Mohon tunggu...
Nurmalita Rahman
Nurmalita Rahman Mohon Tunggu... -

Aku berpikir maka aku ada -- Descartes

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Instagram dan Bayang-bayang Rasa Iri

17 Februari 2019   21:25 Diperbarui: 17 Februari 2019   21:53 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Instagram telah menjadi salah satu media sosial yang popular di kalangan pengguna internet jaman sekarang. Survei menunjukkan sebanyak 800 juta pengguna aktif Instagram yang tersebar di berbagai belahan dunia dan 53 juta diantaranya adalah pengguna dari Indonesia. Mereka rata-rata menghabiskan waktu 53 menit untuk melakukan berbagai aktivitas di Instagram seperti mengunggah sesuatu, memberikan like, membagikannya atau bahkan hanya sekedar melihat unggahan tersebut. Adanya Instagram sudah menjadi bagian dari hidup penggunannya. Tetapi apakah hal itu akan selalu memberikan dampak positif?

Instagram merupakan media sosial yang berbasis visual. Kita dengan mudah mengunggah maupun melihat unggahan dari pengguna lain. Survei yang dipublikasikan oleh Omnicore Agency  menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 100 juta foto maupun video yang di unggah di Instagram setiap harinya. Namun dibalik gemerlap momen-momen yang dibagikan, dapat menjadikan kita secara sadar maupun tidak sadar akan membandingkan diri dengan orang lain hingga akhirnya memunculkan rasa iri.

Penelitian membuktikan bahwa iri akan menyebabkan pengguna Instagram merasakan ketidakpuasan terhadap hidup yang dia miliki. Ketika seseorang mengalami iri, dia akan cenderung merasa tidak nyaman dengan apa yang sedang dia alami. Rasa tidak nyaman ini semakin lama dapat menyebabkan rendah diri, menganggap dirinya tidak berharga dan memandang kehidupannya secara negatif.

Apa yang kita lihat tak selamanya benar

Ketika kita login, kita perlu menyadari dan membedakan kenyataan dan "pertunjukkan". Instagram dengan berbagai unggahan visual didalamnya sehingga perlu dimengerti bahwa apa yang mereka unggah di Instagram tidak menggambarkan kehidupan mereka secara akurat. Bisa saja mereka mengunggah foto dari "stok" foto dari liburan beberapa waktu yang lalu, atau swafoto cantik yang dia ambil setelah berkali-kali percobaan memfoto. Pada kenyataannya tentu kita tidak berlibur setiap hari atau bahkan selalu mendapat hasil sempurna dalam sekali berswafoto.

Kita sebagai pengguna Instagram sebaiknya berpikir bijak terhadap apa yang kita konsumsi di Instagram. Faktanya orang yang kita anggap memiliki "kehidupan yang sempurna" di Instagram juga hanyalah manusia biasa. Apa yang kita saksikan hanyalah bagian terluar kehidupan seseorang yang memang sengaja mereka tunjukkan dan mereka pastilah memiliki kekurangan pula yang mereka tidak ketahui.

Bagaimana mengatasinya?

Dilansir dari Daily Mail, Psikolog Dr. Susan Krausse-Whitbourne dan James Robinson memberikan tips untuk membantu mengatasi rasa iri karena Instagram. Berikut tipsnya:

1. Ubah iri menjadi kekaguman

Robinson mengungkapkan bahwa kekagumanadalah sisi lain dari iri. Oleh karena itu ubah rasa iri menjadi kekaguman. Ketika anda melihat seseorang berada di sebuah momen, cobalah untuk memahami proses bagaimana dia sampai di titik itu.

2. Berinteraksi dengan orang yang dikenal

Berhubungan dekat dengan seseorang yang dapat memberikan rasa hangat dan rasa memiliki. Hubungan dengan orang yang "nyata" akan menjaga persepsi anda tentang kehidupan mereka di dunia maya.

3. Temukan foto seperti apa yang membuat iri

Identifikasi foto apa yang terasa paling "beracun" bagi anda. Ketahuilah bahwa apa yang disajikan di Instagram tidak semuanya realistis dan hal itu bisa jadi tidak benar-benar terjadi.

Kita tidak dapat menyangkal bahwa Instagram merupakan tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu luang. Adanya Instagram pula memudahkan kita untuk berbagi foto maupun video momen spesial dengan orang lain. Tetapi hendaknya kita juga perlu berhenti membandingkan diri dengan orang-orang yang kita lihat di media sosial. Karena lebih penting apabila kita dapat mencintai diri kita sendiri tanpa perlu memandang kehidupan orang lain dan menjadikannya sebagai patokan kebahagiaan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun