Mohon tunggu...
Nurlia safitri
Nurlia safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Program studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi saya membaca buku fiksi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengapa Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi?

23 Desember 2024   08:03 Diperbarui: 23 Desember 2024   08:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasio angka kematian ibu melahirkan (AKI) dapat menggambarkan bagaimana capaian pembangunan suatu negara, semakin tinggi angka kematian ibu melahirkan di negara tersebut maka semakin rendah (Buruk) capaian pembangunan negara tersebut. Begitupun sebaliknya semakin rendah angka kematian ibu melahirkan yang terjadi di suatu negara maka semakin tinggi (Baik) capaian pembangunan kesehatan negara tersebut.

Dilansir dari data sensus penduduk pada tahun 2020 yang mencatat kasus angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 189/100.000 kelahiran hidup. Angka kasus kematian ibu ini menempatkan Indonesia pada posoisi peringkat kedua tertinggi dari negara-negara lain di ASEAN dalam kasus kematian ibu melahirkan. Meskipun begitu Indonesia tidak tinggal diam. Negara Indonesia terus berupaya untuk menekan angka kematian ibu ini. Tetapi apakah upaya yang sudah berjalan itu sudah efektif untuk dilakukan atau diterapkan diseluruh daerah secara merata?

Sejauh ini menurut saya pemerintah Indonesia hanya berfokus pada upaya apa yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia tetapi belum terlalu matang mempertimbangkan apakah upaya yang sudah atau akan dijalankan tersebut efektif untuk diterapkan diseluruh daerah negara Indonesia hingga ke daerah-daerah pelosok. Karena masih banyak sekali kasus kematian ibu Indonesia akibat kesulitan akses untuk memperoleh layanan kesehatan kehamilan dan melahirkan, kesulitan disini adalah kurang memadainya sarana dan prasarananya salah satunya adalah bantuan kesehatan Antenatal Care untuk ibu hamil yang masih sulit diakses didaerah pelosok Indonesia.

Melansir data hasil survei Riskesdas sebanyak 43,2% ibu hamil yang melahirkan dirumah, sebanyak 40,2% diantaranya melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi.  Persalinan yang ditolong oleh dukun bayi kerap menimbulkan dampak yang buruk. Seperti menyebabkan kesakitan berlebih yang akan dirasakan ibu melahirkan jika dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh petugas medis, selain itu juga seringkali terjadi komplikasi persalinan, hingga yang paling parah bisa menyebabkan kematian pada ibu bersalin.

Masyarakat yang memilih melahirkan dengan dibantu oleh dukun bayi bukan semata-mata asal memiliih, tetapi adanya pertimbangan yang membuat mereka memutuskan untuk memilih keputusan tersebut. Diantaranya seringkali dijumpai masyarakat yang memilih melahirkan dengan dibantu dukun bayi beralasan karena biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan jika ingin melahirkan di Rumah Sakit. Adapun bagi mereka yang mempunyai BPJS seringkali dipandang sebelah mata oleh pihak Rumah Sakit, mereka dari golongan BPJS seringkali diabaikan, berbeda dengan masyarakat dari golongan non-BPJS lebih diutamakan. Inilah salah satu alasan mengapa angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun