Tulisan Seno Gumira Aji Darma di kolom Tempo bulan September 2018 Â mengutip tulisan Max Havelaar, yang lebih dikenal dengan pseudonym Multa Tuli, menarik perhatian saya. Menurut Multa Tuli setidaknya ada delapan jurus kibul yang kerap digunakan oleh penguasa di setiap level (mikro, meso, makro) untuk merebut, mempertahankan kekuasaan, atau mentashihkan kekuasaan.
Apa saja delapan jurus kibul itu? Harap Tuan dan Puan bersabar sebentar, saya akan uraikan setelah pengantar berikut.
Tuan dan Puan pasti sudah mafhum, bahwa dalam sejarah manusia soal pengaruh dan kekuasaan ini kerap membuat  gaduh. Ingatlah kisah iblis dan Adam, bagaimana iblis yang jauh lebih senior menyatakan mosi tidak percaya atas rencana Tuhan yang memproyeksikan Adam a.s. -yang menurut anggapan iblis, dirinya jauh lebih sempurna  dibandingkan Adam- sebagai khalifah.
Tuan dan Puan mungkin juga mafhum, Â kisah terbunuhnya Habil oleh Qabil, konon tidak serta merta urusan wanita. Lebih dari itu, Qabil tidak terima saudaranya yang bernama Habil bakal diproyeksikan menjadi pengganti ayahandanya sebagai khalifah di Bumi.
Tuan dan Puan juga mungkin sudah mafhum, bahwa baginda Rasulullah SAW kerap mengingatkan kita bahwa dunia ini ibarat janda berkali-kali yang sudah tua renta, yang sudah ditinggalkan oleh sekian banyak suami yang telah mati.
Berapa banyak manusia  pecinta tahta, kuasa, dan harta telah mati di setiap episode zaman. Dan muncul pecinta baru dengan objek yang sama, dunia sang janda tua renta itu.
Baiklah, Tuan dan Puan, saya akan mengutip apa yang diungkapkan oleh Multa Tuli tentang delapan jurus kibul yang digunakan oleh orang pecinta kuasa. Harapan saya, Tuan dan Puan dapat  memahami  sekiranya delapan jurus itu sedang menyerang saya, anda, dan kita. Lebih dari itu, Tuan dan Puan bisa memasang kuda-kuda jika sesiapapun mempraktikkan delapan jurus itu.
Apa saja delapan jurus kibul itu ? Mari kita simak Tuan dan Puan. Pertama, jurus kibul kesempurnaan. Sang penguasa yang mempertahankan kuasanya atau pecinta kuasa akan melakukan rasionalisasi (seolah-olah diterima akal) bahwa dirinya yang layak kuasa karena memiliki kelebihan begini dan begitu dan unsur-unsur kesempurnaan lainnya yang kemudian dipropagandakan kepada orang lain.
Kedua, jurus kibul penjeratan. Jurus ini lebih mematikan dari jurus pertama. Jurus penjeratan memiliki tipu daya menjerat lawan sampai tak berdaya tetapi secara halus. Dimana semua lawan bila terkena jurus ini, Â akan sangat bergantung kepada sang pelakon jurus.
Ketiga, jurus penghukuman. Jurus ini lebih kasar dari jurus kedua. Jurus ini, menutup rapat-rapat bagi lawan untuk merebut kekuasaan dan pengaruh darinya. Alat yg digunakan adalah godam yuridis bisa berupa konsensus bersama, regulasi, aturan hukum dan lain sebagainya. Sehingga, orang lain tidak bisa menyentuh kuasanya.
Keempat, jurus kemabukan. Jurus ini membiarkan lawan untuk terus mabuk dengan kesenangan, kemalasan, dan ketidaksadaran. Sehingga lawan tidak lagi memikirkan, menyinggung, menyindir atau menyentuh kuasa yang sudah didudukinya. Lawan sudah berpikir bodoh amat, yang penting gue happy. Sehingga kesemrawutan dan ketidakberesan seolah sengaja diciptakan.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H