Mohon tunggu...
Nurniah Hidayati Safartin
Nurniah Hidayati Safartin Mohon Tunggu... Guru - Guru Prakarya dan Kewirausahaan SMP Negeri 1 Tanggulangin

Saya suka membaca buku, terutama buku-buku di bidang pendidikan dan materi pengajaran untuk mendukung profesi saya sebagai guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Selain itu, saya suka menonton film bergenre sains-fiksi, drama kehidupan sehari-hari (real-life) dan thriller

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.3.a.8 Koneksi Antarmateri - Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik

5 Desember 2023   08:54 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:

Nurniah Hidayati Safartin

CGP Angkatan 9

Kelas 202B

Sidoarjo -- Jawa Timur

Kesimpulan dan Refleksi Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik

Supervisi akademik bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 dan pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sesuai standar tenaga kependidikan pasal 20 ayat 2. Untuk melaksanakan supervisi akademik diperlukan paradigma berpikir yang memberdayakan seperti Coaching, yang merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Jadi, Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Dalam konteks Pendidikan, untuk menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching diperlukan 4 hal untuk menjadi penyemangat yaitu: Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog mitra belajar antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan pribadi yang penuh kasih dan persaudaraan.

Untuk membantu proses pengembangan kompetensi diri seorang guru agar menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify) diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi seorang coach. Paradigma berpikir coaching, meliputi 4 hal, yaitu:

  • Fokus pada coachee
  • Bersikap terbuka dan ingin tahu
  • Memiliki kesadaran diri yang kuat
  • Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Pinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu: 

  • Kemitraan: artinya posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra, setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri.
  • Proses kreatif, dilakukan melalui percakapan yang dua arah, memicu proses berpikir coachee, dan dapat memetakan/menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
  • Memaksimalkan potensi, di mana percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut dan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee.

Prinsip dan paradigma berpikir coaching ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi ini, agar semangat yang lebih mewarnai proses supervisi adalah semangat yang memberdayakan, bukan mengevaluasi.

Kompetensi inti coaching ada 3, yaitu:

  1. Kehadiran Penuh/Presence, kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coach, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Bersikap terbuka, sabar, dan ingin tahu lebih banyak
  2. Mendengarkan Aktif, menyimak/fokus pada proses coaching, dan dilarang berasumsi, melabel/Judgement, dan mengasosiasikan.
  3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot, ciri-cirinya adalah:
  • Hasil mendengar aktif
  • Membantu coachee
  • Bersifat terbuka dan eksploratif
  • Diajukan di momen yang tepat

Salah satu tehnik untuk mengajukan pertanyaan berbobot adalah Mendengarkan dengan RASA, meliputi kegiatan:

  • R (Receive/Terima), menerima/mendengarkan semua ucapan/informasi dari coachee dan perhatikan kata kuncinya.
  • A (Appreciate/Apresiasi), memberikan apresiasi dengan merespon/memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee, seperti: "hmm", "OK", mengangguk, dan kontak mata.
  • S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama.
  • A (Ask/Tanya), ajukan pertanyaan untuk memperdalam.

Berdasakan tujuannya, percakapan coaching dibagi menjadi empat (4) macam, yaitu:

  • Percakapan untuk perencanaan
  • Percakapan untuk pemecahan masalah
  • Percakapan untuk berefleksi
  • Percakapan untuk kalibrasi

Alur TIRTA adalah acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna, meliputi kegiatan:

  • T (Tujuan): menyepakati topik dan hasil pembicaraan
  • I (Identifikasi: menggali dan memetakan situasi saat ini
  • R (Rencana Aksi): mengembangkan ide untuk alternatif rencana aksi/solusi
  • TA (Tanggung Jawab): Berkomitmen akan Langkah selanjutnya

Tahapan supervisi akademik, meliputi tiga (3) kegiatan, yaitu:

  • Pra Observasi: merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri
  • Observasi: aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor
  • Pasca Observasi: percakapan terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Bersifat refleksi dan bertujuan perbaikan ke depan

Percakapan-percakapan antara supervisor dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Bagaimana peran anda, sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2, yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya sehingga dapat memperbaiki lakunya. Sebagai seorang 'pamong', Guru dapat memberikan 'tuntunan' melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Jadi, keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi).

Coaching, memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Dengan percakapan coaching inilah, seorang guru dapat memetakan potensi yang ada pada murid untuk dikembangkan secara maksimal melalui pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pendekatan pembelajaran berdiferensiasi yang kita pelajari pada modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi yang lalu.

Sebagai seorang coach di sekolah, kita harus menguasai kompetensi "kehadiran penuh/presence" agar bisa selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Kompetensi ini penting untuk dihadirkan sebelum dan selama percakapan coaching dilakukan. Untuk menguasainya, kita dapat melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening yang telah kita pelajari pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Sebagai pemimpin pembelajar, kita harus menguasai keterampilan coaching untuk melakukan supervisi akademik yang bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk mengembangkan kompetensi diri dalam setiap pendidik. Coaching untuk supervisi akademik ini lebih bersifat memberdayakan potensi supervesee, bukan hanya sekedar evaluasi saja. Dalam supervisi ini, terdapat proses pemberian umpan balik oleh supervisor, berupa pertanyaan reflektif atau menggunakan data yang valid dan akan lebih efektif bila disampaikan secara langsung setelah proses supervisi selesai. Diharapkan setelah supervisi selesai, supervesee dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan mereka, mengidentifikasi hambatan yang menghalangi mereka untuk mencapai tujuan, merumuskan rencana tindakan yang efektif, dan bertanggung jawab atas hasil yang dicapai sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja dan kontribusi mereka dalam lembaga pendidikan.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

  • Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh.

Pengalaman belajar materi Coaching untuk Supervisi Akademik sangat luar biasa,  banyak dan berat sehingga harus fokus penuh (hadir seutuhnya/mindfulness) dalam mempelajarinya agar tidak salah dalam memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks pendidikan. Selain itu, saya juga belajar tentang paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA serta supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

  • Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Terus terang, saya sangat emosional belajar modul 2.3 ini. Saya merasa kewalahan dalam memahami konsep modul ini, rasanya sedih dan cemas karena tugasnya juga cukup sulit dan menyita banyak waktu. Selain itu, ada perasaan excited (bersemangat) juga, karena ini adalah hal baru sehingga saya cukup bangga dan merasa senang dapat melaksanakan praktik coaching dan belajar Bersama dengan rekan-rekan CGP yang lain

  • Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Saat ini, saya sudah baik dalam memahami konsep modul 2.3 ini, dimana saya mampu mempraktikkan proses coaching dengan teman CGP lain, dimana kami  belajar bersama menerapkan prinsip-prinsip dan kompetensi inti dalam proses coaching menggunakan Alur TIRTA dalam Tugas Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual.

  • Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar.

Mencari kata kunci untuk membuat pertanyaan berbobot adalah kompetensi yang perlu saya perbaiki. Saya belum cukup mahir mendengarkan aktif dengan tehnik RASA, sehingga terkadang muncul asosiasi dan asumsi dalam pikiran saya, yang berakibat saya jadi kurang fokus dalam proses coaching.

  • Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Kompetensi percakapan coaching ini erat kaitannya dengan kematangan pribadi coach. Semakin baik kematangan pribadi coach maka semakin baik pula proses coaching yang dipraktikkan. Hal ini karena orang yang memiliki kemangan pribadi, beliau akan lebih sabar, open minded, dan memiliki keingintahuan yang besar terhadap coachee. Setelah belajar proses coaching, saya merasa lebih percaya diri dan memiki keyakinan yang tinggi bahwa saya akan mampu memberdayakan coachee saya dengan baik.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP adalah:

  • CGP mampu memumculkan pertanyaan kritis yang berkaitan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh.

Pertanyaanya: "Apa yang harus dilakukan oleh coach, jika coachee-nya belum memiliki kepercayaan terhadap coach-nya?".

Solusi: Coach dapat tetap melakukan percakapan coaching dengan tema "apa yang membuar anda tidak mempercayai saya?". Setelah itu, biarkan proses coaching berjalan sesuai Alur TIRTA, sehingga coach dapat menemukan solusi atas permalahan ini. Atau coach dapat menyarankan coachee untuk melakukan coaching dengan coach yang lain.

  • Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.

Menurut saya, proses percakapan coaching ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak harus dalam konteks Pendidikan saja. Ketika kita bercakap-cakap dengan orang lain, gunakan metode presence/hadir penuh, dengarkan informasi yang mereka berikan serta utarakan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, pasti mereka akan menyukainya dan merasa senang telah bercakap-cakap dengan kita.

  • Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (Baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan menerapkan percakapan Coaching adalah coachee kuatir dilabeli/dijudgement oleh coach-nya. Perasaan seperti itu akan membunuh rasa percaya coachee pada coachnya sehingga coach tidak mempu menggali potensi coacheenya. Selain itu, terdapat budaya bahwa kita tidak boleh mengumbar kelemahan diri/aib pada orang lain. Jadi, kalau ada masalah diselesaikan oleh keluarga sendiri tanpa bantuan coach agar tidak disebarluaskan.

  • Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita dapat melakukan pendekatan personal dan sosialisasi secara terbuka kepada rekan-keran kerja (minimal) agar mereka memahami proses coaching itu seperti apa, bagaimana caranya, dan keuntungan apa yang diperoleh dari proses ini.

Membuat Keterhubungan

  • Pengalaman masa lalu

Sebelumnya, saya pernah disupervisi oleh Kepala Sekolah dan rekan kerja senior. Dimana tidak ada percakapan coaching yang terjadi dan tidak ada pula umpan balik yang disampaikan, sehingga saya tidak tahu kelebihan dan kekurangan saya di mana pada saat mengajar di kelas. Kegiatan supervisi lebih bertujuan sebagai kegiatan administratif yang harus dilaksanakan.

  • Penerapan di masa mendatang

Ke depan, saya akan sering melakukan percakapan coaching dengan rekan guru, murid, ataupun keluarga,  jika dibutuhkan Saya juga akan memperkaya ilmu coaching dengan berlatih melakukan percakapan coaching semaksimal mungkin.

  • Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Konsep coaching ini berkaitan erat dengan pembejaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan Coaching, guru dapat menentukan potensi murid sehingga dapat menentukan pembelajaran berdiferensisasi yang sesuai. Selain itu, dalam melaksanakan coaching diperlukan penerapan pembelajaran sosial-emosional, berupa mindfulness agar kegiatan coaching berjalan sempurna.

  •  Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Saya pertama kali mendengar istilah coaching dari guru senior di sekolah kami. Tapi saya sama sekali tidak memahami maksudnya. Dalam mencari infotmasi terkait coaching, saya membacanya dari artikel-artikel di Google dan menonton video di YouTube.

Demikian elaborasi/koneksi antar materi Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik dalam bentuk kesimpulan dan refleksi yang saya pahami. Semoga bermanfaat, salam sehat dan Bahagia, Ibu Bapak Guru Hebat! Guru Bergerak, Indonesia Maju!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun