Mohon tunggu...
Nurmalasari
Nurmalasari Mohon Tunggu... Konsultan - Public Health Specialist

Passionate in Youth4Health & Mental Health | SDGs, Social Network, & Indigenous Enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Kolaboratif Menuju Mentawai Bebas Asap Rokok

19 Oktober 2017   15:16 Diperbarui: 1 Agustus 2022   21:07 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 2012-2017, Penyakit Tidak Menular (PTM) masih mendominasi 10 penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan NCDs Alliance (2016) menyatakan bahwa pada tahun 2030 diestimasikan jumlah kematian akibat PTM ini sebanyak 75%. 

Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap munculnya penyakit ini adalah konsumsi rokok. Prevalensi konsumsi rokok di Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN mencapai 36,1% dan 6% di antaranya adalah perokok anak-anak dengan usia 10-14 tahun (Riskesdas, 2013). Tingginya angka konsumsi rokok terutama di kalangan usia anak telah menjadi isu di semua wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Kepulauan Mentawai. Berdasarkan data Pencerah Nusantara tahun 2012 diketahui bahwa sebanyak 13% anak usia SMP dan 21% anak usia SMA termasuk perokok aktif.

Melihat angka tersebut, tidak bisa dielakkan lagi bahwa masalah rokok di Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya Kecamatan Sikakap telah masuk dalam kategori bahaya. Bukan hanya orang tua dan dewasa, namun juga pemuda bahkan anak-anak pun sudah mulai mengidolakan rokok dan menjadikannya sebagai salah satu produk jajanan mereka. 

Miris ketika mengetahui peran masyarakat, tetangga, orang tua, bahkan pemangku kebijakan hanya sekedar dan sebatas saja. Permasalahan tersebut harus diselesaikan. Jika pembiaran terus dilakukan, maka bukan tidak mungkin jika pada tahun 2045 bukan bonus demografi yang didapatkan oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai, namun bencana demografi.

Sebagai pemuda yang lahir dan dibesarkan di Mentawai, membuat Yorimarlika Samaloisa yang kala itu masih baru mengenyam bangku SMP Kelas VII tergerak untuk berbuat sesuatu dan melakukan perubahan. Dengan masalah yang seperti fenomena gunung es di mana masalah yang sebenarnya lebih besar dari masalah yang nampak di permukaan, Yori (panggilan akrabnya) menyadari bahwa perubahan tersebut tidak dapat dilakukannya seorang diri. Oleh karena itu, Yori memutuskan bergabung dengan Komunitas Sahabat Remaja Mentawai (SRM) pada tahun 2012. SRM sendiri adalah komunitas peduli kesehatan remaja yang dibentuk oleh Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan Tim Pencerah Nusantara serta Yayasan Cipta Fondasi Komunitas dan Rebana Indonesia.

Sebagai Koordinator SRM Tingkat SMP, Yori menyusun berbagai kegiatan interaktif untuk mengkampanyekan dampak bahaya konsumsi rokok pada teman-teman sebayanya. Bersama Puskesmas Sikakap, Yori dan anggota SRM lainnya melakukan promosi di SD, SMP, dan SMA melalui kegiatan Screening Kesehatan yang rutin dilakukan puskesmas serta mengaktifkan kembali UKS sebagai tempat konsultasi berhenti merokok dan menempel informasi terkait rokok. 

Selain itu, bekerja sama dengan Gereja dan Pastoran, Yori dan anggota SRM lainnya diberikan kesempatan untuk setiap minggunya melakukan promosi kepada jemaat selepas ibadah bergiliran di setiap dusun di Kecamatan Sikakap.

Pada tahun 2015, dilakukan kembali Survey Kesehatan Masyarakat oleh Tim Pencerah Nusantara. Hasilnya, ternyata angka perokok aktif masih cukup tinggi di Kecamatan Sikakap yakni 48,8%. Dimana 67,3% dari perokok aktif tersebut berusia 10-15 tahun. Secara kasat mata, memang terlihat bahwa segala upaya yang dilakukan oleh Yori dan anggota SRM lainnya untuk menekan jumlah perokok anak belum nampak adanya. Namun, langkah kecil selama 3 tahun tersebut ternyata cukup memberikan dampak dimana 70,1% dari perokok anak tersebut menyatakan tengah mencoba berhenti merokok.

Dengan segala hal yang dia lakukan selama 3 tahun tersebut, Presiden Joko Widodo melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan penghargaan kepada Yori sebagai Tunas Muda Pemimpin Indonesia Tahun 2015. Penghargaan ini membuka kesempatan-kesempatan lainnya untuk Yori dapat mengembangkan kapasitasnya dalam upaya perlindungan anak dari asap rokok seperti Terpilih sebagai Tim Pembaharu Muda Gerakan FCTC untuk Indonesia pada tahun 2016 dan puncaknya pada Tahun 2017 kemarin Yori berkesempatan untuk menyampaikan aspirasinya agar FCTC segera diaksesi untuk melindungi anak dari cengkeraman industri rokok di hadapan Deputi V Kantor Staf Kepresiden RI.

Dari berbagai training yang diikutinya dan bertemu dengan sesama pejuang FCTC di seluruh Indonesia, Yori menyadari bahwa dia dan SRM tidak bisa bergerak hanya dengan puskesmas dan sekolah. Dia harus menggandeng lebih banyak dukungan agar Kecamatan Sikakap bisa menjadi Kecamatan yang Bebas Asap Rokok.

Aksi pungut puntung rokok memperingati Hari Sampah Sedunia pada tahun 2016 mengawali aksinya mendukung FCTC untuk Indonesia. Diikuti dengan berbagai kegiatan lainnya seperti edukasi rutin dampak rokok di sekolah-sekolah, melakukan advokasi dan menjalin jejaring dengan lintas sektoral, memperingati Hari Kesehatan Nasional bersama puskesmas mengadakan perlombaan cerdas cermat dan promosi kesehatan seputar bahaya rokok.

Bersama Gereja dan Pastoran mengadakan Camp FCTC sebagai serangkaian acara menyambut Natal, puncaknya menyambut Peringatan Hari Anak Nasional Yori mengumpulkan surat cinta dari masyarakat Sikakap dan petisi dukungan bersama seluruh pejuang FCTC di seluruh Indonesia agar Bapak Presiden Mengaksesi FCTC.

Lagi-lagi, upaya tersebut memang belum bisa membuat Kecamatan Sikakap seutuhnya bebas asap rokok. Namun, beberapa pihak sudah mulai peduli akan isu rokok salah satunya Puskesmas Sikakap yang sudah menerapkan KTR dan dengan tegas melarang adanya aktivitas merokok di lingkungan puskesmas. Memperingati Kemerdekaan RI tahun 2017, bersama dengan SRM, Puskesmas mengadakan lomba surat cinta untuk ayah dengan tema "Ayah Berhenti Merokok". Dalam berbagai pidatonya, Camat juga mulai sering mengajak masyarakat untuk berhenti merokok.

"Sempat lelah dan ingin menyerah, namun kami harus terus berjuang, berjuang lebih keras untuk menghadapi masyarakat yang terkadang tidak peduli dengan aksi kami, selanjutnya menggiring opini mereka bahwa rokok itu bukan produk menguntungkan. Karena itulah peran kami sebagai pemuda yang tidak hanya duduk di bangku sekolah. Kami harus membuat anak-anak Mentawai mendapat ruang untuk hidup di luar cengkeraman asap rokok yang mematikan. Karena anak-anak adalah masa depan kehidupan dan itu sebuah KEPASTIAN."

Yorimarlika Samaloisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun