Ulfa pun lari menuju kamarnya dengan sedih.
Usai mandi,
Andi menyesali kekesalannya,
Ia menengok Ulfa di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang uang 15.000
Sambil mengelus kepala Ulfa, Andi berkata,
"Maafin Ayah ya..
Ayah sayang sama Ulfa..
Tapi buat apa sih minta uang sekarang?
"Ayah, aku gak minta uang.
Aku hanya pinjam,
nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini."
"lya, iya, tapi buat apa?"
"Aku nunggu Ayah dari jam 8, mau ajak Ayah main ular tangga 30 menit aja.
Ibu sering bilang waktu Ayah itu amat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Ayah.
Aku buka tabunganku hanya ada 15.000...
Karna Ayah 1 jam dibayar 40.000,
maka setengah jam aku harus ganti 20.000..
Uang tabunganku kurang 5.000,
makanya aku mau pinjam dari Ayah" kata Ulfa polos
Andi pun terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan haru.
Dia baru menyadari,
ternyata limpahan harta yg dia berikan selama ini,
tak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
ingatlah wahai saudaraku,
janganlah kau cenderung memikirkan kebutuhan materi dalam kehidupan ini,
karena kebutuhan immateri juga harus terpenuhi, terutama bagi orang-orang yang kita sayangi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H