Mohon tunggu...
Nurniah Hidayati Safartin
Nurniah Hidayati Safartin Mohon Tunggu... Guru - Guru Prakarya dan Kewirausahaan SMP Negeri 1 Tanggulangin

Saya suka membaca buku, terutama buku-buku di bidang pendidikan dan materi pengajaran untuk mendukung profesi saya sebagai guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Selain itu, saya suka menonton film bergenre sains-fiksi, drama kehidupan sehari-hari (real-life) dan thriller

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

16 November 2023   12:25 Diperbarui: 16 November 2023   12:35 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam sehat dan bahagia...

Saya, Nurniah Hidayati Safartin, Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMP Negeri 1 Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Artikel ini ditulis sebagai refleksi pengetahuan sebelum, selama, dan sesudah mempelajari modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Refleksi ini berdasarkan pertanyaan pemantik yang telah disediakan di dalam Learning Management System (LMS) pada Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP)

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  

Jika dianalisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid melakukan kegiatan berkelompok untuk memecahkan masalah (dimensi gotong royong) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan manajemen diri dan keterampilan berelasi.

Dalam penerapan pembelajaran sosial dan emosional, dibutuhkan kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Kesadaran penuh ini akan muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Sedangkan (well-being) kesejahteraan psikologis merupakan kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. 

Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Setelah mempelajari Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), Guru dapat menjadi seorang Pemimpin Pembelajaran yang menguasai lima (5) Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang akan memandu proses kolaborasi yang memungkinkan anak dan pendidik serta tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

1. memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)

2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)

3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5. membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

  • Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan Filosofi Pendidikan Nasional oleh Ki Hadjar Dewantara

Guru yang menguasai kompetensi sosial emosional akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman sehingga seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Dimana tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi murid untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Guru merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya) melalui pembelajaran yang memberikan murid pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, seperti yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara.

  • Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru Penggerak diharapkan untuk memimpin dan mengelola perubahan. Dia harus mulai berlatih dan mengadopsi kebiasaan "berpikir sistem" sebagai pendekatan holistik yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian penyusun sebuah ekosistem pendidikan saling terkait dan bagaimana bagian-bagian tersebut dari waktu ke waktu bekerja secara simultan dalam konteks lain atau sistem lain yang lebih besar. Dengan begitu, Guru Penggerak dapat lebih mendalam dan jernih dalam "memahami perubahan" yang sedang berjalan (atau dibawakan) terutama pada tataran strategis untuk menjawab pertanyaan "mengapa" yang menjadi alasan moral dan rasional, dan memiliki mentalitas untuk mewujudkan inisiatif perubahan menjadi nyata (make it happen mentality).

Dalam membawakan perubahan, Guru Penggerak diharapkan dapat beranjak dari keadaan diri yang kurang berkesadaran menuju ke diri yang berkesadaran penuh (mindfulness) bersama lima keterampilan sosial-emosional (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika) yang memungkinkan bertumbuhnya pola pikir untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

  • Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan Visi Guru Penggerak

Setelah mempelajari Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), Guru Penggerak mampu menguasai lima (5) Kompetensi Sosial Emosional sehingga dapat secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan kematangan dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat visi Guru Penggerak untuk mewujudkan siswa yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) yang menggunakan tahapan BAGJA.  

  • Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan Budaya Positif

Setelah mempelajari Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), Guru Penggerak mampu menguasai lima (5) Kompetensi Sosial Emosional sehingga dapat memahami pentingnya lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman. Dimana, Guru penggerak mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman melalui implementasi budaya positif berupa penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, sehingga seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah. 

Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan murid yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi murid dalam mengekspresikan dirinya. murid-murid akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan murid, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid, dan menumbuhkan optimisme.

  • Kaitan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan Memenuhi Kebutuhan Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Guru Penggerak dapat memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman. Guru penggerak melakukan penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi yang dikombinasikan dengan pembelajaran Sosial Emosional, dimana 5 Kompetensi Sosial -- Emosional akan terintegrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum untuk menumbuhkan kecerdasan emosional pada siswa dan memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Integrasi KSE dalam 3 bagian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu:

1. Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional

2. Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif, project-based learning, refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan

3. Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran

  • Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa ... sehingga ....
    Setelah mempelajari modul ini, ternyata ....

Pengalaman dan Pemahaman

              Sebelum mempelajari modul ini, penulis berpikir bahwa kecerdasan emosional manusia diperolehnya sejak lahir, sehingga tidak perlu belajar untuk memilikinya. Murid yang tidak memiliki kecerdasan emosional akan tertinggal dan hanya murid yang memiliki kecerdasan emosional saja yang cepat beradaptasi dalam situasi dan kondisi apapun.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata kecerdasan emosional manusia dapat dipelajari dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), yang bertujuan mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan mindfulness sebagai dasar penguatannya.

Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila

 

  • Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah ....
  • Peningkatan lima (5) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
  • Lingkungan belajar yang suportif
  • Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional

  • Perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:

Bagi murid-murid:

  • Pengajaran KSE secara eksplisit
    Murid secara khusus memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya
  • Integrasi KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum
    KSE diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik dan non-akademik (seperti kegiatan ekstrakurikuler: pramuka, PMR, dll)
  • Pelibatan dan Suara murid:

Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah, dan pembuat keputusan, seperti kegiatan Pembuatan Kesepaktan Kelas

Bagi rekan sejawat:

  • Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
  • Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun