Mohon tunggu...
Nurhalimatus
Nurhalimatus Mohon Tunggu... Jurnalis - Hamba Allah

Peserta ngaji menulis PMBS Fradiksi IAIN Madura (Mahasiswi KPI)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah Mencintaiku tanpa Batas Usia

2 November 2019   06:30 Diperbarui: 2 November 2019   10:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Cerpen (dokpri)

Pada suatu hari hidup seorang ayah disebuah desa dengan keluarga kecilnya. Ia memiliki seorang anak yang cantik dan cerdik, dia bernama anisa saudatul hulwa. Ia sering di panggil hulwa oleh ayahnya Karena matanya yang lentik dan wajahnya yang menawan. Embun yang masih menampakkan jati dirinya dan alarm menunjukkan jam 6:12, lalu terdapat panggilan lembut dari arah ruang makan, " nak , hulwa ayo sarapan ibu sudah membuatkan makanan ?" kata ibunya, Sambil menggosok matanya dengan suara yang masih keliatan ngantuk dia menjawab panggilan ibunya, " iya sebentar  bu , hulwa mau ke kamar mandi ?" , sesaat setelah menjawab panggilan ibunya dia langsung pergi menuju kekamar mandi lalu bersiap-siap berangkat sekolah, setelah hulwa siap untuk berangkat sekolah.

Ia keluar dari kamarnya menuju keruang makan untuk sarapan bersama ayah , ibu dan ketiga adeknya. Tak terasa jam sudah mulai menunjukkan jam 6:30, lalu ayah mengajak hulwa dan ketiga adeknya untuk diantarkan dengan sepeda bemo butut kesayangan sang ayah, seperti biasa sebelum berangkat ayah dan adek-adeknya beserta ayah membaca doa dulu , dalam perjalananan menuju ke sekolah sedikit jauh  karena jarak antara rumah hulwa dan sekolah sekitaran 1,5 km, dalam perjalanan, ayah selalu bercerita tentang kisah-kisah pengorbanan seorang ayah sangat begitu besar terhadap anak-anakanya dan ayah selalu bercerita sampai kami semua tiba disekolah.

***

Setibanya hulwa dan adek-adek di sekolah yang bisa di bilang sekolah terpadu, karena kami dari keluarga sederhana dan ayah tidak bisa menyekolahkan kami berempat akhirnya kami sekolah disekolahan terpadu yang mana di satu sekolahan tersebut mulai dari SD sampai SMA jadi satu gedung, " kriiiiiiiiiiiiing" bel masuk sekolah di mulai aku dan adek berlarian menuju ke kelas masing-masing, sesampai dikelas, tiba-tiba ada suara cempreng yang melinting seperti bunyinya terompet tahun baru memanggilku, " hulwaaaaaaaaaa" dan ternyata sara iya sahabat aku dari kecil rumah kami bersebelahan dan biasanya kami ketika libur sekolah sering bermain ke sawah karena rumah kami sangat alami sekali yang disekililing nya terdapat dan pohon-pohon  kelapa dan dia pula mungkin sahabat satu-satunya ketika aku sedang berada di sekolah dan tak hanya itu juga dia bersebelahan tempat duduk dikelas saking lengketnya kita kayak lem prangko, teman-teman sekelas dan guru-guru selalu berkata " disetiap ada hulwa pasti ada sara"

Jam pertama pun dimulai, aku dan sara mengikuti pelajaran sampai akhir pelajaran untuk hari " kriiiiing" bel bunyi pelajaran hari ini sudah usai, saatnya aku dan sara pulang sekolah dengan riang kami berdua keluar dari kelas sesampainya didepan pintu sara sudah di jemput oleh ibunya sedangkan aku sudah ditunggu ketiga adekku untuk pulang, kemudian kami pulang sekolah bersama dalam perjalanan seperti biasa ayah selalu mengejutkan kita walaupun kami tahu ayah sudah tua dan sudah tidak mampu lagi untuk berlama-lama bekerja tetapi ketika saat jam pulang keempat anaknya ayah selalu menyempatkan diri untuk mengantarkan anaknya walaupun karena hal itu gaji ayah selalu terpotong demi anak-anaknya, tetapi kami sebagai anaknya sangat menghargai bagaimana perjuangan seorang ayah yang tak mau melihat anaknya bercucuran keringat karena kepanasan dijalan. Ia lebih memilih dirinya sendiri yang bercucur keringat, sesampainya kami dirumah bersama ayah, ayah mengantarkan kami hanya  sampai depan halaman rumah karena ayah harus cepat-cepat kembali ketempat kerjanya. Sesampainya kami di rumah kami langsung ganti baju dan bersiap-siap untuk makan siang lalu mengerjakan tugas dan ber istirahat.
***
Sore harinya menjelang maghrib  tiba-tiba ada bunyi motor bemo butut yang khas kesayangan dan ternyata benar itu ayah, lalu aku langsung keluar dari kamar dan mencium tangan ayah seraya berkata " assalamualaikum  ayah! , ayah sini hulwa pijitin pasti ayah capek, sekalian ayah hulwa smbil menunggu adzan maghrib " lalu ayah pun menuruti perkataan ku, sambil dipijit olehku ayah berkata padaku. " suatu saat nanti putri kecil kesayangan ayah akan meninggalkan ayah ketika ayah sudah tua renta  dan ayah mungkin orang pertama yang akan menangis tetapi tidak pernah menunjukkan tangisan itu disaat anak ayah sudah mulai masuk dikehidupan baru" kata ayah.

Tanpa terasa aku meneteskan air mata dan pada saat itu adzan maghrib berkumandang, dan disaat ini pula ayah bergegas persiapan untuk sholat ke masjid dan akupun juga , setelah bersiap-siap kami sekeluarga menuju ke masjid, sesampainya di masjid kami langsung duduk sesuai barisan dan beberapa menit kemudian imam sholat pun datang dan mulailah kami berjemaah, setelah selesai sholat kami pulang kerumah, kemudian makan malam bersama sambil berbincang-bincang hal-hal yang nyeleneh. Seperti biasa ibu yang suaranya sangat lembut menyanyi dan stand up comedy sang ayah yang garing tapi menyenangkan. Dan kami berempat hanya tertawa dengan tanpa beban. Selesai kami makan malam dan berbincang-bincang kami semua masuk kamar dan beristirahat.
***
Keesokan harinya di hari weekend ku selalu membantu ayah bekerja di pabrik  plastik dengan membantu ayah, ayahpun dapet honor tambahan dari pemiliknya , disitu aku selalu memandangin bagaimana ayah bekerja agar kami semua bisa makan dan anak-anaknya bisa terus lanjut sekolah setiap aku melamun dengan senyum dan suara lembut ayah memanggilku dengan senyuman meskipun aku tahu bagaimana lelahnya ayah di usia ayah yang mau memasuki 50 tahun tetapi setiap kali aku melihat keringat bercucuran di wajah ayah tanpa sungkan aku mengelapnya dengan baju dan ayahpun hanya tersenyum lalu berkata "terimakasih putrid kecil kesayangan ayah (seraya tersenyum kepadaku)" lalu akupun membalasnya dengan senyuman, lalu tak lama kemudian aku izin ke ayah untuk pulang terlebih dahulu karena akupun tak sabar dengan hari ulang tahunku besok.
***
Waktu terasa begitu cepat dimalam hari setelah kami semua berbincang-bincang, tiba-tiba ayah memberikan kado kecil, dan saat aku membukanya itu hanya sebuah pulpen kuno, tanpa sadar aku membentak ayah dan menyakiti hati ayah dengan berakata kasar. " pulpen apaan nih jelek sekali , aku tak mau pu,pen butut ini masak kadonya Cuma pulpen (sambil melemparnya )" karena mungkin selama ini ayah terlalu memanjakan ku dengan menuruti semua keinginanku termasuk perkataanku dan aku hanya anak perempuan satu-satunya diantara ketiga adekku, dengan raut wajah yang berbeda aku langsung masuk kamar dan menutup pintu dengan keras "gubrak" dan itu membuat semua orang dirumah kaget.
***
Keesokan harinya dengan mata ku sembab karena menangis terus menurus sepanjang malam, rasanya aneh karena hari itu sepagi itu tak melihat ayah mengantarkan kami lalu aku bertanya pada ibu " ibu ayah kemana ?" ibu menjawab " ayahmu pergi duluan karena ada pekerjaan penting" akupun menjawabnya " ooooo" lalu kemudian kami bertiga berpamitan sama ibu untuk berangkat kesekolah sesampai disekolah seperti biasa aku mengikuti pelajaran dengan tertib , tak tau kenapa hatiku sangat gelisah memikirkan ayah rasanya aku ingin segera pulang tiba-tiba ibu kepala sekolah masuk kelasku dan memanggilku, ia berkata " hulwa kamu segera pulang" dengan muka kebingungan tetapi senang akupun menganggukkan kepalaku dan akupun bur-buru pulang sesaat aku menjemput ketiga adek ku dikelas ternyata dia sudah pulang duluan.

Sepanjang perjalanan aku bernyanyi secara santai sesampai di rumah tiba-tiba banyak orang dan ada bendera kuning, pada saat itu perasaanku tak karuan ketika melihat kedalam ayah sedang tertidur pulas sambil tersenyum dan ditutupi dengan kain kafan putih , saat itu pula akupun meneteskan air mata dan berteriak secara kencang " ayaaaaaaah" ibuku pun langsung menoleh dan memeluk ku, sambil berkata " hulwa sabar hulwa , kamu harus kuat , ayah sudah tenang disana dan ibu mau ngasih hal yang membuat kamu dipagi hari tak bisa bertemu dengan ayah karena ayah mau memberikan kamu kado boneka sesuai keinginanmu dan ini surat untukmu dari ayah mu hulwa" kata ibu (sambil menangis) , tak lama kemudian aku langsung masuk kamar dan membuka kado sekaligus membaca surat dari ayah.
 
(surat ayah)
Untuk : untuk putri kecil kesayangan ayah
Dari : ayah
Anak kusayang hulwa maafkan ayah, ayah tidak bisa memberikan kado yang kamu inginkan di hari hulang tahunmu, kemarin ayah dipecat dari pekerjaan ayah karena pada saat hulwa kemaren izin pulang ayah tak sadarkan diri dan pada saat itu juga ayah, ayah dibopong kedalam kantor dan tanpa sengaja pemimpin perusahaan plastik melihat ayah sudah tua dan tak mungkin mampu bekerja dan akhirnya ayah dipecat dan ayah tak bisa memberikan kado yang bagus untukmu

 Lalu ayah hanya bisa memberikan pulpen tua ini karena pulpen ini turun temurun dari mbah kakungmu hulwa , ayah ingin hulwa menyimpan pulpen warisan ini, karena ayah yakin suatu saat ketika hulwa sukses, hulwa akan mendapatkan hal yang di inginkan. maka hal itu, pulpen ini harus jadi perjalanan saksi hidup hulwa, maafkan ayah tanpa pamit keluar dari rumah sepagi itu ke hulwa, karena pada hari itu juga ayah ingin mencari pekerjaan yang sanggup memberikan ayah uang agar bisa membeli boneka untukmu nak, ayah selalu berdoa semoga kamu diberikan kebahagian selalu dan  satu hal yang hulwa harus tahu , ayah adalah orang yang pertama kali jatuh cinta ketika melihat hulwa dilahirkan dan orang pertama kali yang mencintaimu tanpa batas usia ayah, sekali lagi " selamat ulang tahun ke 17 tahun hulwa, semoga hulwa jadi anak yang pintar dan sholehah dan semoga umurnya barokah".
Salam sayang dari ayah J
 
 Tanpa sadar hulwa berteriak kencang sambil menangis. Ia dengan rasa sangat menyesal hulwa membuat ayah  tersakiti akibat perkataannya yang penuh dengan ke egoisan dan beberapa saat kemudian, akhirnya aku keluar kamar lalu mengantar ayah berasama ibu dan adek ke tempat per istirahatan terakhir ayah. Setelah selesai prosesi penguburan ibu dan ketiga adek pulang terlebih dahulu sedangkan aku sambil memeluk batu nisan ayah, serasa tak mau pergi dari ayah sambil menangis, sampai-sampai tak terasa hujan pun turun  dengan deras beserta anginnya yang sangat kencang, tapi aku tetap tidak beranjak dari makam sang ayah dan aku masih tetap ingin bersama ayah dan aku seraya berkata " maafkan hulwa ayah , maafkan hulwa ayah".(sambil Menangis).

Nama : Imroatus Saadah

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Jurusan Bahasa dan Sastra Arab)

Email : Imroatussaadah172@gmail.com

Ig : iimidad9

Facebook: raisa raisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun