menggelar erau sebagai pesta adat dan pesta kesenian rakyat tanpa menghilangkan unsur acara yang bersifat adat-ritualistik dari Kesultanan Kutai. Sekaligus juga disandingkan dengan HUT kota Tenggarong. Semenjak saat itu pesta adat erau terus dilaksanakan rutin setiap tahun dengan jumlah pengunjung yang kian meningkat. 

Pemerintah daerahpada tahun 2013 membuat gebrakan baru dengan memasukan pesta adat erau ke dalam calender of events pariwisata nasional, hal itu membuat tidak terfokus kepada kesenian yang ada di lingkup Kesultanan Kutai saja akan tetapi juga mencakup dan merangkul berbagai kesenian yang terdapat dan berkembang diberbagai wilayah yang ada di Kukar.

Pada tahun yang sama pula erau memiliki tema acara baru yaitu Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF).  Yaa, festival erau telah naik level, tidak lagi di level kabupaten atau level nasional akan tetapi telah tampil di level internasional.

Kesenian dan tradisi yang beragam baik dalam lingkup kesultanan maupun kesenian yang berkembang di masyarakat secara bergantian diperkenalkan dan ditampilkan kepada para delegasi negara undangan. Tercatat pada perhelatan pertama erau di kancah internasional ada tujuh negara yang diundang untuk unjuk kesenian dan budaya. Mulai dari India, Korea Selatan, Jepang, Bulgaria, Cina, dan Australia.

Masing-masing anggota negara delegasi selama tujuh hari berturut-turut menampilkan kesenian dan warisan budaya mereka diberbagai venue yang sudah disiapkan panitia penyelenggara. Tidak ketinggalan pula para seniman dan tokoh dari tuan rumah ikut unjuk gigi. Mulai dari kesenian tari hudoq, tari gantar, dan tari jepen. Seni teatrikal mamanda yang mirip ludruk dan lenong juga tidak lupa ditampilkan.

Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara juga berdampak pada pesta adat erau. Tercatat pada tahun 2020 erau batal terlaksana karena melonjaknya angka positif covid-19 di Kukar, khususnya di kota Tenggarong.

Alhamdulillah Wa Syukurillah... pandemi covid-19 perlahan telah berlalu. Rasa suntuk dan bosan pun lambat laun akan pergi karena tahun 2022 ini pesta adat erau akan kembali digelar.

Mengutip korankaltim.com, Erau Adat Pelas Benua 2022 ini berlangsung pada 20 september hingga 3 oktober. Mengangkat tema 'Erau Kutai Lawas, Balik Asal Kutai Lawas. Tunduk Sabda Sang Meruhum' yang mengandung makna di dalam pelaksanaan erau ini dikembalikan ke makna sebelumnya yang memang bersifat sakral dan juga berorientasi pada HUT kota Tenggarong.

Kurang lebih ada 14 jenis kegiatan yang akan digelar. Dari yang bersifat seremonial ala pemerintahan hingga yang bersifat ritual ada kesultanan pada awal pembukaan erau.

Urgensi Erau bagi generasi milenial

Dengan terus  digelar rutin setiap tahun maka pesta adat erau (diharapkan) lestari dan dikenal oleh generasi muda 'milenial'  yang sudah kadung terbius pemikiran dan tradisi ala barat dan korea. Sebenarnya ga salah sih kalo suka yang berbau barat dan korea, toh saya pun suka juga..hehe

Hanya saja jangan sampai kita lupa dengan tradisi dan budaya kita yang ada dan hidup disekitar kita. Terlebih lagi warisan kesenian yang sedemikan banyaknya dan berumur ratusan tahun sudah menunggu untuk dirawat eksistensinya. Yaa minimal kalo kita tidak bisa terjun secara langsung untuk eksis didalamnya paling tidak kita cukup mengenal budaya dan keseniah kita sebagai 'Urang Tenggarong'

Pesta adat erau mengajarkan kita agar kita mengenal dan memahami keragaman adat dan budaya yang ada di nusantara hingga mancanegara. 

Rasa toleransi dan keterbukaan wawasan akan menjadikan kita orang yang berpikir luas tidak sempit dan mampu mendialogkan berbagai perbedaan yang ada menjadi satu kekuataan kebersamaan yang kokoh. Sesuai dengan semboyan negara kita lah 'Bhineka Tunggal Ika'.

Terakhir, perhelatan pesta adat erau bisa jadi media promosi wisata daerah agar pengunjung berduyun-duyun datang menyaksikan dan menjelajahi kekayaan budaya dan keindahan alam 'Kota Raja Tenggarong'.

Kalo pengunjung rame datang ke Tenggarong otomatis roda perekonomian pemerintah daerah dan masyarakat sekitar akan meningkat secara perlahan tapi pasti. Mengingat sektor pariwisata sekarang lagi booming menjadi andalan beberapa daerah guna mendongkrak pendapatan mereka. 

So, kalo kamu lagi ada di pesta ada erau di Tenggarong jangan lupa buat foto atau konten guna bantu promosi wisata daerah ya. Ga ada ruginya kok, ya anggap aja sedekah  lumayan nambah pahala...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun