Mohon tunggu...
Nurlatifah Mahfudz
Nurlatifah Mahfudz Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling UNJ.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Tua yang Selalu Bimbang

10 Oktober 2011   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini Inspired by buku bahasa indonesia zaman SD saya dengan revisi di sana-sini karena ingatan yang terbatas :D

Pak Tua yang selalu bimbang

Syahdan, diceritakanlah seorang Pak Tua di sebuah daerah yang dialiri oleh dua arah sungai, hulu dan hilir. Pak Tua adalah seorang yang dihormati oleh seluruh penghuni daerah aliran sungai itu karena kebaikan hatinya. Namun ada satu sifat buruk yang dimiliki oleh Pak Tua tersebut, ia seringkali kebingungan dalam memutuskan suatu masalah sehingga pada akhirnya permasalahan yang ada tak pernah selesai tapi malah bertambah banyak.

Suatu hari Pak Tua mendapat dua undangan pesta dari penduduk hilir dan satu lagi dari penduduk hulu. Hari pelaksanaan kedua pesta tersebut ternyata sama, hingga Pak Tua menjadi bingung akan datang ke pesta yang mana. Ia ingin datang ke pesta penduduk hilir karena mereka sangat terkenal pintar membuat kue-kue yang lezat, sebagai orang yang dituakan di daerah itu Pak Tua yakin jika ia akan mendapat bagian kue yang banyak. Namun ia juga tak mau melewatkan pesta di hulu, orang hulu terkenal pandai sekali memasak, di sana ia pasti akan mendapatkan masakan yang lezat-lezat dan kari daging ayam yang sangat enak.

Sampai pada hari pesta itu dilaksanakan Pak Tua masih bergelut dalam kebimbangannya, bahkan pada saat ia mulai mendayung sampan pun ia masih sangat bingung akan pergi ke hilir atau ke hulu. Akhirnya ia mencoba mendayungkan sampannya ke arah hilir, di tengah perjalanan ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan kalau ia akan menikmati kue-kue yang sangat lezat di sana. Tapi di tengah perjalanan ia teringat dengan kari ayam lezat buatan orang hulu, maka Pak Tua pun membelokkan sampannya ke arah hulu dan bekerja keras mendayung sampan melawan arus sungai. Kebingungan Pak Tua terus berulang begitu lama sampai di siang harinya ia berpapasan dengan Wak Atok yang sedang mendayung sampannya untuk pulang ke rumah setelah menghadiri pesta di hilir.

" Pak Tua, mengapa engkau tak datang ke pesta kali ini? Sungguh kue-kue di pesta tadi sangatlah lezat, sayang sekali kau tak datang, jadi tuan rumah membagi habis kuenya untuk undangan yang datang" tanya Wak Atok

" apakah pestanya masih ada Tok?" Pak Tua balas bertanya

"wah sayang sekali pestanya telah usai ! kalau begitu aku pulang duluan ya Pak Tua".

Mendengar cerita wak Atok, Pak Tua sedikit kecewa karena melewatkan pesta di hilir, tapi kemudian ia kembali mendayung sampannya ke hulu, berharap pesta di hulu masih berlangsung. Sesampainya Pak Tua ia lagi-lagi harus kecewa, pestanya telah usai dan para undangan sudah bersiap untuk pulang dan berjalan menuju sampan masing-masing.

" hai pak Tua, kenapa baru datang? Kami menantimu untuk makan kari ayam bersama-sama tadi, sayang sekali semua masakan telah habis. Andai kau datang lebih cepat Pak Tua" ujar tetangga Pak Tua.

" apakah tak ada sisa makanan yang bisa ku bawa pulang anak muda ?"

"maaf Pak Tua, kami sangka kau tak datang sehingga kari ayamnya tidak kami sisakan untukmu, sudahlah mari kita pulang Pak Tua! "

Di tangan kita sendirilah kita memutuskan akan mendapat "apa-apa" atau tak pernah dapat " apa-apa". Belajar menentukan prioritas dan memutuskan untuk mengambil suatu amanah yang baru memang kadang memicu kebimbangan hati, tapi satu yang pasti jika kita tetap bergelut dengan kebimbangan itu pada akhirnya toh kita tak akan mendapat apapun. Waktu terus bergulir dan tak akan pernah mau menunggu apalagi berhenti untuk orang-orang yang hatinya selalu diliputi kebimbangan. Tantangan membuat kita belajar untuk meningkatkan kemampuan kita, ia mengajari kita untuk mau beranjak dari keterkungkungan dan kenyamanan hidup yang tanpa mau berusaha membuat peningkatan dalam hidup. Begitupun dengan masalah dalam hidup, ia membuat kita mau belajar lagi, berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan, masalah tercipta untuk ditaklukan dan bukan untuk dihindari... ia selalu ada disekitar kita, layaknya sahabat yang harus selalu diperhatikan, ia harus kita jaga agar tak membuat masalah yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun