Dalam dunia yang semakin kompetitif, integritas sarjana diuji dengan berbagai cara. Misalnya, tekanan untuk mempublikasikan karya ilmiah secara cepat bisa mendorong beberapa sarjana untuk memotong jalan atau melakukan tindakan tidak etis.Â
Namun, seorang sarjana yang berintegritas akan tetap teguh pada nilai-nilai kejujuran dan etika, meskipun mereka mungkin menghadapi berbagai godaan atau tekanan eksternal.
Teori Moral Kantian
Immanuel Kant adalah salah satu filsuf yang paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat, terutama dalam bidang etika. Kant memperkenalkan konsep etika deontologis, yaitu etika yang berfokus pada kewajiban dan prinsip moral yang mendasari tindakan seseorang, bukan pada akibat dari tindakan tersebut.Â
Bagi Kant, moralitas seseorang tidak diukur dari hasil tindakan, melainkan dari apakah tindakan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip moral yang benar.
Kant merumuskan dua formulasi etika yang terkenal:
- Rumusan Kategoris Imperatif Pertama: "Bertindaklah semata-mata menurut prinsip (maksim) yang dapat sekaligus kau kehendaki menjadi hukum umum." Artinya, kita harus bertindak hanya berdasarkan prinsip yang bisa kita kehendaki berlaku secara universal untuk semua orang.
- Rumusan Kategoris Imperatif Kedua: "Bertindaklah sedemikian rupa sehingga Anda selalu memperlakukan umat manusia entah di dalam pribadi Anda maupun di dalam pribadi setiap orang lain sekaligus sebagai tujuan, bukan sebagai sarana belaka." 1 Â Ini menekankan martabat manusia sebagai tujuan dalam dirinya sendiri, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan lain. Â
Salah satu konsep utama dalam etika Kant adalah imperatif kategoris. Imperatif kategoris adalah aturan atau prinsip moral yang berlaku tanpa syarat, yang berarti harus diikuti di setiap situasi, tanpa memandang apa hasilnya. Kant merumuskan imperatif kategoris dalam beberapa cara, tetapi salah satu rumusan yang paling terkenal adalah:
"Bertindaklah sesuai dengan prinsip yang menurutmu dapat menjadi hukum universal."
Artinya, sebelum melakukan tindakan, seseorang harus bertanya pada dirinya sendiri: "Apakah saya akan menginginkan semua orang di situasi yang sama bertindak dengan cara yang sama?" Jika jawabannya adalah "tidak," maka tindakan tersebut tidak bermoral menurut Kant.
Sebagai contoh, jika seorang sarjana mempertimbangkan untuk memalsukan data dalam penelitian mereka, mereka harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka ingin semua peneliti lain memalsukan data juga.Â
Jika semua orang memalsukan data, maka tidak akan ada pengetahuan yang dapat diandalkan, dan ilmu pengetahuan itu sendiri akan kehilangan nilai. Oleh karena itu, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan secara moral menurut imperatif kategoris Kant.