Nur Najmi Laila Azami
Bimbingan Penyuluhan Islam / 2AÂ
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Pengantar Pengembangan Masyarakat (Studi Lapangan)
Dosen Pengampu : M. Jufri Halim, S.Ag., M.Si.
Pada 27Juni 2023 kelas BPI 2A melakukan studi lapangan ke komplek kopti semanan,Jakarta Barat. Kelompok saya ( kelompok 4) melakukan wawancara ke sebuah paguyubankacang kedelai yang bernama "sedulur rukun". Kami mewawancarai seorang bapakyang bernama "Pak Syahroni", ia merupakan pengelola paguyuban ataupun toko kacangkedelai tersebut dan  ikut berpartisipasi pada kopti.
Kopti merupakan koperasitahu tempe Indonesia yang awalnya didirikan oleh pemerintah dan bertujuan untukmelakukan pengembangan masyarakat pada pengrajin tahu tempe. Kopti baru mulaipembangunan pada tahun 1991 dan  1994 baru ditempati oleh para pengrajin tahu tempe dari seluruh penjuru Indonesia. Kopti ini sebagai salah satu program pengembangan masyarakat yang diciptakan oleh pemerintah sebagai wadah untuk para pengrajin tahu tempe.  Pada awalnya, kopti yang menyediakan kedelai untuk para pengrajin tetapi setelah tahun 200an hingga saat ini koperasi tersebut mati suri dan tidak lagi menyediakan kedelai untuk para pengrajin. Â
Salah satu pengelola sedulur rukun yaitu Pa Syahroni dulunya hanya sebagai kuli di sebuah  pabrik tahu tempe milik saudaranya. Setelah menguasai ilmunya beliau melakukan pengelolaan tempe dan kedelai sendiri, pengelolaan tempe dimulainya sejak tahun 1994 dan pengelolaan kedelai sejak tahun 2016. Beliau memulai pengelolaan tersebut di tempat miliknya yang berlokasi di Kebon Jeruk.Â
Di tempatnya ia mengalami sedikit kesulitan terhadap kedelai yang harus impor ke luar negeri, kesusahan yang paling sering dialami olehnya ialah harga dari kedelai tersebut yang sangat mahal dan tidak stabil. Setelah didirikannya kopti oleh pemerintah, akhirnya Pa Syahroni ikut bergabung dan berpindah dari Kebon Jeruk ke lokasi pengolahan yang sudah disediakan oleh pemerintah di Kalideres, Jakarta Barat.Â
Setelah beliau bergabung dengan kopti, beliau merasa memiliki banyak sekali keuntungan seperti harga kedelai yang tidak terlalu mahal karena kedelai tersebut ditangani oleh bulog bukan oleh importir, memiliki rasa kekompakan yang lebih dalam menentukan harga pasar dan lebih mudah untuk menyampaikan pendapat, keluh, dan kesah kepada pemerintah.
Pada tahun 2020semenjak terjadinya perdagangan bebas,  bulogsudah tidak bekerja sama lagi dengan para pengrajin tahu tempe sehinggapengrajin tahu tempe tersebut harus membeli kedelai ke para importir yangharganya disesuaikan dengan panen kedelai di luar negeri serta disesuaikandengan kenaikan dolar. Setelah bulog dan kopti sudah tidak beroperasi lagiakhirnya Pa Syahroni dan 12 pengrajin lainnya mengumpulkan modal bersama untukmembeli kedelai langsung ke pabriknya tidak melalui toko-toko, karena jikamelalui toko-toko harga  kedelai tersebutsudah diambil keuntungannya jadi harganya lebih mahal di toko dari pada dipabriknya langsung. Oleh karena itu para pengrajin berharap untuk selaludiberikan subsidi oleh pemerintah dan bekerja sama lagi dengan bulog agar hargakedelai selalu stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H