Mohon tunggu...
Nurmansyah Malin Mudo
Nurmansyah Malin Mudo Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 3 Solok

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perubahan Itu di Ujung Pena

19 Februari 2020   12:00 Diperbarui: 19 Februari 2020   12:00 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia selama berabad-abad dirundung malang, menderita dan dibuat menderita hingga menyisakan kesedihan yang berkepanjangan oleh akibat penjajahan Jepang dan Belanda. Penderitaan yang tiada tara. Bergulirnya waktu dengan diam-diam pahlawan bangsa mencoba mempersiapkan kemerdekaan itu melalui tulisan-tulisan sederhana yang mengobarkan semangat kemerdekaan. Setiap orang yang membaca tulisan itu berkobarlah semangatnya untuk sesegera mungkin, detik itu juga, tidak menunggu siang untuk mengusir penjajah dari tanah air tercinta.

Tulisan proklamasi kemerdekaan telah merubah segalanya. Harapan baru, kebahagian yang tidak terkirakan akan segera menghampiri. Sekiranya pernyataan bangsa Indonesia itu tidak tertulis bagaimana Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa ia telah merdeka dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan.

 Sekarang dunia tulis-menulis sudah semakin maju, tidak sepayah sebelumnya yang butuh waktu lama. Di era globalisasi abad 21 yang berkemajuan tradisi tulis menulis mengalami pergeseran seiring perkembangan zaman. Pergeseran itu tidak sebatas sarana yang digunakan akan tetapi orientasi dan motivasi menulis yang sudah menjadi kebutuhan, tidak lagi sekedar tradisi.

Masyarakat berkemajuan nan santuy, tulisan adalah ajang berekspresi dan respon atas segala peristiwa yang terjadi. Sehingga banyak dijumpai narasi-narasi, simbol-simbol yang menyatakan siapa mereka sebenarnya. Lebih perfect bila kebahagian, kesedihan, kebencian dan segala hal tentang suasana hati dituangkan dikanvas dengan ujung pena, karena suatu saat akan jadi jejak-jejak hati.

Pada hakikatnya pergeseran itu disebabkan kuatnya oretan tulisan itu sendiri hingga menembus  masa dan menghasilkan gelombang perubahan yang maha dahsyat.

Para guru se Indonesia adalah orang-orang digarda terdepan menggerakkan ujung pena untuk sebuah perubahan. Guru Indonesia tidak anti tulis-menulis, guru Indonesia tidak alergi tulis menulis. Guru Indonesia tidak mengingkari bahwa perubahan itu akan selalu ada. Dimulai diujung pena, kita mulai perubahan itu. Ayo menulis...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun