Mohon tunggu...
Nur Nazhifah
Nur Nazhifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - part of society

Ruang opini mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rekonstruksi Sosial di Era New Normal oleh Kelompok Dominan Melalui Hidden Curriculum

22 Mei 2022   11:00 Diperbarui: 22 Mei 2022   11:05 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 membuat nilai dan norma sosial yang ada di masyarakat berubah 180 derajat. Masyarakat Indonesia yang gemar berbudaya kolektif dihadapkan pada kondisi keterbatasan sosial. Tidak hanya itu, proses digitalisasi juga berlangsung sangat masif selama dua tahun pandemi melanda. Namun ketika pandemi sedikit mereda, masyarakat dibingungkan atas identitas dirinya. Mereka tidak bisa kembali pada cara hidup yang lama, yakni sebelum adanya pandemi. Satu-satunya cara adalah berdamai dengan keadaan dan membangun tatanan sosial baru yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Maka dari itu, konstruksi sosial perlu dibangun kembali dengan menyesuaikan keadaan pasca pandemi Covid-19. Salah sayu upaya rekonstruksi nilai dan norma serta pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan.

Pada hakekatnya, pendidikan adalah sebuah usaha untuk melakukan produksi dan reproduksi pengetahuan. Sebagai sebuah sarana transmisi pengetahuan, perencanaan pendidikan dilakukan secara teknis dan sistematis melalui aturan formal yang disebut kurikulum. Oleh sebab itu, kurikulum haruslah berkaca pada kebutuhan dan tantangan zaman. Lewat kurikulum yang sifatnya lebih fleksibel, yaitu hidden curriculum, para aktor pendidikan dapat menyesuaikan isi pengajaran dengan nilai dan norma yang berkembang sesuai dengan kearifan lokal. Namun dibalik itu, hidden curriculum disebut juga sebagai pisau bermata dua. Kurikulum tersembunyi tersebut juga dapat menjadi senjata bagi para kelompok dominan untuk menyusupkan ideologi dan kepentingan mereka lewat pendidikan.

Melalui narasi ini, penulis mencoba menganalisis fungsi hidden curriculum sebagai alat untuk merekonstruksi kehidupan sosial masyarakat pasca diberlakukannya pembiasaan new normal akibat pandemi Covid-19. Selanjutnya, penulis mencoba menjawab pertanyaan seputar bagaimana hidden curriculum menjadi alat yang digunakan para kelompok dominan untuk mempertahankan status quo melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Dengan menggunakan pendekatan critical curriculum studies, diharapkan ada gambaran yang komperehensif untuk mengkaji persoalan pendidikan di masyarakat saat ini.

Rekonstruksi Sosial Masyarakat Era New Normal

Kurikulum memiliki hubungan erat dengan upaya konstruksi masyarakat. Studi kurikulum dalam ranah pendidikan memiliki relasi dengan institusi ekonomi, politik, sosial, budaya dan bahkan ideologi. Lebih lanjut, studi tentang kurikulum menjadi semakin menarik ketika pembahasannya tidak sekadar teknis, melainkan juga mengkaji nilai-nilai masyarakat yang heterogen. Lewat kurikulum, pendidikan berperan untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya, mengatur cara berperilaku, hingga menentukan cara berpikir hingga memecahkan masalah (Sari, Dian Rinanta, & Achmad Siswanto, 2021).

Pasca pandemi Covid-19 yang melanda, kemapanan sosial masyarakat yang chaos perlu dibangun kembali melalui upaya rekonstruksi. Berbagai aspek kehidupan yang telah mengalami digitalisasi selama pandemi membuat nilai dan norma masyarakat berubah. Gaya hidup masyarakat yang sederhana, minimalisir kesenjangan melalui sosio-ekonomi yang berkeadilan, apresiasi terhadap lokalitas, serta sistem kerja kolaboratif seharusnya menjadi kesepakatan untuk membangun sinergitas dan menghindari krisis di masyarakat.

Hidden Curriculum

Philip W. Jackson memperkenalkan istilah hidden curriculum untuk pertama kalinya dalam buku bertajuk "Life in Classrooms" (1968). Disebutkan bahwa hidden curriculum sebagai aturan yang tidak tertulis mengenai nilai-nilai sosial dan perilaku yang dicita-citakan. Sementara itu, menurut Michael W. Apple (1982), hidden curriculum mencakup berbagai kepentingan, bentuk budaya, perjuangan, kesepakatan, dan kompromi yang terdapat di sekolah. (Hidayat, 2011)   

Sebagai kurikulum yang tidak kaku, hidden curriculum dapat disesuaikan dengan perubahan sosial yang berlangsung cepat hingga upaya pemecahan masalah. Apabila kurikulum formal membutuhkan waktu lama untuk dirumuskan, lain hal dengan hidden curriculum. Kurikulum tersembunyi ini tidak hanya berada pada lembaga sekolah, kehadirannya bahkan ada di tengah masyarakat. Tidak terbatas hanya pada pendidikan formal, tetapi juga ada dalam lembaga pendidikan non formal maupun informal.   

Upaya membangun rekonstruksi sosial di masyarakat menjadi lebih mudah dengan kurikulum tersembunyi. Hal ini sejalan dengan fungsi hidden curriculum yaitu memberikan pemahaman mendalam tentang kepribadian, norma, nilai, keyakin yang tidak dijelaskan secara menyeluruh dalam kurikulum formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun