Mohon tunggu...
Nurhalimatus
Nurhalimatus Mohon Tunggu... Jurnalis - Hamba Allah

Peserta ngaji menulis PMBS Fradiksi IAIN Madura (Mahasiswi KPI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Harus Dia, tapi Harus Karena Dia

22 Februari 2020   07:09 Diperbarui: 22 Februari 2020   07:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Artikel 'Abbas Ilyas'. Dokpri

Seperti cerita waktu itu, ditempo hari ada seorang pemuda katakanlah helmi. Helmi melihat seseorang yang berbeda dari yang beda, dari perbedaan tersebut memancing helmi untuk ingin tau dan bahkan ingin kenalan padanya.

Disuatu hari, sempat helmi menghadiri sebuah perkumpulan yang di desain dengan diskusi ala anak santri. Setelah sesampainya helmi disitu melihat seorang wanita duduk dan kelihatannya bagi helmi itu adalah orang yang baru gabung. Katakanlah dia adalah seseorang yang berbeda dari yang beda. 

Selepas dari situ helmi berfikir sambil mengingatnya bahwa helmi pernah melihat disuatu tempat tapi entah dimana. Sambil berfikir dan mengingatnya helmipun sambil tersenyum kalau helmi akan selalu dan sering bertemu dengannya itulah yang ada dipikiran helmi.

Setelah seiring berjalannya waktu sempat helmi bertanya lewat media dan disitulah obrolan helmi dan si wanita dimulai dengan chattan, sms an, dan telfonan sehingga mereka saling akrab. Saking akrabnya sempat helmi mengajak si wanita kesuatu tempat untuk membeli sesuatu katakanlah tempat itu adalah ABC. 

Sesampainya disana mereka berkeliling untuk mencari apa yang mereka cari, memilih apa yang harus mereka beli, sehingga mereka menemukan apa yang mereka cari. Sebelum helmi ke kasir sempat helmi melihat ada keringat diwajah si wanita dikarenakan panasnya akan keadaan. Pun helmi berfikir keringat tersebut menjadi saksi bisu akan perjuangan.

Hari demi hari sudah terlewati mulailah tumbuh rasa yang helmi rasakan saat itu. Akan tetapi helmi lagi lagi berfikir ini perasaan yang sesungguhnya, apa hanya sekedar rasa kagum yang kemudian bisa hilang dan pergi begitu saja. 

Demi menyakini, apakah itu rasa yang sebenarnya, ataukah hanya sekedar rasa kagum yang mungkin bisa hilang. Disuatu waktu keyakinan helmi terjawab bahwa rasa itu bukan lagi hanya rasa kagum melaikan rasa yang dititipkan oleh Allah terhadap makhluknya.

Hingga pada akhirnya helmi memperjelas rasa yang helmi rasakan dengan cara helmi harus mengungkapkan pada si wanita tersebut. Dan dari situlah helmi tambah meyakini akan perasaannya. Dimalam hari helmi mengajak si wanita tersebut dengan maksud untuk mengungkapkan perasaannya. 

Helmi dan si wanita tersebut menikmati malam yang penuh dengan cerita indah yang mana cerita tersebut diisi oleh keduanya dengan cara bercanda tawa dan ria. Setelah itu sampailah pada tujuan helmi yang ingin mengungkapkan perasaannya terhadap si wanita tersebut.

Akan tetapi ekspektasi tak sesuai dengan realita, helmi berharap si wanita tersebut merespon apa yang dirasakan oleh helmi. Akan tetapi helmi malah mendapatkan penolakan secara mentah-mentah. Dengan beberapa alasan yang dilontarkan oleh si cewek tersebut terhadap helmi, diantaranya "pengen sukses dulu", "pengen fokus masa depan", dan "lautan yang menjadi hambatan. 

Tapi helmi tetap mempertahankan perasaanya walau hanya dengan rasa yang diam-diam. Hingga pada akhirnya dengan rasa sabar dan perjuangan helmi mendapatkan dengan apa yang sepantasnya helmi dapatkan yaitu helmi dan si cewek tersebut saling suka menyukai, saling cinta mencintai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun