Dalam Stoicisme, penting untuk membedakan antara sensasi alami (reaksi awal kita terhadap sesuatu, seperti rasa kecewa atau stres) dan emosi (reaksi emosional berlebihan yang muncul setelahnya). Sensasi itu wajar, tetapi emosi bisa diatur.
Langkah-langkah:
- Kenali reaksi awal Anda terhadap tantangan akademik, seperti rasa kecewa ketika nilai tidak sesuai harapan. Ini adalah sensasi alami.
- Kelola emosi yang muncul: Jangan biarkan rasa kecewa berlarut-larut menjadi stres atau cemas yang tidak perlu. Fokus pada apa yang bisa Anda lakukan selanjutnya.
- Contoh dalam dunia pendidikan: Jika Anda mendapat nilai buruk, wajar jika Anda merasa kecewa. Namun, daripada tenggelam dalam rasa kecewa, gunakan situasi itu sebagai motivasi untuk belajar lebih baik di masa mendatang.
4. Latih Pengendalian Diri (Temperance)
Salah satu kebajikan utama dalam Stoicisme adalah temperance atau pengendalian diri. Ini berarti belajar untuk menahan diri dari reaksi berlebihan dan memilih respons yang bijaksana.
Langkah-langkah:
- Pertahankan keseimbangan dalam hidup: Jangan terlalu berambisi atau terlalu terbawa arus. Misalnya, dalam studi, jangan memforsir diri hingga kelelahan atau stres berlebihan. Kelola waktu dan energi dengan baik.
- Terapkan disiplin diri: Hindari godaan untuk menunda-nunda, atau terlalu memanjakan diri dalam hiburan tanpa batas. Atur waktu belajar dan waktu istirahat secara seimbang.
- Contoh dalam dunia pendidikan: Ketika menghadapi tenggat tugas atau ujian, atur jadwal dengan disiplin agar Anda bisa menyelesaikan tugas tanpa harus begadang atau merasa tertekan di menit-menit terakhir.
5. Jalani Latihan Askesis (Ascesis)
Stoicisme juga menekankan pentingnya latihan terus-menerus untuk memisahkan antara Fortuna dan Virtue, yang dikenal sebagai askesis. Latihan ini mengajarkan kita untuk terus memperbaiki diri dan bertumbuh melalui tantangan.
Langkah-langkah:
- Hadapi tantangan sebagai latihan: Lihat setiap rintangan akademis sebagai kesempatan untuk melatih ketahanan mental dan kebajikan. Setiap ujian, proyek, atau tugas bisa menjadi arena untuk melatih kesabaran, ketekunan, dan keberanian.
- Evaluasi diri secara rutin: Refleksi diri adalah bagian penting dari askesis. Setiap hari, luangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang Anda pelajari, bagaimana Anda bereaksi terhadap tantangan, dan bagaimana Anda bisa memperbaiki diri.
- Contoh dalam dunia pendidikan: Jika Anda menghadapi kegagalan, jangan anggap itu sebagai akhir. Jadikan itu sebagai latihan untuk memperkuat ketahanan mental dan meningkatkan kemampuan akademis.
6. Terima Keterbatasan dan Fokus pada Pertumbuhan
Memento Mori, konsep dalam Stoicisme yang mengingatkan bahwa hidup ini terbatas, mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bermakna dan berhenti mengejar kesempurnaan yang tidak realistis.
Langkah-langkah:
- Terimalah bahwa Anda tidak bisa mengendalikan segalanya, dan tidak semua hal harus sempurna. Keterbatasan waktu dan tenaga adalah hal yang wajar.
- Berfokuslah pada pertumbuhan dan proses: Jangan terlalu terobsesi dengan hasil atau pencapaian eksternal. Lebih penting untuk terus belajar dan berkembang daripada hanya mencari kesempurnaan.
- Contoh dalam dunia pendidikan: Alih-alih terobsesi dengan nilai sempurna, fokuslah pada peningkatan diri. Setiap langkah yang diambil, sekecil apa pun, adalah bagian dari proses menjadi sarjana unggul.