Mohon tunggu...
Nurolll27
Nurolll27 Mohon Tunggu... Jurnalis - Tak ada yang tak bisa sebelum kita mencoba

Comunication and islamic broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sederhana, Namun Berharga

27 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 27 Juni 2020   10:15 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   

Berbicara tentangkeluarga tak henti-hentinya selalu bersyukur, memiliki keluarga yang utuh dan selalu memberikan kebahagiaan yang sebenarnya, dengan duka yang sedang kita rasakan namun ada kebahagiaan yang selalu datang, dengan cobaan ini mampu mengeratkan juga menyatukan kita dengan keluarga yang dulunya terpisah oleh jarak disebabkan kesibukan kini selalu bersama.

Kekompakan yang tak disengaja dan candaan yang selalu mewarnai kehidupan tampak jelas dirasakan, membuat celotehan, tertawa riya, bergelut bersama saudara, juga sering kali terkena omelan orang tua disetiap kesalahan yang kita lakukan.

Dewasa ini semakin rasanya ingin selalu didekap oleh mereka yang sekarang semakin menua, ingin memberikan yang terbaik namun belum mampu, sangat bersyukur memiliki mereka yang tak berharap sedikitpun malah mereka sendiri yang mengeluhkan belum menjadi orang tua yang baik untuk anak anaknya.

Bagiku merekalah orang yang mampu bertahan ketika semua orang meninggalkan, yang mengetahui baik buruk kami sebagai anaknya, yang selalu mengajarkan agar selalu mengingat bahwa yang menghidupkan itu tuhan lantas segenting apapun kamu harus mengingatnya, mengajari tentang kebaikan dan juga kejujuran.

Selama pandemi ini banyak tawa yang ku dapat sedikit pula haru yang ku hirup, dari melakukan shalat bersama, ayah juga menjadi sipendengar setia di saat aku mengulang hafalan iya juga sering membantu jika aku mulai kesulitan dalam mengingat, hal ini sudah lama tidak kurasakan karna terpisahkan oleh jarak.

Mungkin rumahku tak seindah rumah mereka ayahku tak sehebat ayah mereka dan ibuku tak sepintar ibu mereka, namun dari merekalah aku belajar segalanya ya mungkin tidak semua mereka merasakannya, guru pertama ayah dan ibuku, dengan kesederhanaan mereka mampu membuat kami tersenyum bahagia.

Tiga bulan ini adalah waktu yang cukup membahagiakan dalam hidup saya jika dulunya waktu selalu terbatas untuk sekedar bercerita namun, sekrang bisa bersama dan yang dirindukan dari ayah adalah beliau selalu menceritakan masa mudanya yang dihabiskan untuk bekerja karna ayah adalah lelaki yang menjadi tulang punggung untuk ibu dan adik - adiknya.

Pengalaman pahit itu selalu diceritakan agar mengajari kami anak-anak nya tentang rasa syukur dengan apa yang sudah kami miliki saat ini, beliau tidak membiarkan kami mengalami seperti yang beliau rasakan.

Keceriaan juga selalu menghampiri kami ketika melihat keponakan-keponakan dari kakak sepupu saya yang Alhamdulilah selalu memberi keceriaan, apalagi dipagi hari sudah terdengar mereka mendatangi rumah hanya untuk melihat dan membangunkan ketika terkadang.

Dikala itu saya melanjutkan tidur sesudah waktu subuh,"ounty bangun sudah kesiangan jangan tidur lagi udah besar"celotehan dari mereka yang sangat serentak untuk membangunkan saya, umur ketiganya masih 2-3 tahun tapi masyaallahnya pintar luar biasa.

Setiap sejam sekali mereka mengunjungi rumah kami berjalan kaki karna rumahnya hanya berselang beberapa rumah tetangga saja, selalu berulang-ulang begitu saja jika saya belum keluar dari zona nyaman yaitu kamar racun yang sering disebut oleh ibu saya.

Keseharian saya selalu ditemani mereka yang sangat aktif dan juga cerewetnya subhanallah, lucunya mereka tau ketika saya tidak dirumah mereka tak seharipun mengunjungi rumah karna setiap berangkat saya selalu berpamitan kepada ketiganya.

Setiap hari melihat tawa mereka bahkan rumah seperti taman kanak-kanak bukan hanya mereka anak tetanggpun juga sama, berasa rumah seperti kapal pecah kadang nangis karna aksi rebut merebut mainan kadang juga tertawa dengan kerasnya karna kelucuan dan kepolosan kata kata mereka.

Ketika saya baru pulang ibu ibu mereka memang sudah menunggu dirumah disinilah kebahagiaan mereka, bebas melakukan pekerjaan rumah karna anak-anaknya dititipkan kepada saya, kerepotan namun ada saja hal indah, sangat bahagia karena menjadi orang yang diperebutkan oleh mereka.

Inilah cerita berhargaku selama pandemi ini, bukan karna kebahagiaan meterial tapi karna kebahagiaan yang sesungguhnya, saya bahagia saya bersyukur, rumah adalah tempat dimana kita merasakan diperlakukan dengan sebaik baiknya.

Inilah liburanku bagaimana dengan liburanmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun