Mohon tunggu...
nurliza
nurliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nurliza

Nurliza

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan Arang Bakau Tradisional

1 April 2021   22:48 Diperbarui: 1 April 2021   23:18 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENGOLAHAN ARANG BAKAU TRADISIONAL

 Nurliza
Mahasiswa IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Prodi Ekonomi Syariah

Daerah Aceh memiliki wilayah laut yang sangat luas dibandingkan dengan daratannya. Namu walaupun demikian daerah Aceh juga memiliki daratan yang tanahnya sangat subur, dengan kesemua limpahan alam yang diberikan Allah SWT masih banyak sekali masyarakat yang kehidupannya belum sejahtera. Dikatakan demikian karena bisa kita lihat masih banyak masyarakat yang kebutuhan ekonominya tidak terpenuhi, salah satunya perolehan modal yang tidak efesien atau efektif. Diantara contoh desa belum memenuhi kriteria sejahtera diantaranya desa Meurandeh.

Desa Meurandeh terletak di daerah persisiran sungai penghasilan masyarakat umumnya tersebut diperoleh dari laut, tambak dan dapur arang dan juga petani.

Desa Meurandeh 100% penduduknya beragama islam yang terdiri dari suku Aceh, Jawa dan gayo dan lain sebagainya. Di desa Meurandeh terdapat Mesjid, Dayah, dan TPA sebagai fasilitas keagamaan yang mendukung pendidikan keagamaan masyarakat sangat baik bisa dilihat dari keaktifan anak-anak yang melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA ke Dayah baik itu Dayah Kabupaten maupun Dayah diluar Kabupaten.

Hutan bakau(mangrove) banyak terdapat di persisir sungai khususnya di daerah Meurandeh Kecamatan Manyak Payed. Pohon bakau banyak dijadikan arang, ada juga yang dijadikan bahan bangunan, hutan bakau tidak hanya penting untuk menjaga proses alam. Bahkan hutan bakau juga menjadi salah satu tempat atau sumber penghasilan utama bagi nelayan disekitar. Masyarakat  juga bisa memanfaatkan kayu untuk diolah menjadi arang atau bahan bakar berbagai jenis kayu yang dihasilkan bisa diolah menjadi kerajianan atau bahan kontruksi rumah.

Proses pencarian kayu bakau ini tidak mudah, kadang harus masuk ke sungai untuk memilih kayu bakau yang layak untuk  di tebang karena dalam satu titik kadang dia hanya mendapatkan tiga batang sehingga harus berpindah ke titik yang lain. Pada saat mencari kayu bakau banya kendala yang dirasakan, misalnya ketika air laut surut perahu yang dijadikan alat transportasi tidak bisa bergerak lantaran air sungai juga ikut surut,”Ujar Hanafiyah

 Dengan cara ini maka hutan bakau mendukung ekonomi masyarakat Banyaknya pohon bakau menyebabkan manyoritas penduduk masyarakat desa Meurandeh memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan baku arang.

Pengolahan arang bakau membuat arang dengan cara yang tradisional. Proses pembuatan arang bakau tradisional memerlukan waktu yang lama kurang lebih 25-27 hari lamanya proses pembuatan arang dikarenakan secara manual, semua harus menggunakan tenaga manusia, mulai dari penebangan pohon bakau sampai pendistribusiannya.

Disetiap sudut ada saja objek yang bagus untuk difoto terlebih lagi aksi pekerjaan ada yang membelah kayu, memilih kayu, membersihkan hingga mengangkut menuju dapur arang.

Dalam kunjungan kami ke Desa Meurandeh, kami mengunjungi pabrik arang Hanafiyah, memasuki pabrik pembuatan arang yang dikerjakan secara tradisional milik Hanafiyah akan membuat kami mengerti proses pembuatan arang dari awal pembuatan nya sampai sudah jadi.

