Jika kita tarik kesimpulan yang lebih sederhana, bahwa mereka sehat dan panjang umur karena silaturahmi (menyambung hubungan dengan sanak famili), hidup rukun bertetangga, murah senyum dan saling sapa.
Sementara itu, kita cenderung menganggap remeh bahwa sejak beradab yang lalu agama telah menganjurkan pemeluknya untukmenggalak kan silaturrahmi. Bagi umat muslim Nabi Muhammad telah berpesan,“Siapa yang ingin rejekinya diperluas dan umurnya panjang, maka hendaklah ia bersilaturahmi” (HR Bukhari). Begitupula umat Kristen, Budha, Hindu dan yang lain, dalam setiap upacara keagamaan baik yang dilakukan secara rutin maupun bersifat eventual, para pemeluknya diajak untuk berkumpul, saling menyapa dan menghormati, serta membantu dan mengayomi satu sama lain (bersilaturahmi).
Sekedar tambahan bahwa di kantor saya bekerja, setahun lalu menerima kurir baru yang notabene kurang kompeten karena memiliki gangguan berpikir, konsentrasi dan ingatan akibat trauma, dia gagap bicara dan kurang paham pada beberapa perintah yang diberikan sekaligus, anehnya dia bisa mengoperasikan komputer, bahkan menjalankan mesin pencarian Google.
Namun, seiring berjalannya waktu dia mulai bisa berkomunikasi, kemampuan motorik dan kinestetiknya berkembang, penyakit “tuli, bisu & bodoh” yang diidapnya saat pertama kali masuk kerja hilang seiring dia berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang di kantor maupun di luar kantor selama menjalankan pekerjaannya. Itu adalah contoh kecil keajaiban silaturahmi, sebagaimana yang dilakukan penduduk Roseto di atas.
Disari dari Pengantar buku Outlier, Karya Malcolm Gladwell.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H