Berkat saling curhat, saling tukar pikiran, ini nih hasilnya. Jadi punya pendapat tentang rasa yang hadir antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat. #with perempuan-perempuan luar biasa yang ada di sekitarku.
Tentang laki-laki dan perempuan yang sahabatan. Tentang rasa. Aku ingin sedikit membahasnya.
Aku membenarkan kata orang-orang tentang persahabatan antara Laki-laki dan perempuan. Aku juga mencoba mengutak-atik hp_ku mencari tahu dari sang ahli pencarian data “om google”, dan katanya sama, menurut realitas kehidupan antara laki-laki dan perempuan yang bersahabatan baik disalah satu ataupun keduanya ada yang memiliki rasa lebih dari seorang sahabat.
Sahabatannya tetap jadi lebel selama rasa itu belum sempat diketahui oleh keduanya. Masih tetap dalam lebel sahabat juga walau salah satunya sudah tahu, tapi tetap saja akan ada rasa rada rada gimanaa gitu.
Cerita ini dimulai ketika sahabat perempuan yang memiliki rasa terlebih dahulu dari sahabat laki-lakinya. Memang perempuan ini selalu BAPER. Istilah yang jaman sekarang lagi ngehits-ngehitsnya. “Bawa perasaan”, memang benar perempuan itu ga akan pernah terlepas dengan yang namanya perasaan. Dikit-dikit nangis, dikit-dikit sedih, dikit-dikit marah, dikit-dikit ketawa-ketawa seneng-seneng, kemanapun ia pergi kemanapun ia berada pasti perasaannya dibawa-bawa. Aku sendiri sudah pernah mencoba untuk tak membawanya, tetapi tetap saja tak berhasil.
Ya memang sudah fitrahnya begitulah kaumku ini. Hatinya mudah tersentuh. Apalagi kalau sudah tentang rasa. Semuanya jadi kelihatan di hiperbolakan. Dilebih-lebihkan. Tentang rasa kepada laki-laki, lawan jenis, ini salah satunya. Terhadap sahabat kita sendiri mulanya. Kejadian seperti ini sudah ga asing lagi, dan juga ga terpungkiri. Bagaimana tidak, dia yang seyogyanya selalu ada bersama kita, selalu ada di berbagai situasi dan kondisi, selalu ada dimanapun kita ada. Bagaimana mungkin ga muncul rasa-rasa yang jadi lebih-lebih semuanya. Seperti pepatah jawa bilang “witing tresno jalaran soko kulino”, cinta tumbuh karna terbiasa bersama. Terbiasa bersama kemanapun, saat sharing, curhat-curhatan, jalan-jalan, makan, duhh…… sama-sama teruslah pokoknya.
Nah, setelah itu pasti kaumku ini bakal mikir begini “duh… dia baik banget yah, dia kok seperti ini yah, apa jangan-jangan dia…”. Nah… sudah mikir yang enggak-enggak deh kaumku ini. Ya gitu Baper, dibawa-bawa perasaannya. Yang sakitnya nanti kalau-kalau ternyata kaumku sudah benar-benar berlebih rasanya, semakin lebih ketika bersama tetapi sahabat laki-lakinya tak merasakan hal yang sama. Kan sakiit…
Jadi kaumku emang serba salah. Punya rasa salah, ga punya rasa juga salah. Ya iya yang bener aja, masa sahabatan ga pake rasa. Kayak sayur ga dikasih garem gula aja, kan ga enak. Ya sama, sahabatan juga kek gitu. Pasti ga asiik. Terus nanti kalau kita lagi bantuin sahabat kita nih, terus kita ga pake hati? Hati di sini berarti rasa yah… Kan ga mungkin. Lagi dengerin dia cerita, kan ga mungkin juga hatinya ga ikut serta. Dari sekian banyak hal yang dilakukan, terus hati selalu ikut serta, nah di situlah mulai-mulai muncul hati-hati yang rasanya udah lebih. Hal-hal seperti ini ya berjalan aja, ga ada dibuat-buat. Nanti tuh ada sahabat laki-laki yang bilang “kalian ini yah… sikit-sikit baper. Baper mulu dipelihara”. Lah… emang salah ya? Ya memang udah seperti inilah kaumku. Memang sih, karna suka bawa-bawa perasaan ini juga yang sering buat kaumku jadi sakit karenanya. Tapi mau gimana lagi, inilah resikonya. Mungkin beberapa dari kaumku sudah memikirkannya. Begitulah………
Cinta yang tidak diketahui oleh orang yang kita cintai, cinta yang tak harus berucap cinta, cinta ini hanya mengenal kata rindu, yang jusru rasanya lebih dalam dari yang seharusnya terucap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H