Waktu yang paling tepat untuk melihat keseluruhan proses pembuatan arang ini berjalan adalah pada saat pagi hari, pada waktu itu saya bisa melihat keseluruhan aktifitas mulai kayu bakau dipindahkan dari boot, proses pemotongan kayu dan kayu diletakkan ke dalam dapur untuk dibakar sehingga menjadi arang.

Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu mangrove, arang kayu paling banyak digunakan untuk keperluan memasak dan lainnya.Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya digunakan sebagai penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan dan masih banyak yang lainya.

Dikota kota besar saat ini ada beberapa tempat kuliner yang kembali memakai arang sebagai bahan untuk membakar makanan seperti sate, memasak atau memanggang dengan arang akan menghasilkan cita rasa khas pada makanan

Hanafiyah sebagai pengolahan arang mengatakan bahwa kayu yang akan dijadikan arang   berukuran 10-23 cm.

Setelah kayu bakau terkumpul banyak kemudian kayu tersebut dimasukkan ke dalam dapur arang, dapur arang yang digunakan  oleh Hanafiayah terbuat dari batu- bata pembangunan dapur pembakaran memerlukan 20.000 keping batu- bata. Sebenarnya kayu mangrove tidak dibakar secara langsung. Kayu- kayu tersebut diasapi untuk memaksa kandungan air dari kayu bakau menguap dan kayu tersebut menjadi arang.

“Untuk memasukan kayu bakau diperlukan kurang lebih dua hari, dalam 1 buah dapur arang bisa memuat 5 ton kayu, 5 ton kayu bakau yang dimasukkan ke dalam dapur arang diperlukan proses pembakaran selama 17 hari. Proses pembakaran kayu bakau tidak boleh berhenti sam pai kayu tersebut benar- benar sudah menjadi arang dan tidak ada yang hancur.”kata hanafiyah

Kayu bakau yang sudah dibakar, apabila sudah menjadi arang semua bisa kita lihat dari pintu dapur yang telah ditutup menggunakan tanah liat. Apabila suhu pintu tersebut sudah mencapai panas, berarti kayu bakau sudah menjadi arang sepenuhnya supaya arang bisa dikeluarkan dari dapur pembakaran  diperlukan proses pendingian kurang lebih 7 hari.

Arang yang telah jadi kemudian dikeluarkan dan dipilih berdasarkan jenis arang, selanjutnya proses pemotongan arang yang dilakukan oleh ibu- ibu dengan menggunakan alat gergaji sesudah di potong dimasukkan ke dalam goni. Pada saat itu Hanafiyah menghasilkan arang sebesar 500 kg kemudia dapat dijualkan langsung ke pembeli arang, pada saat itu harga yang dibeli seharga 2500 per kg.

“Usaha yang dilakukan ini merupakan usaha turuntemurun Hanafiyah  menceritakan banyak sekali tantangan yang dihadapinya sehingga membuat ia jatuh bangun, kendalanya yang adalah harga yang relative rendah akibat Pandemi saat ini,”kata Hanafiyah

Untuk mendapatkan modal usaha arang ia tidak lepas dari tengkulak (toke) sebagai lembaga keuangan dan mengerti dengan situasi dan kondisi keuangan rakyat kecil saat ini.  Sejakbergabung dengan” toke” ia merasakan banyak manfaat selain sebagai penyediaan modal, ia juga menyimpan uang yang di gunakan untuk pendidikan anak-anak nya.

Meskipun ia mempunyai kewajiban yang harus dibayar tetapi ia sangat bersyukur karena debagian dari angsurannya tersebut ada disisihkan untuk simpanannya. Ia sadar penghasilan sebagai pengolahan arang tidak cukup mencukupi kebutuhan harian yang setoran pinjamannya, selain itu ia juga bekerja sebagai nelayan.

Semoga dengan adanya tengkulak tetap menjadi penyediaan modal sekaligus tempat distributor bagi anggota yang mempunyai hasil usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun