Temuan akan mesin uap yang ditemukan oleh James Watt menjadi penanda bermulanya Revolusi Industri 1.0. Ditemukannya tenaga listrik dan roda empat, menjadi awal dari Revolusi Industri 2.0. Penemuan komputer dan teknologi robot, awal dari Revolusi Industri 3.0. Munculnya IoT, Big Data, Artificial Intelegence, Â teknologi Virtual Reality menjadi penanda hadirnya era Revolusi Industri 4.0.
Begitulah Sains-Teknologi, peranannya  begitu  kontributif dalam membawa dan mengarahkan perkembangan kebudayaan dari aspek lahir. Bagaimana dengan Agama dan Filsafat ?
Ilmu Agama dan Filsafat menurut Kaelan memiliki karakter idiographic, yakni ilmu yang berupaya mendeskripsikan, menjelaskan, dan memerikan sesuatu. Ilmu Agama kerap memainkan perannya, ketika Filsafat dan Sains-Teknologi tidak mampu memberikan alternatif solusi bagi kehidupan manusia.Â
Contoh sederhana, dogma Agama bagi sebagian orang cukup menjadi jawaban akan pertanyaan-pertanyaan manusia akan alam lain, kehidupan sesudah kematian, dan mengidentifikasi  Tuhan dan lain sebagainya.
Bahkan keresahan dan ketakutan sebagian manusia akan wabah  Covid-19 dan dampaknya, peran Agama dan Filsafat cukup membantu dalam meneguhkan pikiran dan psikis manusia  dari berbagai stress, kegoncangan, dan hilangnya harapan masa depan.
Ilmu Agama mengembangkan aspek batin kebudayaan. Filsafat mengembangkan alam pikir kebudayaan. Sains-Teknologi mengembangkan aspek lahir kebudayaan. Ketiga hal tersebut, bila diselaraskan akan mampu memperkaya dan memajukan kebudayaan kita.
Dalam pemikiran saya, sepertinya untuk bergiat dalam dunia pendidikan dan kebudayaan, semestinya kita turut berkontribusi sesuai kemampuan kita dalam mempelajari Agama, Filsafat, dan Sains-Teknologi. Sehingga dalam perannya sebagai Panindita Satria, benar-benar menampilkan sosok Hajar yang mampu ngemong peserta didik kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H