Lokasi
SMPN 2 Sidomulyo
Jl. Hi Adam Kasim Sukabanjar, Sidomulyo, Lampung Selatan, 35353
Lingkup Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Tujuan yang ingin dicapai
Tujuan Umum : Siswa mampu meningkatkan pengendalian emosi sehingga tidak bertindak agresif (P3)
Tujuan Khusus :
- Siswa mampu menganalisis pemikiran maladaptif yang berpengaruh terhadap emosi dan perilaku agresif secara benar (C4)
- Melalui konseling kelompok, siswa mampu membangun alternatif solusi untuk pemecahan dari masalah yang dihadapinya (A4)
- Melalui konseling REBT, siswa mampu mengendalikan emosi ketika marah (P3)
Penulis
Nurma Fajar Islami, S.Pd.
Tanggal
17-18 November 2022
Situasi:Â
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa siswa di SMP Negeri 2 Sidomuyo, terutama di kelas VII yang sering berkata kasar/toxic dan bertindak agresif. Selain itu, siswa mudah marah tanpa tahu penyebabnya. Kadang karena sebab kecil bisa menjadikan siswa berkelahi. Siswa juga kurang pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah, yang mereka pahami berkelahi adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Perilaku tersebut mengganggu dan menyakiti temannya yang berakibat hubungan pertemanan menjadi terganggu. Perilaku tersebut apabila dilakukan terus menerus akan mengganggu perkembangan emosional siswa. Faktor utama yang menjadi penyebab dari munculnya perilaku tersebut adalah pengendalian emosi siswa yang masih rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis melakukan kajian literatur dan wawancara. Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara, strategi layanan yang dapat dilakukan adalah dengan layanan konseling kelompok teknik STOP dengan pendekatan Rational Emmotive Behavior Therapy. Strategi ini dipandang sebagai strategi yang tepat karena melalui layanan ini. Melalui teknik STOP, konseli dapat merelaksasi dirinya sehingga memunculkan kesadaran diri yang berujung pada pengendalian emosi yang baik. Sehingga melalui tenik tersebut, konseli dapat mempelajari cara mengendalikan emosi melalui proses penyadaran diri dan pengambilan nafas dalam.
Peran penulis dalam strategi layanan ini adalah sebagai guru BK dan penyelenggara layanan konseling kelompok. Penulis bertanggung jawab untuk memastikan kegiatan konseling berjalan dan mencapai tujuan. Selain itu, penulis juga memiliki peran untuk membangun dinamika kelompok pada saat kegiatan berlangsung.
Tantangan :Â
Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,
Untuk mewujudkan layanan konseling kelompok dengan teknik STOP, penulis menghadapi beberapa tantangan baik dari dalam maupun dari luar diri penulis. Tantangan yang berasal dari dalam yaitu penulis belum terampil dalam menerapkan pendekatan Rational Emmotive Behavior Therapy dalam sebuah layanan konseling kelompok. Tantangan yang berasal dari luar yaitu ruang konseling kelompok yang belum tersedia sehingga waktu pelaksanaan perlu menggunakan ruang lain, yaitu mushola dan ruang kelas. Pada pertemuan pertama konseling kelompok dilakukan di mushola, sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanaan di ruang kelas. Sehingga waktu pelaksanaan konseling kelompok pertemuan kedua dilaksanakan saat pulang sekolah.
Demi mewujudkan layanan konseling kelompok yang optimal, penulis membutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Penulis meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk tujuah siswa yang mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok tidak mengikuti pelajaran. Konseli yang terlibat dalam layanan berasal dari kelas VII sejumlah 7 orang siswa.
Aksi :Â
Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini
Untuk mewujudkan layanan konseling kelompok yang optimal, penulis membaca literatur mengenai pendekatan konseling REBT dan teknik yang akan digunakan. Dengan membaca literatur, penulis memiliki gambaran mengenai penerapan pendekatan konseling tersebut.
Untuk menghadapi tantangan dari luar, guru BK melakukan upaya dengan melaksanakan konseling kelompok setelah pulang sekolah supaya suasana kondusif dan tidak banyak noice dari luar yang masuk ke dalam video.
Strategi layanan konseling kelompok yang diselenggarakan menggunakan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dengan teknik STOP (2 kali pertemuan).
Dalam layanan konseling kelompok, anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan permasalahannya masing-masing. Setelah itu, Guru BK dan konseli menyepakati satu permasalahan yang dibahas. Pada pertemuan pertama, layanan konseling kelompok berfokus pada penggalian permasalahan konseli dan pengelolaan cara pandang (berfikir) konseli. Konseli yang masalahnya dibahas diminta untuk mengungkapkan permasalahannya secara lebih lengkap dan konseli lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan pendapat. Pada pelaksanaannya, dinamika pada layanan konseling kelompok sudah muncul. Melalui dinamika kelompok tersebut, konseli mendapatkan pemahaman mengenai permasalahan yang ia alami.
Pihak yang terlibat secara tidak langsung adalah kepala sekolah selaku pimpinan yang memberikan kemudahan dalam menjalankan praktik. Selain itu, rekan guru juga memberikan semangat dan mengijinkan siswa untuk mengikuti konseling kelompok. Pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok adalah 7 orang siswa yang berasal dari kelas VII.
 Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk terselenggaranya layanan konseling kelompok yaitu alat perekam berupa handphone, tripod, laptop, sound sistem kecil, dan roll kabel.
Refleksi Hasil dan dampakÂ
Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Â Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut
Setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok, baik dari konseli yang dibahas maupun konseli yang tidak dibahas masalahnya mendapatkan manfaat dari layanan konseling kelompok yang diselenggarakan. Konseli merasa lega karena permasalahannya dapat dibahas, sehingga ia mampu meluruskan cara berpikirnya yang kurang tepat sehingga permasalahannya dapat terbantu. Konseli lain yang tidak dibahas permasalahannya pun merasa lega karena ia bisa mengungkapkan permasalahannya yang selama ini dipendam dan bisa membantu temannya untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dialami oleh temannya.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok ini dipandang cukup efektif didasarkan pada hasil evaluasi layanan konseling pada pertemuan kedua. Melalui dinamika kelompok, konseli mampu mendapatkan sudut pandang baru dari teman-temannya. Layanan ini dapat dikatakan berhasil karena konseli dapat mengubah pemikirannya agar tidak bertindak agresif dalam membalas perlakuan temannya. Selain itu, konseli juga mendapat alternatif solusi teman-temannya dan dari teknik yang diterapkan agar tidak mudah marah.
Dari keseluruhan proses dari awal hingga praktik terlaksana, penulis mendapatkan pengalaman dan pelajaran terkait dengan pelaksanaan layanan konseling kelompok, khususnya dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dengan teknik STOP. Penulis mengakui bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok ini masih memiliki kekurangan, dan kekurangan tersebut akan berusaha penulis perbaiki pada pelaksanaan layanan konseling kelompok berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H