Mohon tunggu...
Nurmaliza Arfianti
Nurmaliza Arfianti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo saya nurmaliza arfianti dari prodi Ilmu Komunikasi Universitas Perintis Indonesia dengan memiliki hobi membaca dan menulis, saya juga penyuka pantai. Be happy be smile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Festival Tabuik

9 Juli 2022   21:40 Diperbarui: 9 Juli 2022   21:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Festival Tabuik

Pegi Putri Asri, 9 Juli 2022

Festival Tabuik merupakan salah satu tradisi tahunan di dalam masyarakat Pariaman. Festival ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan perkirakan telah ada sejak bad ke -19 Masehi.

Peralatan tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW,yaitu Hussein bin Ali yang jauh pada tanggal 10 Muharram.Sejarah mencatat,Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang dipadang Karbala. 

Tabuik terdiri diambil dari bahasa Arab 'tabut' yang bermakna peti kayu.nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk terwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq.

Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi,katak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit Leh buraq.

Berdasarkan legenda inilah,setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.

Menurut kisah yang diterima masyarakat secara turun temurun,ritual ini diperkirakan muncul dipariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi.

Tabuik pada masa itu masih kental dengan pengaruh dari timur tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Syiah.

Pada tahun 1910,muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau,sehin sehingga berkembang menjadi seperti yang ada saat ini.

Tabuik terdiri dari dua macam,yaitu Tabuik pasa dan Tabuik  subarang.keduannya berasal dari dua wilayah berbeda dikota Pariaman.

Tabuik pasa(pasar)merupakan wilayah yang berada disisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian pantai Gandoriah. 

Wilayah pasa dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik.adapun Tabuik subarang berasal dari daerah subarang (seberang),yaitu wilayah di sisi Utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai kampung Jawa. 

Awalnya,Tabuik memang hanya ada satu, yaitu Tabuik pasa.sekitar tahun 1915,atas permintaan segolongan masyarakat,dibuat sebuah Tabuik yang lain.Atas kesepakatan Ara ketua nagari, Tabuik ini harus dibuat di daerah seberang sungai pariaman. karenanya,Tabuik yang kedua ini diberi nama Tabuik subarang. salah satu riwayat sesepuh masyarakat mencatat kejadian tersebut diperkirakan terjadi tahun 1916,tetapi ada pula riwayat yang menyebutkan tahun 1930.

Pembuatan Tabuik subarang tersebut tetap mengikuti tata cara yang sebelumnya telah berlaku di wilayah pasa. Mulai tahun 1982,peray perayaan Tabuik dijadikan bagian dari kalender pariwisata kabupaten Padang Pariaman. Kerena itu terjadi berbagai penyesuaian salah satunya dalam hal waktu pelaksanaan acara puncak dari rangkaian ritual Tabuik ini. 

Jadi, meskipun proses ritual awal Tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, saat perayaan tahun baru Islam,tetapi pelaksanaan acara puncak dari tahun ke tahun berubah-ubah,tidak lagi harus pada tanggal 10 Muharram.

 Rangkaian tradisi Tabuik Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual Tabuik,yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang,mataan,mengarak jari-jari,mengarak sorban,Tabuik naik pangkek,hoyak Tabuik,dan membuang Tabuik  ke laut.

Prosesi mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram.Menebang batang pisang dilaksanakan pada hari ke 5 Muharram.Mataam pada hari ke 7,dilanjutkan dengan mengarak jari-jari pada malam harinya.pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mengarak saroban.

Pada hari puncak, dilakukan ritual Tabuik naik pangkek,kemudian dilanjutkan dengan hoyak Tabuik. Hari puncak ini dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram,tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-rubah antara 10-15 Muharram,biasanya disesuaikan dengan akhir pekan.Sebagai ritual penutup,menjelang Maghrib Tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.

Setiap tahunnya puncak acara Tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatra barat. Tidak hanya masyarakat lokal saja,festival ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun