Mohon tunggu...
nurnawati
nurnawati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FMIPA UNJ

Biologist 🌱

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

GMO, Artificial Life and It's Controvercy

29 Maret 2020   12:31 Diperbarui: 29 Maret 2020   12:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika sekilas membaca judul, terbesit pertayaan, apakah kehidupan buatan itu ada? Apa itu genom sintesis? Jika memang ada tentu akan menjadi sebuah kontroversi, lalu bagaimana bisa?

Genom adalah keseluruhan informasi genetik untuk menentukan sifat genotip dan fenotip seseorang seperti warna rambut, warna kulit, warna mata, dan karakteristik lainnya. Genom sintetis adalah genom yang diambil dari makhluk hidup dan dilakukan modifikasi serta pengeditan menggunakan berbagai metode. Penggunaan kata sintetis pada istilah "genom sintetis" dikarenakan adanya proses pembentukan kehidupan baru melalui modifikasi urutan DNA salah satunya yaitu dengan cara penyisipan. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa ada proses perpaduan gen.

Istilah genom sintetis ini juga menjadi perdebatan di kalangan ilmuan dunia. Pada dasarnya kata "sintetis" memang selalu erat hubungannya dengan sesuatu yang tidak alami, dikarenakan dalam proses modifikasi genom melibatkan teknik elektro dan kimia. Genom sintetis pada mahluk hidup tersebut tetap berasal dari genom alami dari Mycoplasma mycoides yang dikembangkan di laboratorium pada 2010. 

Penelitian JCVI yang dipimpin langsung oleh ahli genetika bernama John Craig Venter, berhasil menciptakan organisme hidup pertama dengan genom sepanjang satu juta pasang basa yang sepenuhnya sintetis.

Penelitian lanjutan kemudian dilakukan oleh para peneliti di Laboratorium Dewan Penelitian Medis Biologi Molekuler yang dipimpin oleh ahli biologi molekuler, Jason Chin, mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menulis ulang DNA bakteri Escherichia coli pada genom sintetis. Genom sintetis buatan Chin berhasil dibuat sepanjang empat juta pasang basa.

Salah satu terobosan terbesar dalam teknologi rekayasa genetika adalah metode CRISPR yang dianggap lebih terjangkau, tidak memerlukan enzim restriksi, lebih efisien karena ia tahu harus ke mana dan memotong gen mana, dan CRISPR sangat bisa diprogram dengan mudah sehingga CRISPR lebih sering digunakan saat ini. Hal itu dikarenakan CRISPR pada sistemnya menggunakan Cas9 (CRISPR-associated protein) yang berfungsi sebagai gunting molekuler yang bisa diprogram untuk menarget banyak gen pada waktu yang bersamaan. Hal itu membuat produk yang dihasilkan lebih banyak hingga dua kali lipat.

Produk genom sintetis selain untuk kepentingan lingkungan seperti organisme penghasil lipid, pendeteksi tumpahan racun di perairan, dan bakteri penghasil biofuel, juga salah satunya adalah GMO (Genetically Modified Organism) yang kini sudah banyak beredar di masyarakat penjuru dunia. 

Banyak pro dan kontra soal pangan hasil GMO karena dianggap merusak keseimbangan alam dan dalam jangka pajnag bisa mengganggu kesehatan. Sejauh ini pengawasan lembaga adalah dengan memberikan sertifikasi, akreditasi, label, atau tanda lainnya. Jika ada yang melanggar maka akan dilakukan pembatasan dan penarikan produk bahkan sampai pencabutan hasil usaha.

Di Indonesia yang terjadi adalah jumlah kasus lebih banyak daripada kapasitas pengawasan. Seharusnya setiap produk GMO diberi label, namun hal itu belum terlaksana dengan baik. Sebagai contoh, di pasar rata-rata yang dijual antara lain adalah produk GMO seperti tempe dan jagung BT namun tidak diberi keterangan bahwa produk tersebut adalah produk GMO. 

Kemungkinan karena produk GMO di Indonesia masih sedikit atau memang belum terlabel dengan baik. Sementara itu, produk impor biasanya sudah berlabel GMO. Langkah preventif yang dapat dilakuan adalah edukasi konsumen agar selektif dalam memilih produk dikarenakan sejauh ini edukasi mengenai produk GMO belum menjadi prioritas.

Kepedulian masyarakat terhadap produk yang mereka konsumsi berpengaruh terhadap ada tidaknya label GMO pada sebuah produk. Sebagai contoh yaitu label halal yang sebenarnya tidak diwajibkan ada pada kemasan makanan dan minuman, tapi karena mayoritas masyarakat muslim sangat mempedulikan hal itu, sehingga perusahaan-perusahaan makanan/minuman memberi label halal untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk tersebut. Jadi permasalahannya adalah masyarakat belum teredukasi dengan GMO, sehingga GMO belum menjadi fokus utama para pengusaha dan pemerintah.

Tugas guru dan dosen sebagai pendidik dapat dengan bijak meyampaikan secara jelas dampak negatif dan positif dari GMO sehingga peserta didik dapat dengan bijak memilih apakah harus menggunakan atau tidak menggunakan produk GMO. Peserta didik juga dapat memberikan informasi kepada kerabat terdekat di lingkungan sekitarnya mengenai produk GMO yang sudah beredar di pasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun