Mohon tunggu...
Tatanu
Tatanu Mohon Tunggu... -

Blogger traveller & edukasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AADJ (Ada Apa Dengan Jogja) ?

6 Mei 2016   17:47 Diperbarui: 6 Mei 2016   18:28 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu’alaykum Wr. Wb

Salam Hangat

Siapa yang tidak kenal Jogja ? Kota yang mendapat julukan sebagai kota pelajar ini dikenal sebagai kota yang ramah dan hampir tidak pernah memiliki masalah dengan kriminal. Masyarakat Jogja juga dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tata krama budaya, sehingga wisatawan asing pun turut mengagumi keramahan warga Jogja, termasuk saya.

Ilustrasi : ada apa dengan Jogja ?

Jauh sebelum memilih melanjutkan pendidikan program pascasarjana, saya sudah jatuh hati dengan Jogja. Alasannya karena selain memiliki banyak akademisi yang beprestasi, tingkat keamanan di Jogja juga tak perlu diragukan. Informasi  ini seperti yang saya peroleh dari beberapa rekan yang sudah kuliah di Jogja. Kemudian di media berita, saya juga jarang mendengar kasus kriminal terjadi di Jogja. Oleh karena itu, sangat yakin bahwa Jogja dapat memberikan rasa aman dan tentram kepada saya untuk melanjutkan studi.

Namun, ternyata apa yang saya yakini selama ini keliru. Apa karena saya kurang paham dengan kota Jogja sebelumnya ? Atau memang sedang ada yang tidak beres di Jogja ?

Sebelum mulai studi pascasarjana, saya mengikuti training selama 6 bulan dari pihak penyelenggara beasiswa yang saya peroleh. Tiga bulan pertama saya mengikuti training, saya tidak mendengar berita yang aneh tentang Jogja. Tapi tiga bulan berikutnya, mulai muncul berita yang tidak mengenakkan di telinga saya.

Pertama, 25 Maret 2016, seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mengalami 8 luka tusukan di bagian dada setelah mencoba berhadapan dengan perampok yang masuk ke dalam kontrakannya. Beruntung korban dapat selamat setelah mendapat pertolongan di RSUP Sarjito, Yogyakarta (Tempo.co).

Selanjutnya di susul berita 25 April 2016, beberapa oknum tak dikenal melakukan penyayatan terhadap siswi SD Negeri Kota Gede dan salah seorang mahasiswi (Merdeka.com).  Berdasarkan informasi yang diperoleh dari media Tempo 03 Mei 2016, pelaku melakukan aksi tersebut karena sang korban menghalang-halangi jalan sepeda motornya dan yang mengejutkan, pelaku menggunakan cutter berkarat sepanjang 14 cm untuk menyayat tangan dan kaki korban. Bisa dibayangkan, benda yang berkarat melukai tangan dan kaki korban. Dalam medis, luka yang disebabkan oleh benda berkarat berisiko menimbulkan infeksi tetanus dari bakteri Clostridium Tetanii, yang mana apabila korban tidak mendapat suntikan anti Tetanus dalam waktu 6 jam akan menyebabkan demam, kejang, hingga meninggal dunia. Mungkin sebagian orang mengira tindakan criminal ini sepele dan tampak ringan karena hanya penyayatan. Meskipun demikian, efeknya berjangka panjang dan berujung pada kematian.

Sebagai penegak hukum, pihak Kepolisian harus tegas dalam hal ini karena jika penegak hukum pun ikut menyepelekan. Maka tindakan kriminal di Jogja akan semakin mengkhawatirkan banyak pihak, terutama bagi kaum pelajar.

Terlepas dari tindakan penyayatan di atas, tak lama muncul lagi berita yang menghebohkan warga Jogja, 2 Mei 2016 seorang mahasiswi Geofisika bernama Feby Kurnia asal Batam ditemukan tak bernyawa dalam toilet lantai 5 gedung FMIPA UGM setelah 4 hari dinyatakan hilang. Dalam penyidikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian akhirnya pelaku berhasil ditemukan. Pelaku pembunuhan tersebut merupakan petugas kebersihan di FMIPA UGM bernama Eko Agus Nugroho.

Sebelum saya membaca berita di media, informasi ini saya peroleh dari grup Whatsapp dan awalnya saya mengira mungkin mahasiswi tersebut tewas karena serangan asma atau jantung sehingga tidak sadarkan diri dalam toilet.

Namun, karena saya penasaran apa benar mahasiswi itu meninggal akibat penyakit, akhirnya saya mengikuti terus perkembangan berita dari kepolisian lewat media dan mengejutkan, ternyata mahasiswi tersebut tewas di bunuh karena terdapat bekas jeratan pada leher korban.

Kali ini perilaku melakukan tindakan kriminal karena kepepet ingin membelikan kebutuhan untuk anaknya.

Saya kesal mendengar berita tersebut karena tersangka telah menghilangkan nyawa korban dan mencoreng nama baik Jogja dengan tindakan kriminalnya. Di sisi lain, ada juga rasa sedih karena kasian dengan tersangka yang melakukan kejahatan untuk mencari uang demi kebutuhan anaknya, walaupun akhirnya dia juga akan membuat sedih anaknya karena melihat dirinya mendekam di penjara.

Beberapa tindakan kriminal yang terjadi belakangan di Jogja cukup mengkhawatirkan kehidupan siswa / siswi / mahasiswa / mahasiswi luar daerah yang ingin sekolah, termasuk saya. Perlahan Jogja semakin tampak tidak aman di mata saya. Ada apa dengan Jogja ??

Hal ini juga disampaikan beberapa rekan yang sedang mengikuti pelatihan bersama saya . Sebagian menyampaikan kekhawatirannya di grup dan ingin merubah tujuan rencana studi ke kota lain ,”Aduh jadi was was untuk kedepannya,” ungkap Er dalam grup Whatsapp.

Secara pribadi, saya berharap agar ke depan keamanan Jogja bisa terus ditingkatkan karena banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di kota pariwisata ini dan saya yakin tidak ada orang tua yang rela anaknya menjadi korban kejahatan. Peran serta masyarakat serta pemerintah setempat dalam memerangi kasus kejahatan di Jogja sangat dibutuhkan dalam hal ini, terutama untuk aparat keamanan.

Karena sangat disayangkan jika nama baik Jogja tercoreng oleh prilaku tidak terpuji dari para oknum kejahatan.

Bahkan saya sendiri sudah mengklaim Jogja sebagai kota yang serupa dengan Negara Jepang. Hal ini dikarenakan Jepang dan Jogja sama-sama memiliki tempat wisata yang menarik, serta masyarakat yang ramah dalam bersosialisasi. Selain itu seperti yang saya rasakan ketika berkunjung di Jepang, saya tidak khawatir ketika harus tidur di stasiun karena ketinggalan kereta. Begitu juga di Jogja, ketika tiba pertama kali, saya tidak khawatir saat harus berjalan sendirian di jalan yang sepi karena saya yakin di Jogja sangat aman dibanding kota lainnya di Indonesia.

Akhir kata, semoga persepsi saya tentang Yogyakarta tidak berubah dan Jogja selalu menjadi kota yang paling istimewa bagi semua kalangan. Amin…

Salam

#Jogjalover

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun