Mohon tunggu...
Nurmiati Biantoro
Nurmiati Biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Guru bukanlah seorang pengajar semata, tetapi lebih dari itu ia harus mampu mendidik bahkan menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

3.1.F. Eksplorasi Konsep - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran

13 Oktober 2024   17:35 Diperbarui: 13 Oktober 2024   17:43 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : LMS PGP Angkatan 11

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak

Bacalah kutipan di atas dan renungkan, apa peranan Anda saat ini sebagai seorang pendidik di abad ke 21, serta bagaimana pentingnya seorang pendidik mempelajari ilmu tentang etika. Mengapa memahami etika atau nilai-nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya, semakin diperlukan dalam dunia yang semakin beragam; hal ini berkaitan dengan sekolah sebagai ‘institusi moral’ yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya.

Jawaban saya:

Sebagai pendidik di abad ke-21, guru tidak hanya berperan mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mengembangkan lingkungan belajar inklusif. Sebagai guru kita bertugas sebagai fasilitator pembelajaran, pemimpin pembelajaran, dan agen perubahan.

Mempelajari etika penting karena membantu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan positif, dan mendidik siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengajarkan nilai-nilai moral secara eksplisit. Dengan memahami dan menerapkan etika, pendidik dapat membantu membentuk karakter siswa untuk hidup di masyarakat yang beragam.

Sebagai institusi moral, sekolah memainkan peran krusial dalam membentuk budaya, nilai, dan moralitas pada murid. Perilaku warga sekolah, termasuk kepala sekolah, menjadi teladan penting bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak besar dalam menciptakan sekolah sebagai lembaga moral. Dalam menghadapi dilema etika, pemimpin sekolah harus mengambil keputusan yang mencerminkan integritas sekolah dan nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan tersebut tidak hanya mempengaruhi warga sekolah, tetapi juga menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya. Dengan memahami etika, sekolah dapat menjalankan peran moralnya secara efektif.

Halaman 2

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral.

Dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil? Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Sebelum kita bahas modul ini lebih dalam, kita akan mempelajari apa arti etika. Apa arti moral, sehingga sekolah disebut sebagai suatu institusi ‘moral’. Apakah arti etiket? Apakah sama dengan etika, adakah perbedaan antara etika dan etiket?

Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun