Mohon tunggu...
Nur Qulby Fatiya Abadi
Nur Qulby Fatiya Abadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPNVY Student

Hi! I'm an IR Student at UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Cara AIESEC Memberikan Cross-Cultural Exposure?

6 Juni 2023   01:42 Diperbarui: 6 Juni 2023   02:13 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mempelajari budaya secara mendalam membawa kita untuk memahami bahwa orang memiliki peran utama dalam budaya. Orang dengan kemampuan sebagai pencipta; menciptakan cara hidup atau yang dinamakan kebudayaan. Orang melihat budaya sebagai kekuatan penuntun dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi penganut pada saat ini, dan misi mereka adalah menyelamatkan budaya itu sendiri. Orang-orang pada kenyataannya berperan sebagai manipulator budaya ketika mereka berada di luar lingkaran budaya. 

Selama kita adalah bagian dari budaya manusia, kita harus peduli dengan masalah ini. Ada contoh ketika manusia membawa budaya ke luar negeri, yang menunjukkan bahwa manusia adalah pembawa budaya. Selanjutnya, istilah tersebut menyiratkan bahwa orang hidup di dalam budaya.

Dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat suatu negara, budaya juga dijadikan sebagai identitas suatu negara, dan menjadi eksistensi suatu bangsa di mata bangsa lain. Hidup dalam budaya baru bisa menjadi pengalaman yang mendebarkan dan membangkitkan semangat. Ini juga merupakan masalah besar karena kita menyadari bahwa gaya persepsi dan tindakan yang biasa mungkin tidak sesuai dalam situasi budaya baru. 

Masing-masing dari kita telah dikondisikan untuk berpikir, ber persepsi, dan merasakan dengan cara tertentu oleh keluarga, teman, lembaga pendidikan, dan agama kita. Cita-cita ini berbeda dari satu budaya ke budaya berikutnya. Akibatnya, kebiasaan yang berkontribusi pada kesuksesan atau kebahagiaan dalam budaya itu berubah. Memahami cita-cita itu penting untuk memahami budaya.

Setiap negara, kota, dan daerah memiliki budaya yang berbeda, tidak hanya dalam hal adat istiadat, bahasa atau lingkungan, tetapi juga hal-hal seperti perbedaan budaya yang ada dalam nilai, gaya komunikasi, persepsi waktu, makna kesehatan, masyarakat dan sebagainya. Lebih jauh lagi, sebenarnya setiap negara, pulau dan kota memiliki budaya yang berbeda-beda karena masyarakat yang tinggal di satu tempat akan hidup dengan cara, kebiasaan, dan adatnya masing-masing. Ini mencakup cara berpikir mereka, kebiasaan mereka, dan gaya mereka. Efek dari perbedaan tersebut membuat orang bingung ketika pergi ke negara lain atau kota lain dan efek ini biasa disebut dengan culture shock.

Lalu, dengan cara bagaimana anak-anak muda atau remaja bisa merasakan perbedaan budaya di umur yang masih muda?

Dalam hal ini, terdapat sebuah organisasi bernama AIESEC yang menjadi wadah bagi pemuda untuk mendapatkan pengalaman komunikasi lintas budaya. AIESEC adalah organisasi yang dijalankan oleh pemuda terbesar di dunia. Organisasi ini hadir di 124 negara, dan berdampak pada dunia dengan memberikan pengalaman pengembangan kepemimpinan dengan mengirimkan pemuda dalam pertukaran ke negara lain. AIESEC menciptakan pertukaran ini melalui magang internasional dan pengalaman sukarelawan atau volunteer.

Pada tingkat dasar, cara AIESEC menciptakan pertukaran internasional untuk pemuda adalah dengan meminta local committees (terdiri dari siswa di universitas atau kota tertentu) membuat kesepakatan bisnis dengan entitas lokal, atau dengan membuat proyek pengembangan masyarakat lokal. Kesepakatan bisnis adalah kesepakatan yang memungkinkan AIESEC mempekerjakan mahasiswa magang dari luar negeri untuk bekerja di perusahaan tempat mereka membuat kesepakatan. Perusahaan membayar gaji magang atau menyediakan akomodasi, dan AIESEC menjadi tuan rumah magang. Proyek pengembangan masyarakat global umumnya dibuat oleh local committees, dan ditujukan untuk memperbaiki masyarakat.

Penulis telah mewawancarai salah satu AIESECer atau member AIESEC yang pernah melakukan pertukaran ke luar negeri, yaitu Azi Amarul yang merupakan lulusan dari Universitas Tanjungpura.

Setelah belajar di Pontianak, Azi menyadari betapa banyak lagi yang ada di dunia yang belum pernah ia alami. Ia sangat ingin belajar lebih banyak dan ingin bergabung dengan jaringan global. Azi berkata awalnya mendengar tentang AIESEC karena temannya melakukan pertukaran ke Kolombia lalu ia pergi ke sesi informasi tentang AIESEC semata-mata untuk mempelajari bagaimana ia bisa pergi ke luar negeri melalui organisasi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun