Mohon tunggu...
NURLINA
NURLINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen

Cewe troublemaker tapi dirumah doang, cuek, introvet, and suka rebahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluh Kesah Seseorang Perempuan Bugis yang Tinggal di Desa

21 Oktober 2023   13:55 Diperbarui: 21 Oktober 2023   14:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai orang Desa tentu stigma masyarakat sangat berpengaruh bagi kehidupan bersosial dan bermasyarakat Khususnya Perempuan. Dalam Kehidupan yang saya jalani selama ini Kehidupan sebagai perempuan termasuk di Desa terutama saya yang bersuku bugis tentu sangat berat.

Pentingnya Stigma Masyarakat Bagi Orang Tua 

Saya banyak melihat terutama di daerah saya sendiri, stigma Masyarakat itu bisa menjadi dasar para orang tua untuk memaksakan kehendak mereka kepada anak sendiri hanya karna termakan stigma yang beredar di masyarakat tanpa mempertimbangkan keinginan sang anak sendiri.

Sebagai contoh, kebanyakan teman saya Khususnya perempuan setelah lulus SMA mereka dijodohkan oleh orang tua mereka sendiri, yang bahkan teman saya bahkan tidak mengenal secara personal sang calon suami. Kebanyakan dari mereka termakan oleh beberapa stigma masyarakat seperti 

"kalau ada lamaran yang baik kenapa tidak diterima saja"

"Kalo menolak lamaran baik yang datang itu tidak baik"

"Menolak lamaran katanya nggak bakalan ada yang datang melamar lagi nanti" 

Saya sendiri tidak menolak perjodohan, tetapi harus mempertimbangkan keinginan sang perempuan bahkan mirisnya ada orang tua yang cuma menerima lamaran untuk anaknya cuma dikarenakan Uang Mahar yang bisa dibilang cukup tinggi.

 

Pentingnya Uang Panai bagi Masyarakat Suku Bugis

Uang Panai atau sebut saja Mahar bisa dikatakan sebagai bentuk penghargaan seorang laki-laki kepada perempuan. Namun, eksistensi Uang Panai sebagai Mahar pada zaman sekarang digunakan sebagai ajang gengsi dan pamer dan sayangnya begitu banyak dilakukan oleh beberapa orang. "Uang Panai" kalau digali lebih mendalam artinya begitu sakral dan mendalam. Uang panai bukan hanya sebagai bentuk penghargaan tetapi penghormatan kaum perempuan.

Mirisnya sekarang Uang oanai hanya dijadikan sebuah eksistensi dan sebuah kebanggaan bagi sebuah keluarga. 

Mengapa hal tersebut terjadi? 

Setelah ada seseorang yang mendapat lamaran dengan uang Mahar yang tinggi hal tersebut akan diperbincangkan oleh masyarakat. Bahkan ada beberapa teman saya yang dijodohkan pernikahannya berakhir gagal walaupun ada beberapa yang pernikahannya cukup berhasil.  Disini perjodohan yang berhasil dikarenakan sebelum menerima lamaran pars orang tua juga memeriksa latar belakang sang calon laki-laki. Sementara untuk yang gagal kebanyakan orang tua hanya termakan oleh stigma dan uang Mahar yang ditawarkan karena berpikiran pendek.

Bagi kalian yang pernah menonton film uang panai pasti akan lebih relate dengan apa yang saya bahas. Jika untuk kebahagiaan sang anak sendiri tidak perlu dipaksakan jika memang sang anak belum siap untuk menikah. Dan untuk Uang Panai jangan dijadikan sebuah eksistensi karna yang akan menjalani kehidupan adalah diri sendiri bahkan omongan masyarakat hanya angin lalu yang berhembus yang akan segera menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun