Mohon tunggu...
Nurlin Muhamad
Nurlin Muhamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Jurusan Antropologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekerasan Massa

7 Agustus 2014   10:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“tak ada yang lebih menakutkan manusia

daripada persentuhan dengan yang tidak dikenal”

Elias Canetti.

Massa adalah pertama salinan kabur orang besar,

Kedua pembangkangan melawan orang besar, Ketiga, alat orang besar.

Frederich Nietzsche.

Suasana yang mencekam terlihat diwajah kelompok massa saat mereka mengetahui adanya makhluk buas ciptaan Dr. Frankestein dalam Film Van Helsing. Kerumunan masa itu terlihat berani namun sebenarnya mereka datang atas ketakutan mereka terhadap ancaman-ancaman eksistensi ajaran-ajaran yang mereka anut. Masa tanpa peri kemanusiaan membakar kediaman penelitian sang doktor. Tindakan yang tidak sewajarnya itu menjadi hal yang mesti dilakukan sebab gerombolan massa itu tak lagi melihatFrankestein sebagai manusia melainkan sebagai sesuatu “yang lain” yang pantas dihancurkan.

Pengaburan konsep manusia dalam benak kepala massa membuat wajah massa terlihat buas dan menakutkan. Teriakan-teriakan yang keluar dari kerumunan massa itu menggambarkan betapa marahnya mereka terhadap apa yang mereka benci. Segera setelah objek kebencian itu bersentuhan langsung dihadapan massa, luapan emosi yang tak terkendali membuat objek dalam hitungan menit berada dalam cengkeraman “tangan massa”. Objek tak lagi dinilai sebagai mana dirinya yang normal, melainkan dicitrakan sebagai sesuatu yang lain dan abnormal.

Praktek-praktek advokasi, praktek-praktek diskursus dan indoktrinasi kebenaran tertentu sangat berjasa dalam mencitrakan suatu objek menjadi yang abnormal, mejadi yang tidak semestinya ada dan harus dihilangkan. Pencitraan objek ini menciptakan penafsiran negatif dalam tafsiran massa. Melalui tafsiran negatif ini, massa menemukan alasan-alasan kemarahannya dan mereduksi citra objek kemarahan dalam kebencian-kebencian yang tak dapat ditoleransi. Dengan demikian, bukanlah hal yang mengherankan apabila kita melihat sekumpulan massa memukuli maling yang tertangkap di pasar, tidaklah menghrankan jika tindakan massa begitu kejam ketika mengusir pengikut sekte atau aliran agama Ahmadyah yang diaggap sesat, juga betapa kejamnya pengusiran para warga terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet. Mereka yang citranya telah terdeformasi dipandang bukan sebagai manusia lagi, melainkan sebagai sesuatu yang menjijikan dan tidak pantas ada.

Memahami Konsep Massa

Menurut Budi Hardiman massa adalah konsentrasi manusia-manusia pada suatu tempat, dan konsentrasi itu tidak lama bertahan.Namun lebih dari itu, Hardiman menekankan ciri yang spesifik dari suatu kerumunan yang disebut sebagai massa bahwa massa itu tidak bergerak dalam bingkai-bingkai institusioal, melainkan mengacu pada aksi-aksi kumpulan manusia yang melampaui batas-batas institusional. Pengertian melampaui batas-batas institusional mengacu pada pengertian bahwa sekumpulan manusia menjadi “massa”, jika mereka bertindak mengabaikan norma-norma sosial yang berlaku dalam situasi sehari-hari. Bagaimana dengan kekerasan?

Kekerasan secara umum dijelaskan Eric From bahwa karakter pada manusia merupakan pengganti kebutuhan fisiologis (dorongan organik; usaha mempertahankan diri) manusia yang kurang berkembang. Hasrat manusia, seperti cinta, kelembutan hati, kebebasan, tindakan destruktif, sadis, masokis, dan keinginan lebih lainnya adalah instrumen untuk memenuhi kebutuhan eksistensialnya, yang berakar dari kondisi eksistensi manusia tersebut. Dengan demikian tidaklah salah jika Thomas Hobbes menyebut manusia sebagai homo homini lupus, sebab pada sisi eksistensial, kekerasan merupakan bagian dari karakter manusia yang sewaktu-waktu dapat merajai tindakan.

Unsur-unsur penyebab Kekerasan Massa

Unsur-unsur yang mendorong munculnya kekerasan massa menurut Veit Michael Bader terdiri dari: adanya sifat kolektif, identitas kolektif, adanya kepentingan kolektif, adanya kepemimpinan dan organisasi, serta adanya mobilisasi massa. Sifat kolektif berkaitan dengan struktur budaya kekerasan, dalam bahasa Bader adalah “sifat yang terbatinkan”, kemudian munculnya identitas kolektif membuat perbedaan antara kita dan mereka, sementara perbedaan identitas kolektif dapat mengerucut pada perbedaan kepetingan dan persaingan antara kita dan mereka, berikutnya adalah faktor kepemimpinan dan organisasi yang merupakan pusat komando dan tematisasi wacana, serta terakhir adalah mobilisasi massa yang dapat mengarahkan massa dari kondisi potensial menjadi massa dengan amukan yang destruktif. Tentunya penjelasan Bader tidak sesederhana ini, namun cukuplah kiranya penjelasan itu dalam mebangun wacana mengenai tema tulisan ini. Pertanyaan kemudian adalah apakah kekerasan massa berhubungan dengan kelainan moral?

Barangkali penjelasan Hannah Arendt dalam karyanya Eichmann in Jerusalem dapat memberi penjelasan mengenai pertanyaan di atas. Arendt menceritrakan mengenai Adolf Eichmann yakni kakitangan Hitler dalam membasmi kaum Yahudi. Arendt menceritakan bahwa Adolf Eichmann adalah warga negara yang baik dan taat, namun begitu ganas dalam memusnahkan manusia di bawah kendali Hitler. Ketika Eichmann di adili dia membela diri bahwa dirinya hanya menjalankan tugas. Selain itu percobaan Stanley Milgram yang dikenal dengan nama the Milgram experiment dapat dijadikan bahan analisis. Terdapat 40 orang peserta dalam eksperimen ini, sebagai kompensasi, setiap peserta menerima uang sebesar $ 4.50. Setiap mendapatperan sebagai guru dan murid. Prosedur penelitiannya adalah guru memberi pertanyaan kepada murid yang telah disambungkan dengan listrik. Jika murid salah menjawab, maka guru akan memberi kejutan listrik mulai dari 15 volt – 450 volt. Dari 40 orang yang menjadi peserta percobaan ini sebanyak 26 orang memberikan tegangan tingkat tertinggi sementara 14 orang berhenti sebelum mencapai tingkat paling tinggi.

Dari percobaan ini, kita dapat melihat betapa tidak berdayanya tubuh ketika berada instrumen dan struktur-struktur tertentu. Sehingga tidak benar jika kita mengatakan bahwa kekerasan individu dan kekerasan massa semata-mata adalah akibat cacat kepribadian atau problem moralitas. Kewajiban dalam struktur dimana individu berada dapat menjadi penyebab kekerasan.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun