Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Berhenti Bertaubat

23 Juni 2019   12:40 Diperbarui: 23 Juni 2019   12:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam maqomat ( level) tazkiyatun nafs, taubat adalah fondasi pertama untuk menggapai maqomat berikutnya. Taubat artinya kembali, kembali ke jalan kebenaran.  Jalan yang diridhoi Allah SWT.

Taubat itu menyesali segala kekeliruan dan kesalahan yang pernah dilakukan serta istiqomah berhijrah menjadi manusia yang mampu memanajemen alam nasut  dengan cara berhenti melakukan hal-hal yang buruk, hal-hal yang hina, dan hal-hal yang dimurkai Alloh SWT sampai ruh lepas dari badan.

Taubat itu hadir dari energi kesaksian dan pengakuan yang tulus bahwa, "aku telah melakukan banyak kesalahan" untuk itu harus sesegera mungkin kembali ke jalur keshalihan sebelum  lepasnya nafas dari tenggorokan. Taubat itu bertingkat-tingkat, memiliki permulaan tapi tak ada akhir.

Permulaan taubat adalah bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian berhenti melakukan dosa-dosa yang kecil, berhenti dari hal-hal yang makruh, berhenti dari hal hal yang mubah yang mengurangi keutamaan diri, berhenti dari hal hal yang memalingkan hati terhadap kebenaran. Puncaknya adalah bertaubat dari hal hal yang memalingkan hati terhadap Allah SWT meskipun sekejap mata.

Energi taubat yang transenden perlu ditransformasikan dalam aktivitas profan seperti pasar, kantor, sekolah, tempat kerja, rumah tangga, masyarakat, bangsa dan negara karena sejatinya orang lain dan masyarakat tidak butuh sholat kita, tidak butuh puasa kita, dan  tidak butuh haji kita. Yang orang lain dan masyarakat butuhkan adalah kepedulian kita, yang di butuhkan oleh pasangan kita adalah ketulusan, kepedulian dan kesetiaan kita. Mereka butuh energi taubat yang memancar.

Tatanan kehidupan profan sejatinya dirusak oleh kaum "istaghna" , kaum yang merasa "lebih dari" sehingga tidak berupaya "menghadirkan Allah SWT" dalam setiap keadaan, akibatnya hilanglah keberkahan dalam setiap urusan profannya.

Bagaimana agar Allah bersama kita dalam urusan profan ? Berjuanglah karena Allah dalam urusan dunia untuk membela kaum lemah.  Jangan pernah terlintas dalam pikiran untuk  berbuat dzolim atau merugikan orang lain seperti maling, nyolong, korupsi, menghina dan merendahkan kehormatan orang lain, atau menghilangkan nyawa orang. Jika kita berkomitmen untuk senantiasa berbuat demikian, itulah pancaran energi taubat. Dan janganlah berhenti untuk bertaubat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun