Mohon tunggu...
Nurmansyah
Nurmansyah Mohon Tunggu... profesional -

Orang biasa yang berusaha untuk selalu bersikap jujur dalam bertindak, berkata-kata dan berpikir. Mencoba untuk bekerja tanpa terikat dengan hasilnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jam Tangan Moeldoko, Usman Harun, dan Singapura

24 April 2014   02:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dari 2.bp.blogspot.com

Gambar KRI Usman Harun diambil dari "http://www.apakabardunia.com/2014/02/oh-ini-toh-kecanggihan-kri-usman-harun.html "

Rasa dendam dan kemarahan Singapura atas penamaan "Usman dan Harun" untuk kapal perang RI, nampaknya tidak cukup dari permintaan maaf pemerintah RI.  Singapura menganggap perlu untuk memberi hukuman kepada orang yang bertanggung  jawab dalam pemberian nama kapal pernag tersebut.  Usman dan Harun adalah penjahat perang buat Singapura tetapi oleh RI mereka adalah Pahlawan bangsa yang pantas namanya diabadikan sebagai nama sebuah kapal perang.

Media Singapura sebagaimana kita ketahui, tiba-tiba tanpa ada angin dan badai menyorot jam tangan yang digunakan oleh Jendral Moeldoko (Panglima TNI), persis saat rakyat Indonesia mulai melupakan peristiwa penamaan kapal perang yang sempat menjadi silang pendapat antara RI dan Singapura.  Media Indonesia termasuk Kompas.com ikut mewartakannya, dan terakhir mendapat tanggapan serius dari KPK yang tanpa pikir panjang langsung berkomentar, "Moeldoko harus melaporkan jam tangan milikinya yang konon seharga 1 milyar lebih", padahal KPK sendiri belum memeriksa laporan terakhir Moeldoko tentang kekayaanya.

Apakah Jendral Moeldoko sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap penamaan Usman dan Harun untuk KRI kita, sedang mendapatkan "hukuman" dari Singapura.  Jika benar demikian betapa naifnya kita, yang sedang digunakan oleh Singapura untuk "menghukum" Jenderal Moeldoko, jadi tidak salah Malaysia menyebut bangsa kita sebgai indon.   Kita (terutama media) terlalu mudah menjadi penerus atau permainan pihak asing untuk menjalankan rencana jahatnya.

Kapankah kita (terutama media) memberikan penghargaan kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko, atas keberaniannya melawan negara yang telah "merampok" kekayaan kita dan sebagai tempat yang nyaman buat koruptor untuk bersembunyi dan menyembunyikan kekayaanya.

Saya berpendapat Jenderal Moeldoko pantas kelak menyandang Jendral Besar (bintang lima).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun