Mohon tunggu...
Nurmansyah Malin Mudo
Nurmansyah Malin Mudo Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 3 Solok

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perubahan Itu di Ujung Pena

19 Februari 2020   12:00 Diperbarui: 19 Februari 2020   12:00 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan itu tidak semudah membalik telapak tangan, apalagi jika tidak dimulai sama sekali. Benarkah demikian?. Tentu saja pernyataan itu ada benarnya juga, apalagi kalau perubahan itu mendapat tantangan dari sistem yang keberatan untuk menerima sebuah perubahan. Tapi, itu bukanlah suatu hal yang akan menghambat terjadi sebuah perubahan.

Sebab perubahan itu adalah qudrat alam yang akan senantiasa mengalami perubahan sepanjang masa. Kata al-Ghazali, segala jism yang terdapat pada alam tidak terpisahkan dari peristiwa yang melekat padanya, yaitu berubah, bergerak dan tetap. Dengan begitu, mustahil alam bersifat baqa.  Zat yang tidak akam mengalami perobahan itu adalah al-Khaliq, sang pencipta perubahan itu sendiri.

Pertanyaannya, apakah mesti ditunggu perubahan itu datang dengan sendirinya?. Bagi kalangan oportunis tentu  ini tidak laku karena perubahan itu harus terjadi sesegera mungkin dengan harapan ada keuntungan baru untuk dirinya sendiri atau kelompoknya. Setiap ada perubahan akan ada harapan baru, harapan baru itu menjanjikan perubahan demi perubahan dalam segenap aspek kehidupan mereka. Kata orang bijak, perubahan akan selalu terjadi dan yang tidak akan pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.

Perubahan berasal dari kata ubah yang berarti menjadi lain dari semula. Setelah mendapat imbuhan di awal dan diakhir sehingga menjadi perubahan, yang berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; dan pertukaran (KBBI:1234). Jadi dapat diartikan perubahan adalah beralih dari satu situasi ke situasi lainnya. Bertukar zaman, maka akan diikuti oleh peristiwa-peristiwa perubahan dalam setiap aspek, baik social, ekonomi dan budaya. Perubahan itu dapat menghasilkan suatu yang positif dan negative yang tidak dapat dielakkan.

Menurut Nanang Martono (2012), bahwa perubahan dapat dapat mencakup aspek yang sempit dan luas. Aspek yang sempit dapat meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas berupa perubahan dalam struktur masyarakat yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat di masa yang akan datang.

Perubahan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.

Bahkan kemajuan bangsa barat mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke eropa melalui Spanyol (Yatim, 2000: 2). Semua itu tentu tidak akan dapat diketahui oleh manusia hari ini, bagaimana perubahan besar itu terjadi, melainkan di ujuang pena.

Sosok penting dalam perjalanan Rasulullah SAW hingga dapat mengungkap fakta-fakta penting adalah keberadaan para juru tulis bersama beliau. Diujung qalam mereka, ditulis wahyu al-Qur'an, surat-surat, perjanjian-perjanjian dan keputusan-keputusan yang menyangkut kenegaraan. Bahkan lebih spesifik, ada ahli tulis sedekah, ahli tulis hutang-piutang dan ada ahli tulis untuk surat-surat dengan bahasa asing. Setelah nabi hijrah, jumlah penulis semakin banyak yang dibarengi dengan tumbuhnya tempat mempelajari al-Qur'an, ajaran-ajaran Islam, menulis dan membaca (al-Khatib, 2003; 129)

Kegiatan tulis menulis itu sampai pada masa sahabat. Dimasa Abu Bakar ra mereka menghimpunnya dan dimasa Utsman bin 'Affan, ra mereka menyalinnya dan mengirimkannya ke berbagai kawasan agar mereka bisa menjamin keterpeliharaan al-Qur'an dari kerancuan. Kemudian tradisi menulis berlanjut di masa tabi'in dan generasi sesudahnya sehingga lahirlah berbagai kitab hadis terkenal yang sampai sekarang jadi rujukan kaum muslimin. Kitab teresbut merupakan oretan pena para sahabat yang pada akhirnya dapat merubah kondisi sat itu sehingga Islam mencapai puncak kejayaannya sampai sekarang.

Jejak-jejak ujung pena yang tergores di atas dedaunan dan kulit kulit kayu menjadi saksi hidup bagaimana Islam datang dan berkembang sehingga mengubah mindset masyarakat Arab hingga dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, Indonesia-Mekkah yang berjarak 8.000-an kilometer, masyarakat Indonesia dapat menerima Islam dengan tangan terbuka. Jarak tidak menghalangi. 

Begitu mudahkah? Tentu tidak. Tapi yang pasti, pedagang Arab tidak hanya dengan berkata-kata tentang Islam kepada masyarakat Indonesia, melainkan dengan pembuktian bekas ujung pena dalam kitap-kitab yang memuat risalah agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun