Beberapa hari ini saya tertarik membaca ulang buku-buku pengantar Filsafat Ilmu. Baru tiga buah buku versi cetak yang saya miliki secara pribadi  tentang Filsafat ilmu. Ketiga buku tersebut ditulis oleh penulis lokal (Indonesia), saya belum memiliki buku versi cetak yang ditulis oleh penulis luar.Â
Untuk versi e-Book, di era sekarang kita bisa mengaksesnya dengan mudah. Namun tetap saja, bagi saya versi cetak jauh lebih nyaman untuk dibaca. Penulis lokal seperti Jujun S. Sumantri, Ahmad Tafsir, dan Muhammad Muslih merupakan favorit saya dalam pembahasan Filsafat Ilmu.
Semasa kuliah S-1 Pendidikan Fisika di UNJ Jakarta, seingat saya dahulu  tidak ada mata kuliah Filsafat Ilmu di program studi tersebut. Praktis, saya pertama kali berkenalan dengan Filsafat Ilmu serta Filsafat secara umum dari buku-buku yang saya baca secara otodidak dan diskusi bersama rekan-rekan mahasiswa di Asrama Sunan Giri Jakarta serta perkumpulan sesama anggota HMI-MPO Jakarta.
Saya baru mendapatkan pelajaran Filsafat Ilmu plus Filsafat Pendidikan Islam secara formal saat saya mengikuti studi lanjut di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.Â
Meski ada suasana yang agak berbeda, setidaknya menambah kehangatan wawasan tentang Filsafat bagi saya. Selain itu, rupanya kegenitan saya terhadap pengetahuan semakin  menjadi-jadi.
Saya teringat, entah saya membaca dimana, konon ada tiga hal yang sangat berkontribusi dalam  memajukan kebudayaan, yakni : Agama, Filsafat, dan Sains-Teknologi.  Ketiganya memiliki peran masing-masing dalam memberikan alternatif penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh manusia.
Kaelan dalam sebuah kata pengantar buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Muhammad Muslih memaparkan bahwa keilmuan yang termasuk dalam Sains-Teknologi (ilmu alam dan teknologi) merupakan kajian keilmuan yang bersifat nomothetic, yang secara ontologis berpandangan bahwa realitas bersifat tunggal dan parsial.Â
Secara epistemologis ilmu-ilmu yang tergolong Sains-Teknologi bertugas mencari formula yang dapat diterima dan menjadi solusi secara umum.
Munculnya wabah global Covid-19, menjadi tugas Sains-Teknologi untuk menemukan solusi terbaik yang dapat diterima secara luas. Untuk itu, tumpuan dan harapan manusia modern tertuju pada  kemampuan Sains-Teknologi untuk menemukan vaksin penangkal wabah global tersebut.
Kita tahu bahwa keunggulan Sains-Teknologi senantiasa menyuguhkan solusi empirik dan praktis bagi manusia,  bahkan  kemajuan  Sains-Teknologi menjadi penanda peralihan zaman yang merubah pola kebiasaan dan kehidupan manusia. Â
Mulai dari era Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0, tidak dapat disangkal lagi pengaruh temuan-temuan dalam bidang Sains-Teknologi menjadi pembatas & penanda dari satu era ke era berikutnya.