Mohon tunggu...
Nurmajidah 017
Nurmajidah 017 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya menonton drakor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikososial dan Kesehatan Mental: Perspektif Teori Erikson

28 Oktober 2024   11:44 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:51 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erik Erikson adalah seorang psikolog dan psikoanalis yang terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikososial. Ia mengembangkan delapan tahap perkembangan yang menunjukkan bagaimana individu menghadapi konflik psikologis di berbagai fase kehidupan. Teorinya menekankan pentingnya interaksi sosial dan pengalaman hidup dalam membentuk identitas dan kepribadian.

Konflik yang dihadapi di setiap tahap, seperti kepercayaan vs. ketidakpercayaan atau identitas vs. kebingungan peran, sangat berpengaruh pada perkembangan individu. Erikson juga percaya bahwa perkembangan tidak berhenti setelah masa kanak-kanak, melainkan terus berlanjut sepanjang hidup. Ini menjadikannya salah satu tokoh penting dalam psikologi perkembangan.

Teori psikososial Erick Erickson contoh

Teori psikososial Erik Erikson terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Berikut adalah contoh dari setiap tahap:

Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun): Bayi belajar untuk mempercayai caregiver jika kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Contoh: Bayi yang selalu mendapatkan perhatian dan kebutuhan makan akan merasa aman.

Otonomi vs. Ragu (1-3 tahun): Anak mulai belajar untuk mandiri. Contoh: Seorang anak yang diajari menggunakan toilet merasa bangga, sedangkan anak yang terlalu dikontrol mungkin merasa ragu.

Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun): Anak berusaha mengambil inisiatif dalam bermain dan interaksi sosial. Contoh: Anak yang berani memimpin permainan merasa percaya diri, sedangkan yang terus-menerus dikritik merasa bersalah.

Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun): Anak mulai berkompetisi dan belajar keterampilan baru. Contoh: Anak yang berhasil di sekolah merasa berharga, sedangkan yang gagal mungkin merasa inferior.

Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun): Remaja mencari identitas diri. Contoh: Remaja yang mengeksplorasi berbagai minat dan nilai-nilai merasa memiliki identitas yang jelas.

Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun): Dewasa muda mencari hubungan intim. Contoh: Seseorang yang berhasil menjalin hubungan yang sehat merasa terhubung, sedangkan yang merasa terasing mengalami isolasi.

Produktivitas vs. Stagnasi (40-65 tahun): Dewasa tengah berkontribusi pada masyarakat dan generasi berikutnya. Contoh: Individu yang aktif dalam pekerjaan dan komunitas merasa produktif, sedangkan yang merasa tidak berkontribusi mengalami stagnasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun