Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semua Perihal Temu

4 Oktober 2023   19:25 Diperbarui: 4 Oktober 2023   19:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah temu yang mengharu biru, perjalanan panjang masih saja terkendala waktu. Lalu, kutetapkan hati untuk terus berjuang dalam bait tunggu yang tak tentu. Entah sampai kapan itu, aku pun masih belum tahu. Hanya saja, hati ini selalu percaya bahwa kamu ... seseorang yang begitu ingin aku tuju.

Semenjak keyakinan terpatri dalam kalbu kala itu, ragu perlahan luruh dalam satu waktu. Tak ada lagi guna-guna masa lalu yang menjadi candu. Tak ada lagi cemas yang mengganggu. Kini, yang tersisa hanyalah rentang temu yang selalu mengisi baris rindu.

Suatu hari nanti, aku sangat berharap, seberapa jauh jarak yang memaksa lekat, pastikan ia tak menjadi perusak berat akan komitmen yanng telah menjadi sepakat. Jangan sampai ia muncul sebagai alasan khianat. Apalagi hingga membuat kita sekarat. Mengancam kokohnya rindu, atau meredam luapan rasa yang menggebu.

Sungguh, aku tidak mau. Aku benar-benar tidak lagi punya tenaga untuk meladeni insan baru. Beradaptasi dengan orang lain setelah kamu bakal menjadi episode yang lumayan berat. Menguras energi yang teramat hebat. Maka dari itu, jangan pergi, ya! Aku mohon dengan sangat.

Tak peduli sebanyak apa tamu yang menyusup ke dasar hati ke depannya, pastikan ia segera angkat kaki. Sebelum semuanya telanjur hilang kendali. Sebelum segalanya merusak pertahanan diri.

Kamu bisa, kan, Sayang?

Bukannya sombong. Semua itu hanya untuk menghindari sebab-musabab kesilapan. Karena bisa jadi ia bermaksud menghalangi niat suci yang mewarnai diri. Jangan sampai kita rugi. Sudah berbaik hati, malah kita ditusuk hingga mati.

Bukan hendak berpraduga. Hanya saja, rasa khawatirku tiba-tiba menggila. Jika itu tentang kamu. Takut kehilangan. Takut dikecewakan. Takut dihancurkan.

Lagi. 

Entah sebab apa, tak sengaja gumpalan rasa berkecamuk di dada. Maka dari itu, cobalah mengerti.

Kali ini, coba dengarkan dengan teliti, ya, Sayang!

Wanita rapuh ini hanya sekadar berorasi. Menyampaikan segenap resah hati. Ini sungguh bukan untuk mendiktemu agar mengikuti segala yang dikehendaki.

Bukan.

Ini hanyalah sebentuk kata, agar kau segera wujudkan harapan, tentang jarak dan waktu. Bahwa ia takkan lagi mempersempit ruang temu.

Ya, semua yang kuupayakan ini adalah perihal temu, antara aku dan kamu, tanpa ia atau pun penghalang lainnya, seperti yang dulu-dulu itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun