Kita jangan pernah mewarisi abunya sumpah pemuda, tetapi kita harus mewarisi api nya sumpah pemuda! - Bung Karno
Tak sedikit dewasa yang menganggap pemuda belum layak menjadi pemimpin dunia sekelas pemimpin negara maupun raja. Keraguan dan ketidakpercayaan kerap muncul dibenak lapisan masyarakat karena dirasa belum memiliki pengalaman yang cukup. Hal tersebut adalah mantra kuno yang keluar dari ucapan seseorang yang tidak bertanggung jawab atas dirinya, bagaimana mungkin dia akan memajukan bangsanya bilamana dirinya sendiri tidak mampu melawan hawa nafsunya.Â
Pemuda bukan seorang yang mudah untuk ditaklukkan dan dijatuhkan "harga dirinya". Karena merekalah yang memiliki semangat juang bak api yang berkobar - kobar meskipun diguyur hujan darah sekalipun. Mereka adalah sosok bintang yang mampu mewarnai keindahan malam saat langit mulai petang. Mereka adalah perhiasan laksana permata yang harus dijaga keindahan dan kemuliaannya. Tatkala mereka terjatuh maka tidak akan mengurangi nilai dari permata tersebut.
Salah satu film yang mengangkat peran pemuda dalam kemerdekaan bangsanya adalah "Battle of Empires Fetih 1945" yang menceritakan bagaimana peradaban islam yang berhasil membebaskan Bizantium (Romawi Timur) dengan ibukotanya Konstatinopel (Istambul) oleh seorang pemuda yang mengukir namanya dalam sejarah dunia. Sosok pemuda tersebut adalah Sultan Muhammad Al-Fatih yang dikenal sebagai pemuda yang di usia 21 tahun telah menguasai 6 bahasa, ahli di bidang stategi perang, sains, dan matematika. Disebutkan bahwa Al-Fatih juga menjadi penerus ayahnya yang wafat, sehingga harus menjadi raja diusia muda yang mengharuskan mengatur kekuasaan, tahta dan rakyat.Â
Pesan yang terkandung dalam film tersebut adlah bagaimana seorang pemuda menjadi pemimpin yang bisa membawa suatu perubahan yang lebih baik, perubahan yang berpengaruh bagi rakyat dan lingkungan dimana sejarah itu dilahirkan. Hal serupa juga terjadi di bangsa Indonesia, salah satu peristiwanya yaitu Sumpah Pemuda.
Sumpah pemuda adalah produk budaya dari perkumpulan para pelajar dan mahasiswa yang longgar dan prihatin terhadap perpecahan kekuatan sosial-politik di Indonesia pada tahun 1920-an. Berbagai pernyataan "Sumpah Pemuda" untuk menunjukkan bahwa makna pemuda adalah pelopor dan harapan masa depan. Dipundak para pemudalah, seolah-olah nasib bangsa ini dipertaruhkan "Suwirta, Andi" (2015).
Lantas sudah seberapa besarkah kontribusi anda, saya, kita, kami, dan semua pemuda bangsa terhadap bangsa ini ? Sudah pantaskah anda disebut sebagai pemuda sejati yang tak takut mati ? Lantas bagaimana dengan pengorbanan dan perjuangan pemuda di zaman kemerdekaan dahulu ?
Jangan Pernah mewarisi abunya sumpah pemuda, tetapi warisilah apinya sumpah pemuda! " Bung karno" Makna dari kalimat tersebut adalah kita sebagai pemuda yang hidup setelah kemerdekaan atau pemuda milenial harus tetap menghidupkan kobaran api juang para pemuda terdahulu yaitu dengan menunjukkan bahwa pemuda bisa berkarya, bisa menjadi pemimpin, bisa segala nya dalam ranah kebaikan dan bukan sebaliknya yang suka menikmati keindahan duniawi.
Beruntunglah kalian pemuda yang hidup di era ini, dimana kemajuan teknologi sudah berkembang pesat. Karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan. Tidak diremehkan lagi 5 atau 10 tahun yang akan datang akan banyak pekerja yang di PHK dan menjadi pengangguran karena banyak tugas manusia yang dialih tugaskan ke sistem yang menjalankan (robot). Sehingga tantangan pemuda saat ini jauh berbeda dengan zaman dahulu yaitu strategi perang melawan sekutu, era ini menuntut pemuda untuk berfikir kritis dan kreatif menjawab tantangan zaman yaitu jangan jadi budak robot, tetapi jadilah seorang yang mampu memperkerjakan robot.
Kualitas suatu bangsa, tergantung dari kualitas pemudanya
Cara menjadi pemuda yang berkualitas yaitu dengan menunjukkan perilaku dan kebiasaan yang baik, mempunyai tingkat antusiasme terhadap krisis yang sedang terjadi "ikut berpartisipasi dalam memberikan solusi yang layak bagi sebuah permasalahan bukan hanya suka mengkritik", mempunyai rasa peduli dan tanggung jawab yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H