Modul pertama pada pelatihan calon guru penggerak (CGP) tahun 2020 adalah membahas tentang Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Seluruh peserta dalam kegiatan tersebut ditugaskan untuk membuat refleksi dalam bentuk statement yang divideokan dan diunggah ke LMS ( Learning Management System) guru penggerak. Durasi video yang diunggah minimal satu menit dan maksimal empat menit.
Saya sebagai salah satu peserta CGP dari daerah sasaran Kab. Cirebon tidak ketinggalan untuk membuat video refleksi tersebut. Konten unggahan video tersebut saya tuliskan ulang di sini ( laman Kompasiana).
Tujuan saya menuliskannya di sini untuk berbagi pengalaman sekaligus berupaya mengabadikan perjalanan saya sebagai salah seorang calon guru penggerak.Â
Saya menyoroti pemikiran Ki Hajar Dewantara  yang relevan terhadap implementasi pembelajaran di ruang-ruang kelas saat ini.  Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya peserta didik.
Apa yang dituntun dari peserta didik ? Yang dituntun adalah kekuatan kodrat ( potensi) yang ada pada peserta didik agar mereka menjadi individu dan bagian dari masyarakat yang  mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Untuk itu, pola pembelajaran yang memberi 'perintah', hukuman sepihak, dan paksaan perlu diubah dengan pola Amongsysteem. Dimana guru memerankan perannya sebagai Tut Wuri Handayani yakni dengan tetap memengaruhi peserta didik namun dengan memberikan kemerdekaan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri.
Baca juga: Pemikiran Ki Hajar Dewantara: Antara Idealisme dan Dilema Pendidikan Kita
Kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan dalam berpikir, berinisiatif, bertindak, dan mengambil  keputusannya sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut peran guru lebih menitikberatkan perannya sebagai coaching, tanpa meninggalkan peran lainnya sebagai mentor dan konselor.Â
Dengan demikian maka proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sejatinya merupakan cermin dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Memaknai hal ini, seorang guru ketika memasuki ruang kelas harus sudah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar  peserta didik menggali informasi sendiri, mengamati sendiri, mempraktikkan sendiri, dan mengambil buah pikirannya sendiri serta mengkomunikasikan pemikirannya sendiri.
Sebagai salah seorang guru Sains, Â setelah merefleksi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara, menurut saya pemikiran Ki Hajar sangat relevan dengan konsep pembelajaran abad ke-21 sekaligus relevan juga dengan hakikat pembelajaran Sains yang menitikberatkan pada logico-hipotetico-empirico.
Peserta didik dibiasakan untuk berpikir dan menyusun hipotesis, membuktikan hipotesis melalui praktik empiris, memikirkan secara logis dan mengambil kesimpulan logis serta mengkomunikasikan hasil pikirannya.Â
Demikian refleksi singkat atas pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Â Semoga bermanfaat.
Cirebon, 19-10-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H