Mohon tunggu...
Nur Nofitasari
Nur Nofitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh keimanan, serta memperhalus perasaan". Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Opini Lingkungan

1 Maret 2024   13:47 Diperbarui: 1 Maret 2024   13:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi Nyata untuk Lingkungan

 

Selasa, (5/6) yang lalu merupakan hari lingkungan hidup sedunia. Serangkaian acara untuk memperingati hari itu pun cukup banyak. Misalnya saja beberapa kota mendapat penghargaan piala Adipura dan Adhiwiyata dari Presiden Djoko Widodo di Istana Negara. Selain itu, di Surabaya ada puluhan komunitas peduli lingkungan dari mahasiswa pecinta alam se-Gerbangkertosusila yang diikuti 48 universitas, membagikan ratusan bibit pohon kepada para pengguna jalan di traffic light Jl Raya Darmo (depan KBS), kemarin (5/6). Aksi simpati tersebut sebagai upaya memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Lalu, apakah masyarakat masih membutuhkan kegiatan yang bersifat pasif dan hanya sekadar seremonial belaka? Melihat pemandangan lingkungan yang kian hari makin memprihatinkan.

Lingkungan yang semestinya tumbuh banyak hijau daun pepohonan, udara yang bersih segar dan sehat, malah tumbuh gedung-gedung berkaca yang megah menjulang tinggi dan bermekaran dimana-mana baik di daerah maupun di kota. Amati saja di Surabaya kota terpadat ke dua setelah Jakarta. Jika dihitung, berapa jumlah pohon baru yang tumbuh dibanding dengan bangunan Mall atau pusat perbelanjaan yang ada? Pasti Anda bisa dengan cepat menjawab mana jumlah yang paling pesat.

 Bukan berarti aksi mahasiswa dan penghargaan oleh presiden tidak perlu. Namun, lingkungan kita butuh aksi nyata yang revolusioner agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Coba jika ratusan bibit tersebut diberikan kepada Anda apakah lantas akan menanamkanya sesampai di rumah. Atau mungkin menitipkan dan menyuruh orang lain untuk menanamnya. Belum tentu. Besar kemungkinan bibit itu akan terbengkalai di rumah, atau mungkin jika ditanam belum tentu mendapat perhatian setiap perkembangannya. Hal demikian memang wajar. Mengingat kondisi empati masyarakat kepada lingkungan masih acuh. Sangat kecil kemungkinannya bila bibit tersebut akan tumbuh subur menambah jumlah pohon yang ada di sekitar lingkungan. Apa lagi masyarakat kota yang cenderung selalu terpacu dalam dunia rutinitas kerja yang sangat padat. Bisa-bisa bibit-bibit yang dibagikan itu malah menambah jumlah sampah yang ada. Selanjutnya, lebih baik pula presiden melakukan kegiatan seperti aksi menanam seribu pohon di daerah tandus atau kering. Hal itu akan lebih menampakkan hasil yang nyata dari pada sekadar acara penganugerahan yang ujung-ujungnya sama-sama memakan dana pula. Lingkungan kita butuh segera penanganan cepat agar manfaatnya  dapat dirasakan secaraa signifikan.

Lihat saja pada musim kemarau di sejumlah daerah. Masih dilanda kekeringan akibatnya banyak areal persawahahan yang terbengkalai dan retak-retak tanahnya. Sumber air bersih yang semakin menipis. Hal itu tentu berasal dari kurangnya cadangan atau resapan air yang setiap daerah tak memadai. Hutan kita semakin gundul dan kering. 

Daerah hutan penyimpan air seperti Kalimantan dan Sumatra kini kondisi hutan atau pohonnya pun sangat memprihatinkan. Setiap waktu pepohonan di sana ditebang oleh pihak-pihak tertentu demi kepentingan komersial belaka. Saat musim penghujan dampaknya makin bisa dirasakan. Banyak daerah perkotaan yang menanggung akibat banjir. Lalu sejumlah penyakit yang dibawa air banjir mendatangkan banyak kerugian. Tak kurang warga miskin tidak bisa mendapatkan pelayanan medis yang memadai. Areal pertanian pun tak jarang terendam banjir akibatnya tidak bisa dipanen sesuai dengan umur tanaman. Kerugian materil dan non-materil pun tidak sedikit. Bahkan korban nyawa akibat sejumlah bencana alam tak terhitung jumlahnya. Saatnya semua pihak untuk turut berpartisipasi menjaga lingkungan sekitar. Karena hanya kita yang bisa menyelamatkan kondisi lingkungan yang semakin merana ini. Jika kesadaran menjaga lingkungan ini oleh masyarakat masih rendah maka, bisa dipastikan udara, air, makanan, yang kita konsumsi akan semakin rendah kualitasnya.

Mulai dari hal terkecil dengan mambuang sampah di tempatnya dan mengurangi penggunaan bahan yang mengandung kimia berlebih seperti penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), zat aditif kimia, bahan-bahan plastik, dll. Menanam tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan terdekat. Hemat air bersih dan listrik. Kiranya hal kecil tersebut jika dilakukan setiap orang akan lebih baik daripada harus membagikan bibit secara massal kepada pihak yang belum tentu akan berpatisipasi secara nyata. Tentu kerja sama mulai dari pemerintah pusat hingga daerah berperan penting untuk menggerakkan tenaga baik secara pendanaan atau kemudahan fasilitas yang dibutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun