Mohon tunggu...
Nurmawati
Nurmawati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen / Institut Teknologi Kalimantan

Suka menulis dan berbagi informasi apa saja. http://nurmaklaoztanadoang.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingatan Kala Itu

9 September 2022   20:58 Diperbarui: 9 September 2022   21:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak akan merindukan orang sepertimu? Engkau selalu melakukannya dengan baik.

"Nak bangun! Bangun anak cantikku sayang!"

Aku masih saja betah di kasur empukku, kucek mata sebentar, putar kanan kiri lalu menarik kembali selimut kesayanganku. Sekali lagi terdengar suara lembut itu sambil menggelitikku.

"Bapak, aku benar-benar masih ngantuk banget. Bentar lagi aja Pak!"

"Sang waktu tidak akan menunggu kita sayang. Ayo bangun anak cantik!"

Tanpa banyak berkata-kata lagi bapak langsung saja menggendongku ke tempat wudhu dan kami pun berwudhu bersama walau aku masih sambil merem. Bapak selalu menungguku dengan sabar dan mengajarkanku dengan baik bahkan menuntunku memakai mukena.

"Oke, sekarang siap."

"Nah, begitu kan cantik. Waktunya kita pergi, Yuk!"

Dan kami pun pergi ke masjid untuk shalat subuh berjamaah. Ntah kenapa moment yang satu ini tidak pernah terlepas dari ingatan. Dengan polosnya aku bertanya, "Bapak kenapa sih kita harus shalat di masjid yang lebih jauh padahal yang dekat rumah juga ada? Kenapa sih kita harus berjalan kaki padahal kita kan bisa naik motor jadi tidak perlu berangkat cepat-cepat begini? Aku kan masih ngantuk!"

Dengan santainya bapak menjawab biar akunya tidak mengantuk lagi dan biar kita cepat kaya.

"Hha, yang benar aja pak... nyambungnya dimana?"

Akupun tertawa dan bapak ikut tertawa bersamaku. Tapi kemudian bapak bertanya kepadaku mana lebih banyak 1000 x 10 atau 100 x 10? Aku pun menjawab 1000 x 10 dong Pak! Kamu lebih suka yang banyak atau yang sedikit? Aku jawab lagi lebih suka yang banyak tapi yang baik-baik aja. Hhahhaaa (sambil ketawa nyengir).

Nah itu dia jawabannya nak, shalat berjamaah di masjid yang lebih jauh membutuhkan langkah kaki yang lebih banyak sehingga pahala yang kita dapatkan juga lebih banyak. Bayangkan saja jika setiap langkah dapat pahala 10, jika 1000 langkah bisa menjadi 10000 pahalanya. Belum lagi jalan pulangnya. Belum lagi pahala berjamaahnya, belum lagi shalat sunnahnya. Makanya kita datang lebih awal biar bisa semakin kaya (bisa shalat sunnah).

"Bukankah dengan begitu kita jadi lebih kaya dibanding yang shalatnya di masjid yang lebih dekat? Ini baru 1 waktu saja bagaimana kalau setiap waktu kita melakukannya berarti bisa lebih kaya lagi kan?"

Tapi jangan cepat berpuas diri nak karena namanya manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya dosa. Bahkan seringkali kita tidak menyadari telah berbuat dosa. Dan dosa itu akan menggugurkan pahala yang sudah dikumpulkan. Jadi jangan bosan-bosan beribadah, jangan bosan berbuat baik semoga pahalanya selalu menang dari dosanya.

"Bukankah begitu anak cantikku?"

Aku pun tertawa lagi tapi dalam hati membenarkan kata-kata bapak dan aku mencatat baik-baik semua yang dikatakannya subuh itu.

"Dan sekarang kantukmu sudah hilang kan?"

"Hhaa!! Bapak tau aja deh!" Hehee (senyum ngeless).

Jadi berjalan di subuh hari itu menyehatkan apalagi niatnya buat ibadah. Hitung-hitung ini adalah olahraga gratis sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

"Ibadah sambil olahraga, benar gak?" Makanya jangan malas-malasan lagi nanti biar jadi anak yang sholeh plus jadi anak yang sehat dan pintar.

#Ingatan kala itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun